FENG-SHUI : Pengobatan Tradisional untuk Dispepsia
KEJADIAN dispepsia merupakan salah satu kasus yang cukup sering menjadi alasan bagi masyarakat untuk mencari pertolongan/pengobatan.
Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi. Di Amerika Serikat kejadian dispepsia 26 persen sampai 34 persen dari seluruh penduduk.
Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada epigastrium (ulu hati) setelah makan, umumnya karena terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya.
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas, sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi kelainan fungsi dari saluran makanan.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksi Helicobacter pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan, dan gangguan kecemasan.
Penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita baik secara fisik, emosional, bekerja, dan bersekolah. Gangguan ini dapat menimbulkan keterbatasan aktivitas, gangguan tidur, gangguan fungsi kognitif, penurunan kewaspadaan, serta penurunan produktivitas kerja.
Menurut Monkemuller (2006) telah dilakukan banyak studi mengenai penanganan dispepsia fungsional, di antaranya dengan pengaturan diet dan terapi farmakologis, tetapi belum ada yang memuaskan. Penanganan secara farmakologi masih belum memuaskan, karena penyebab dispepsia fungsional tidak jelas. Beberapa penelitian uji klinis terapi farmakologi juga masih kontroversi. Oleh karena itu akan dijelaskan beberapa metode pengobatan tradisional yang bisa membantu untuk meringankan penderitaan dispepsia. *
Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada epigastrium (ulu hati) setelah makan, umumnya karena terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya.
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas, sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi kelainan fungsi dari saluran makanan.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksi Helicobacter pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan, dan gangguan kecemasan.
Penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita baik secara fisik, emosional, bekerja, dan bersekolah. Gangguan ini dapat menimbulkan keterbatasan aktivitas, gangguan tidur, gangguan fungsi kognitif, penurunan kewaspadaan, serta penurunan produktivitas kerja.
Menurut Monkemuller (2006) telah dilakukan banyak studi mengenai penanganan dispepsia fungsional, di antaranya dengan pengaturan diet dan terapi farmakologis, tetapi belum ada yang memuaskan. Penanganan secara farmakologi masih belum memuaskan, karena penyebab dispepsia fungsional tidak jelas. Beberapa penelitian uji klinis terapi farmakologi juga masih kontroversi. Oleh karena itu akan dijelaskan beberapa metode pengobatan tradisional yang bisa membantu untuk meringankan penderitaan dispepsia. *
1
Komentar