Peternak Ayam Keluhi Harga Pakan dan Pembatasan Tonase
Harga pakan ternak yang terus merangkak naik membuat pusing peternak ayam petelur maupun ayam pedaging.
BANGLI, NusaBali
Kenaikan harga ini di antaranya jenis pakan Cosentrat yang sebelumnya harganya Rp 6.675 per kilogramnya, sekarang naik menjadi Rp 6. 975 per kilogramnya. Begitu juga untuk jagung yang dulu harganya Rp 3.900 per kilogram naik menjadi Rp 4.400 per kilogram. Demikian ungkap salah seorang peternak ayam petelur dari Bangli, Kadek Budiarta, Minggu (12/8). Peternak asal Banjar Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, ini.
Kadek Budiarta menambahkan untuk harga pakan sangat sensitif dipengaruhi nilai tukar dolar, pasalnya untuk bahan pakan masih impor. “Harga pakan fluktuatif, dan memang nilai tukar dollar berpengaruh. Bila dollar naik sudah bisa dipastikan sejumlah barang/komoditi ikut merangak naik,” sebutnya.
Repotnya, lanjut Budiarta, di saat harga pakan terus melejit, justru harga telur sudah mulai turun. Untuk harga telur ukuran besar (TB) sebelumnya di tingkat peternak Rp 1. 430 per butirnya, turun Rp 1.260 per butirnya. Pihaknya menilai turunya harga telur dikarenakan adanya intervensi pemerintah dalam bentuk operasi pasar murah. Selain itu juga sudah ada peningkatan produksi telur di beberapa sentra peternak ayam petelur. “Terjadi peningkatan produksi baik di Jawa maupun Bali,” ujarnya.
Kadek Budiarta kini memilihara ayam petelur sebanyak 30 ribu untuk rata-rata telur yang dihasilkan sebanyak 80 persen dari jumlah ayam yang dipelihara. Disampaikan pula dengan adanya pelarangan penggunaan antibiotika tambahan atau antibiotic growth promotores (AGP) oleh pemerintah cukup berdampak pada jumlah produksi. “Dari jumlah produksi menurun, untuk ayam pedaging pertumbuhan lebih lama. Namun untuk segi kesehatan memang lebih sehat,” tutupnya.
Selain harga pakan yang naik, kebijakan pemerintah terkait pembatasan tonase juga membebani peternak. Kadek Budiarta mengaku sebelumnya sekali angkut pakan yang dibawa 11 ton, kemudian kini hanya bisa 8 ton. Sedangkan untuk ongkos angkutan tetap sama Rp 2,5 juta per sekali antar. “Dengan ongkos yang sama tapi pakan yang diangkut berkurang, ini cukup berat bagi peternak. Karena kebijakan seperti itu peternak tidak bisa berbuat banyak,” jelasnya seraya mengatakan pakan ternak biasa didatangkan dari Surabaya.*es
Kenaikan harga ini di antaranya jenis pakan Cosentrat yang sebelumnya harganya Rp 6.675 per kilogramnya, sekarang naik menjadi Rp 6. 975 per kilogramnya. Begitu juga untuk jagung yang dulu harganya Rp 3.900 per kilogram naik menjadi Rp 4.400 per kilogram. Demikian ungkap salah seorang peternak ayam petelur dari Bangli, Kadek Budiarta, Minggu (12/8). Peternak asal Banjar Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, ini.
Kadek Budiarta menambahkan untuk harga pakan sangat sensitif dipengaruhi nilai tukar dolar, pasalnya untuk bahan pakan masih impor. “Harga pakan fluktuatif, dan memang nilai tukar dollar berpengaruh. Bila dollar naik sudah bisa dipastikan sejumlah barang/komoditi ikut merangak naik,” sebutnya.
Repotnya, lanjut Budiarta, di saat harga pakan terus melejit, justru harga telur sudah mulai turun. Untuk harga telur ukuran besar (TB) sebelumnya di tingkat peternak Rp 1. 430 per butirnya, turun Rp 1.260 per butirnya. Pihaknya menilai turunya harga telur dikarenakan adanya intervensi pemerintah dalam bentuk operasi pasar murah. Selain itu juga sudah ada peningkatan produksi telur di beberapa sentra peternak ayam petelur. “Terjadi peningkatan produksi baik di Jawa maupun Bali,” ujarnya.
Kadek Budiarta kini memilihara ayam petelur sebanyak 30 ribu untuk rata-rata telur yang dihasilkan sebanyak 80 persen dari jumlah ayam yang dipelihara. Disampaikan pula dengan adanya pelarangan penggunaan antibiotika tambahan atau antibiotic growth promotores (AGP) oleh pemerintah cukup berdampak pada jumlah produksi. “Dari jumlah produksi menurun, untuk ayam pedaging pertumbuhan lebih lama. Namun untuk segi kesehatan memang lebih sehat,” tutupnya.
Selain harga pakan yang naik, kebijakan pemerintah terkait pembatasan tonase juga membebani peternak. Kadek Budiarta mengaku sebelumnya sekali angkut pakan yang dibawa 11 ton, kemudian kini hanya bisa 8 ton. Sedangkan untuk ongkos angkutan tetap sama Rp 2,5 juta per sekali antar. “Dengan ongkos yang sama tapi pakan yang diangkut berkurang, ini cukup berat bagi peternak. Karena kebijakan seperti itu peternak tidak bisa berbuat banyak,” jelasnya seraya mengatakan pakan ternak biasa didatangkan dari Surabaya.*es
1
Komentar