Deklarasi Relawan, Jokowi Diyakini Menang di Bali
Pasangan Capres–Cawapres Joko Widodo–Prof Dr Ma’ruf Amin diyakini akan berjalan mulus dalam menggapai kemenangan di Provinsi Bali.
DENPASAR, NusaBali
Namun pemilihan presiden yang dipastikan akan menampilkan tarung head to head antara pasangan Joko Widodo–Prof Dr Ma’ruf Amin dengan pasangan Prabowo Subianto–Sandiaga Salahudin Uno, mendatang tidak hanya jadi ajang kompetisi semata. Tetapi terjaganya NKRI juga sangat penting.
Hal itu dikemukakan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace mewakili Ketua Dewan Penasihat Relawan Jokowi Provinsi Bali Wayan Koster, usai menghadiri Deklarasi Relawan Jokowi Capres 2019 yang dirangkaikan dengan Seminar Harmoni Dalam Kebhinekaan dan Keragaman Indonesia di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu (11/8) siang. “Kalau untuk di Bali di Pilpres 2019 kita yakin Jokowi–Ma'ruf bisa menang dengan mulus. Harapan kita ini karena melihat antusias masyarakat terhadap pasangan nasionalis–religius ini,” ucap Cok Ace.
Cok Ace menyebutkan para relawan Jokowi 2019 ini datang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali. Sebenarnya relawan NTB juga diundang hadir. Namun karena bencana gempa bumi dan suasana duka, relawan perwakilan NTB tidak datang. Mereka adalah relawan yang dibentuk setelah Jokowi ditetapkan sebagai Capres 2019 dan relawan yang memenangkan Jokowi di Pilpres 2014.
“Ya relawan Jokowi ini datang dari seluruh Bali dan NTT. Kalau perwakilan Provinsi NTB tidak hadir. Karena kita tahu suasana bencana dan berduka,” ujar Wakil Gubernur Bali terpilih 2018 yang berpasangan dengan Gubernur terpilih Wayan Koster, ini. Cok Ace mengatakan Pilpres 2019 nanti diharapkan bukan hanya berbuah kemenangan buat Jokowi–Ma’ruf. Namun juga pelaksanaannya damai dan aman.
“NKRI tetap terjaga. Apalagi Bali ini daerah pariwisata. Kita berharap pilpres bukan hanya ajang kontestasi demokrasi. Tetapi tetap menjaga persaudaraan. Pilpres harus berjalan damai seperti Pilgub Bali 2018. Perbedaan pilihan boleh. Tapi persaudaraan tetap terjaga,” tutur tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar periode 2012–2017 ini.
Sementara Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto saat berbicara soal Kebhinekaan dan Kerukunan Pancasila, mengatakan kerukunan dalam perbedaan itu sudah sejak zaman Kerajaan Singasari dan Majapahit. Bahkan raja yang memerintah saat itu sangat senang dengan agama Hindu dan Budha yang hidup berdampingan. Sehingga dalam pilpres nanti kerukunan dan persatuan sangat penting. Pilpres tidak sampai berdampak pada persatuan yang selama ini sudah kuat dalam NKRI. ”Budaya kerukunan sosial itu sudah ada sejak lama di Indonesia. Ini membuat rakyat hidup dalam ketenteraman,” ujar Danusubroto.
Mantan pengawal Presiden Soekarno ini menyebutkan, pendiri bangsa ini percaya bisa bertahan dalam ratusan tahun karena disangga oleh filosofi kebangsaan yang solid. ”Saya teringat pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Beliau menggali Pancasila dari kekayaan budaya bangsa kita ketika itu. Pancasila dalam bahasa Sanskerta berarti ganda. Sila dapat berarti kesusilaan atau moral. Pancasila adalah lima panduan moral bagi orang per orang yang mengaku bangsa Indonesia,” kata pria yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jokowi.
Kata Danusubroto, Soekarno juga memiliki konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah hasil perjuangan yang revolusioner membongkar struktur sosial masyarakat di era kolonial yang segregatif (segregasi adalah pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa) antara pribumi dan nonpribumi.
