nusabali

Dollar Meroket, Pengusaha Bali Waspada

  • www.nusabali.com-dollar-meroket-pengusaha-bali-waspada

Kalangan pengusaha di Bali mengaku  mewaspadai  kenaikan kurs dollar AS terhadap rupiah yang pada Senin (13/8) ditutup di angka Rp 14.610.

DENPASAR, NusaBali

Ketua Kadin Bali Anak Agung Ngurah Alit Wiraputra, menyatakan kenaikan dollar sampai Rp 14.600 hal yang mencemaskan. Pasalnya nilai impor tentu akan melonjak.  Dia menunjuk sejumlah produk impor di antaranya bahan food and beverage dan produk konsumsi eksklusif lainnya.

Menurutnya ini memberatkan sektor pariwisata. Karena perekonomian Bali bergantung pada sektor pariwisata, otomatis secara keseluruhan perekonomian Bali  terganggu. “Karena bagaimana pun Pemerintah mesti cepat mengambil langkah, agar kondisi rupiah stabil,”  tegasnya.

Jangan terus melorot. Jika melorot terus, Alit Wiraputra khawatir perekonomian Bali  mengalami stagnan.  “Jangan sampai itu terjadi,”  ujarnya. Kalau bisa, tarif sektor pariwisata dikembalikan dengan standar atau hitungan dollar, tidak rupiah. Alasannya lebih gampang melakukan penyesuaian dengan wisman.  

Keluhan kenaikan juga diungkapkan oleh pelaku hortikultura yang sebagian masih melakukan impor. Komoditas buah dan jenis sayur tertentu di antaranya  buah ceri,  apel, plum akan kembali melejit. “Produk-produk tersebut diantaranya diimpor dari China, Taiwan dan kawasan lain,” ujar I Wayan Natih, seorang pelaku usaha  hortikultura di Denpasar,  Senin (13/8).

Dia mengakui kenaikan dollar  kemungkinan menyebabkan peningkatan  harga produk hortikultura impor.  Namun demikian, semua kembali pada  ketersediaan produk-produk tersebut. “ Untuk produk buah kan sifatnya musiman,” ujar Natih.

Sebelumnya pelaku bisnis horti lainnya I Gede Sucahya, mengatakan karena kenaikan dollar, pihaknya lebih  memanfaatkan produk buah lokal. “ Impor kita hentikan,” ujar Sucahya.  Sedang untuk sayur, memang ada jenis sayur eksklusif. Namun  impor beetroot sudah tidak lagi dilakukan.  Itu karena sudah banyak yang bisa dibudidayakan. Hanya bibitnya yang masih diimpor. “Tanamannya sudah bisa dibudidayakan di sini,”  jelasnya.  

Dihubungi terpisah, pengusaha senior Panudiana Kuhn, mengiyakan imbas naiknya dollar  terhadap rupiah.  “Namun kenaikan dollar bukan di sini saja. Ini global, “ ujar Kuhn. Naiknya kurs dollar, menurut Kuhn berpeluang meningkatkan kunjungan wisman . Naiknya dollar menjadikan harga kamar hotel di Bali lebih murah. Itu karena rate kamar hotel di Bali dihitung dengan rupiah.  Karena itulah dari sisi pariwisata, kenaikkan dollar menurut Kuhn, tidak perlu yang terlalu dirisaukan.

Yang bermasalah, adalah harga produk-produk impor. Termasuk produk yang bertalian dengan sektor pariwisata.Di antaranya marmer, keramik, pipa stainless dan beberapa produk lainnya. Untuk hotel-hotel berbintang atau restoran berbintang, sejumlah komponen-komponen tersebut tidak sedikit yang import.   “Ini yang akan naik harganya,” ujarnya.

Karena itu, Kuhn menyarankan investasi  yang memanfaatkan komponen impor sebaiknya dihentikan dulu. Hal itu karena harganya akan melambung. “ Kalau saran saya demikian, apalagi hotel di Bali kan sudah over supply,” tunjuknya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Handicraft Indonesia (Aspehi) Bali I Ketut Darma Siadja menyebut bahwa kenaikan dollar belum bisa dioptimalkan untuk peningkatan ekspor.”Ekspor khususnya handicraft Bali  belum juga terangkat. Malah agak turun, terutama untuk produk kayu,” ungkap Darma Sidja.

Hanya berapa besar penurunan tersebut, Darma Siaja belum mengantongi data persisnya. “Data nanti kita akan cek,” katanya. Namun dari pengakuan kalangan pelaku usaha handicraft, kata Darma Siadja merasakan terjadinya penurunan ekspor. “Teman-teman sudah menyampaikan itu,” ujarnya.

Dia tak mau berspekulasi, terkait masih menurunnya ekspor kerajinan. Apakah kenaikan kurs dollar belum sampai imbasnya di sektor ekspor,  atau karena pengaruh kondisi perekonomian global yang masih lesu. Apa juga karena pasaran sudah jenuh ?  “Yang jelas kalau naik, kemudian stabil.Tidak fluktuatif,”  harapnya.  Karena dengan kurs yang stabil, harga produk kerajinan (ekspor) akan lebih kompetitif. *k17

Komentar