Protes Joged Jaruh Melalui Joged Muani
Sanggar Panji Mesuriak kembali menggerakkan puluhan anak-anak Desa Panji, Kecamatan Sukasada Buleleng, untuk menunjukkan kebolehannya melalui pentas seni, pada Sabtu (11/8) malam.
Sanggar Panji Mesuriak Gelar Pentas Seni
SINGARAJA, NusaBali
Pada kesempatan itu, sanggar seni yang berdaya mandiri kumpulan anak-anak Desa Panji juga menghadirkan seniman seniornya Putu Meles, 67, seorang penari joged bumbung muani (laki-laki,red) satu-satunya di Buleleng.
Dalam penampilannya Meles yang sudah tidak muda lagi, hanya mengenakan pakaian seadanya, pakaian Jro Mangkunya, tanpa riasan wajah dan pakaian asli joged bumbung. Meski ia seorang lelaki, gerak gemulai dan mimik tarian joged sangat ia kuasai. Ia mengaku masih semangat menarikan tarian joged yang sudah ditekuninya sejak kelas 3 SD, dan ingin memberikan contoh yang benar kepada generasi muda tentang pakem tarian joged yang benar dan menolak tarian joged porno yang selama ini berkembang di Buleleng.
Meres sebagai seniman tua mengaku sangat kecewa dengan seniman joged muda Buleleng yang malah mempelesetkan tarian joged sebagai tari pergaulan menjadi tarian erotis dan porno. Padahal, ia pun mengaku sempat mengajarkan pakem tarian joged di sejumlah sekaa yang menyediakan joged bumbung di Buleleng yang kini beralih aliran menjadi joged porno terkenal.
“Padahal dulu yang saya yang ngajar joged di sana, sekarang kok dibegitukan, saya kecewa. Katanya kalau tidak porno tidak menarik. Itu sudah salah, berbeda sekali dengan penari joged dulu dengan sifat jinak-jinak merpatinya,” kata dia.
Sedangkan Meles yang juga keturunan seniman asal Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Buleleng, dirinya membawakan tarian joged muani, karena memang sangat mencintai seni. Secara prinsip tidak ada perbedaan gerak tari, tabuh dan pakaian yang digunakan saat pentas. Hanya berbeda pada orang yang menarikannya. Jika pada kesenian joged bumbung hampir semua ditarikan wanita, namun ia merupakan penari joged muani satu-satunya di Buleleng.
Kiprahnya sebagai penari legong dan penari joged muani, pada tahun 1990an memang sangat diminati masyarakat. Anak kelima dari delapan bersaudara pasangan almarhum Made Degdeg dan Ketut Puspa ini sering diupah menari di kalangan tajen atau hajatan masyarakat. Namun sering perkembangan seni, sejak muncul seni-seni kreasi kiprahnya di dunia seni pun meredup. Hingga saat ini ia hanya pentas jika ada yang meminta dari kalangan tertentu saja. Suami, Made Sudarmi ini pun berharap ke depannya, meski mencari generasi penerus tari joged sesuai konteks sangat susah, dapat diwarisi oleh anak-anak desa Panji. Apalagi ada juga yang menapak jejaknya sebagai penari joged muani.
Sementara itu koordinator Sanggar Seni Panji Mesuriak, Ketut Ngurah Alit Maruta mengatakan pihaknya memang rutin menggelar peringatan HUT RI dengan pentas seni. Sanggar Pani Mesuriak itu pun dimaksudkan untuk mewadahi kreativitas dan bakat genarasi muda di desanya. Sehingga dengan kegiatan sanggar itu dapat menjauhkan mereka dari hal-hal negatif.
Terkait dilibatkannya Putu Meles sebagai penari joged muani, ia pun mengaku akan mempertahankannya. “Selain unik, tarian joged yang ditarikan oleh seorang laki-laki lebih menghibur. Rencananya kami juga akan bentuk sekaa joged di sini dengan bimbingan Pak Meles untuk pelestarian, karena memang satu-satunya di Buleleng,” kata dia. Selain itu puluhan anak-anak juga menampilkan bakat mereka, dari menari Bali, menyanyi, pantomim hingga dance dalam pagelaran di kediaman Alit Maruta tersebut. *k23
1
Komentar