“Konstitusi kita disusun berdasarkan dasar negara Pancasila yang berbicara tentang warga negara, bukan pribumi. Konstitusi kita juga memajukan kesejahteraan umum. Pancasila juga pedoman kita dalam berbangsa dan bernegara. Perbedaan bukan menebar kebencian, melain kerukunan yang dipijakkan dengan nilai ke-Tuhan-an. Nilai kebhinekaan adalah identitas bangsa kita. Tidak boleh ada diskriminatif, penegakan hukum dilakukan kepada mereka yang mengumbar ujaran kebencian,” tegas Danusubroto. *nat
Namun pemilihan presiden yang dipastikan akan menampilkan tarung head to head antara pasangan Joko Widodo–Prof Dr Ma’ruf Amin dengan pasangan Prabowo Subianto–Sandiaga Salahudin Uno, mendatang tidak hanya jadi ajang kompetisi semata. Tetapi terjaganya NKRI juga sangat penting.
Hal itu dikemukakan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace mewakili Ketua Dewan Penasihat Relawan Jokowi Provinsi Bali Wayan Koster, usai menghadiri Deklarasi Relawan Jokowi Capres 2019 yang dirangkaikan dengan Seminar Harmoni Dalam Kebhinekaan dan Keragaman Indonesia di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu (11/8) siang. “Kalau untuk di Bali di Pilpres 2019 kita yakin Jokowi–Ma'ruf bisa menang dengan mulus. Harapan kita ini karena melihat antusias masyarakat terhadap pasangan nasionalis–religius ini,” ucap Cok Ace.
Cok Ace menyebutkan para relawan Jokowi 2019 ini datang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali. Sebenarnya relawan NTB juga diundang hadir. Namun karena bencana gempa bumi dan suasana duka, relawan perwakilan NTB tidak datang. Mereka adalah relawan yang dibentuk setelah Jokowi ditetapkan sebagai Capres 2019 dan relawan yang memenangkan Jokowi di Pilpres 2014.
“Ya relawan Jokowi ini datang dari seluruh Bali dan NTT. Kalau perwakilan Provinsi NTB tidak hadir. Karena kita tahu suasana bencana dan berduka,” ujar Wakil Gubernur Bali terpilih 2018 yang berpasangan dengan Gubernur terpilih Wayan Koster, ini. Cok Ace mengatakan Pilpres 2019 nanti diharapkan bukan hanya berbuah kemenangan buat Jokowi–Ma’ruf. Namun juga pelaksanaannya damai dan aman.
“NKRI tetap terjaga. Apalagi Bali ini daerah pariwisata. Kita berharap pilpres bukan hanya ajang kontestasi demokrasi. Tetapi tetap menjaga persaudaraan. Pilpres harus berjalan damai seperti Pilgub Bali 2018. Perbedaan pilihan boleh. Tapi persaudaraan tetap terjaga,” tutur tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar periode 2012–2017 ini.
Sementara Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto saat berbicara soal Kebhinekaan dan Kerukunan Pancasila, mengatakan kerukunan dalam perbedaan itu sudah sejak zaman Kerajaan Singasari dan Majapahit. Bahkan raja yang memerintah saat itu sangat senang dengan agama Hindu dan Budha yang hidup berdampingan. Sehingga dalam pilpres nanti kerukunan dan persatuan sangat penting. Pilpres tidak sampai berdampak pada persatuan yang selama ini sudah kuat dalam NKRI. ”Budaya kerukunan sosial itu sudah ada sejak lama di Indonesia. Ini membuat rakyat hidup dalam ketenteraman,” ujar Danusubroto.
Mantan pengawal Presiden Soekarno ini menyebutkan, pendiri bangsa ini percaya bisa bertahan dalam ratusan tahun karena disangga oleh filosofi kebangsaan yang solid. ”Saya teringat pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Beliau menggali Pancasila dari kekayaan budaya bangsa kita ketika itu. Pancasila dalam bahasa Sanskerta berarti ganda. Sila dapat berarti kesusilaan atau moral. Pancasila adalah lima panduan moral bagi orang per orang yang mengaku bangsa Indonesia,” kata pria yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jokowi.
Kata Danusubroto, Soekarno juga memiliki konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah hasil perjuangan yang revolusioner membongkar struktur sosial masyarakat di era kolonial yang segregatif (segregasi adalah pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa) antara pribumi dan nonpribumi.
“Konstitusi kita disusun berdasarkan dasar negara Pancasila yang berbicara tentang warga negara, bukan pribumi. Konstitusi kita juga memajukan kesejahteraan umum. Pancasila juga pedoman kita dalam berbangsa dan bernegara. Perbedaan bukan menebar kebencian, melain kerukunan yang dipijakkan dengan nilai ke-Tuhan-an. Nilai kebhinekaan adalah identitas bangsa kita. Tidak boleh ada diskriminatif, penegakan hukum dilakukan kepada mereka yang mengumbar ujaran kebencian,” tegas Danusubroto. *nat
1
Komentar