Catatan dan Harapan untuk UVJF Kini dan Nanti
Secara menyeluruh, Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2018 bisa dikatakan sukses besar. Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan untuk tahun mendatang.
GIANYAR, NusaBali
UVJF 2018 telah resmi ditutup kemarin malam (11/08/2018) sekitar pukul 23.30 oleh penampilan terakhir dari Benny Green Trio dan musisi jazz legendaris lintas generasi, Idang Rasjidi. Sebelumnya, ada pula beberapa apresiasi yang diberikan pihak UVJF 2018 pada beberapa sosok yang telah bekerja keras di balik layar hingga terwujud UVJF 2018 yang dapat dinikmati dengan sangat baik.
Jangan ditanya lagi soal kesuksesan yang telah dicapai UVJF 2018 yang telah tembus ribuan penonton pada hari pertama penyelenggaraannya dan diikuti oleh hari kedua yang pastinya lebih ramai, total sekitar 3000-an pengunjung per 2 hari. Maka, kali ini NusaBali tertarik membahas sisi lain yang jarang diketahui atau dibahas sebelumnya. Beberapa di antaranya, yaitu:
1. Pertama Kalinya Diguyur Hujan
Dalam setiap acara atau pertunjukan, terlebih yang digelar di luar ruangan, tentunya kita ingin menikmatinya dengan tenang tanpa ada gangguan dari berbagai hal, salah satunya hujan. Namun naas, pertama kali di tahun keenamnya, UVJF 2018 tumben diguyur hujan 2 hari berturut-turut. Meski intensitanya tidak terlalu tinggi, namun hal ini cukup mengurangi kenyaman pengunjung karena harus bersahabat dengan basah dan becek. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Astrid Sulaiman, selaku Vice Chairman of UVJF sekaligus musisi jazz, bahwa ini tahun pertama UVJF diguyur hujan yang konstan.
"Ya, baru tahun ini dapat hujan, tahun-tahun sebelumnya tidak terlalu. Saya rasa ini bagian dari tantangan dalam membuat suatu acara," sahut Astrid saat ditemui NusaBali selepas pentas (11/08).
2. Sudah Mengerahkan Pawang Hujan
Dikonfirmasi oleh Yuri Mahatma, selaku Co-Founder UVJF, bahwa pihaknya telah mengerahkan pawang hujan sedari hari pertama, namun gerimis tetap turun.
"Ya, itu kan memang budaya ya, memang budaya kita di Bali dan perlu kita lakukan. Kadang-kadang bukan soal percaya atau tidak percaya, tapi ada kalanya kalau kita sudah melakukan itu kok lega, gitu kan. Ya, lakukan aja, namanya juga budaya kan?" Jawab Yuri ketika hendak mempersiapkan diri sebelum pentas (11/08).
3. Selalu Digelar di ARMA Ubud
Ada yang selalu konstan dalam penyelenggaraan UVJF dari tahun ke tahun, yaitu selalu diadakan di Agung Rai Museum of Art (ARMA) Ubud. Pilihan ini bukannya tanpa alasan. Menurut Paul Amron, selaku Konsultan dalam bidang sosial di ARMA dan sekaligus utusan Agung Rai, bahwa ARMA merupakan tempat yang unik dan menyajikan suasana yang sama sekali berbeda untuk ukuran festival musik internasional.
"Menurut saya tempat kita unik, banyak festival yang diadakan di tempat modern dan bangunan tertutup. Sedangkan, imajinasi Bali itu terbuka, suasananya sawah, pohon-pohon. Saat ini saya belum pernah menjumpai venue seperti itu yang benar-benar Bali. Kita lahan parkir juga lumayan ada, Jadi, UVJF sangat cocok diadakan di ARMA," papar Amron lugas.
4. UVJF adalah Festival yang Idealis
Dalam perjalanannya selama 6 tahun, bukan tidak mungkin UVJF menemui berbagai rintangan, salah satunya dalam pencarian sponsor dan pengurasian artis-artis jazz karena UVJF harus murni jazz dan bukan pop jazz atau kombinasi-kombinasi musik lain yang semakin menggerus ciri khas musik jazz yang sebenarnya. Hal ini pun sejalan dengan kesaksian Astrid Sulaiman dalam wawancaranya dengan NusaBali (11/08).
"Tantangan dari segi sponsor. Tiap tahun dari sponsorshipnya juga berganti, jadi harus mulai dari nol menjelaskan UVJF itu apa pada sponsor. Selain itu, kita cukup idealis dan kebanyakan sponsor tidak bisa menerima itu karena masih mementingkan dari segi bisnis. Dari segi artis juga, banyak artis-artis luar negeri yang yang ingin main di UVJF tapi harus dikurasi dengan ketat," tambah Astrid.
5. Harapan untuk UVJF Mendatang
Selain berbagai catatan yang membekas dari UVJF 2018, namun masih banyak yang berharap agar UVJF tetap mempertahankan kualitas dan bahkan meningkat tiap tahunnya, juga peningkatan dari segi antisipasi kemungkingan-kemungkinan buruk yang terjadi selanjutnya.
Adalah Jasmin, salah satu pengunjung yang diwawancarai NusaBali (11/08) seputar pendapat serta harapannya untuk UVJF tahun mendatang. Perempuan asal Jakarta yang mengaku sebagai penikmat Jazz tersebut berpendapat bahwa UVJF tidak terlalu banyak perubahan dari segi dekorasi namun tetap mempertahankan kualitas acaranya. Ia pun berharap agar untuk selanjunya lebih banyak bintang tamu dari generasi muda yang diundang dan agar lebih dipertimbangkan dari segi antisipasi akan kemungkinan cuaca yang tiba-tiba memburuk.
Selain Yasmin, ada pula bintang tamu UVJF 2018, Benny Green - yang baru pertama kali datang dan tampil di Bali - turut memanjatkan harapannya.
"I would be so thankful for having opportunity to come back. I hope it can happen because this place to me is truly heaven on earth ( Saya akan sangat berterimakasih jika mendapat kesempatan untuk datang kembali. Saya harap hal ini bisa terwujud karena bagi saya tempat ini adalah surga yang ada di bumi)." Tutup Benny Green. *ph
Komentar