nusabali

2 Desa Tidak Berpartisipasi, 35 Didiskualifikasi

  • www.nusabali.com-2-desa-tidak-berpartisipasi-35-didiskualifikasi

Dua desa tidak ikut lomba penjor hias karena lupa menganggarkan dalam APBDes.

Lomba Penjor Hias Antar–Desa/Kelurahan Se–Jembrana  

NEGARA, NusaBali
Lomba membuat penjor hias antardesa/kelurahan kembali digelar serangkaian HUT ke–123 Kota Negara dan Jembrana Festival tahun 2018 di Lapangan Taman Pecangakan, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Senin (13/8). Sayangnya, dari 51 desa/kelurahan se-Jembrana, dua desa diketahui tidak berpartisipasi, yakni Desa Mendoyo Dauh Tukad dan Desa Yehsumbul.

Kemudian dari 49 desa/kelurahan yang ikut memeriahkan lomba tersebut, 35 di antaranya terpaksa didiskualifikasi karena tidak memenuhi kriteria lomba.

Dalam lomba membuat penjor hias itu, masing-masing desa/kelurahan beranggota lima orang, diberi waktu selama 8 jam mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.00 Wita. Sesuai kriteria lomba, peserta diwajibkan hanya membawa bahan dasar pembuatan penjor hias, terkecuali untuk sampian (bagian ujung penjor) dan aksesoris tambahan di luar hiasan dasar penjor. Sedangkan untuk hiasan lainnya, wajib dibuat langsung di lokasi. Tetapi kenyataan berdasar pengamatan tim juri, 35 dari 49 desa/kelurahan yang ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut, sudah membawa sejumlah bahan-bahan jadi sehingga dinyatakan diskualifikasi, dan otomatis hanya tersisa 14 desa/kelurahan yang dinilai dalam lomba tersebut.

Ketua Panitia I Gusti Ngurah Sumber Wijaya, didampingi salah seorang tim juri, Ida Bagus Sulinggih, mengatakan kriteria lomba tersebut sudah jelas dipaparkan dalam technical meeting sebelumnya. Khususnya, berkenaan larangan membawa bahan jadi yang menjadi kriteria utama. Kemudian untuk penjor yang masuk kriteria, dinilai berdasar empat aspek, yakni kelengkapan, kreativitas, keindahan, dan kerapian.

“Ini sudah jelas kami tekankan ke masing-masing desa/kelurahan. Selain tidak memenuhi kriteria, dua desa ada yang tidak berpartisipasi. Yaitu Desa Mendoyo Dauh Tukad dan Desa Yehsumbul (sama-sama di wilayah Kecamatan Mendoyo). Alasan mereka lupa menganggarkan di desa. Padahal mereka ikut technical meeting, dan sebelumnya waktu penyusunan APBDes, sudah kami ingatkan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan HUT kota Negara,” kata Sumber Wijaya yang juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Jembrana.

Hasil penilaian tim juri, juara I berhak atas hadiah utama berupa uang sebesar Rp 5 juta, jatuh pada Desa Nusasari, Kecamatan Melaya. Kemudian juara II dengan hadiah uang Rp 4 juta diraih Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo. Sedangkan juara III dengan hadiah uang Rp 3 juta  diraih Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. Masing-masing juara I, II, III juga berhak atas trofi dan piagam. Selain juara utama (I, II, dan III), juga dipilih juara harapan I yang diraih Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, juara harapan II diraih Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, dan juara harapan III diraih Desa Banyubiru, Kecamatan Negara.

“Untuk juara harapan, kami berikan piagam, dan rencana akan kami berikan hadiah uang pembinaan,” imbuh Sumber Wijaya. Diperoleh informasi, anggaran yang digunakan untuk membuat penjor hias rata-rata Rp 2 juta per desa yang diambil dari APBDes.

Bupati Jembrana I Putu Artha yang memantau lomba membuat penjor hias sangat mendukung kegiatan yang juga berkaitan dengan budaya ini. Dia menyesalkan ada dua desa yang tidak ikut berpartisipasi dalam lomba membuat penjor hias. Padahal sejumlah desa/kelurahan yang sebagian besar masyarakatnya non Hindu, tampak semangat mengikuti lomba ini.

“Karena alasan sepele, lupa menganggarkan. HUT kota ini kan rutin digelar setiap tahun. Apa karena lupa menganggarkan, kemudian tidak ikut berpartisipasi untuk HUT kota. Kalau seperti itu, saya takut yang lain juga begitu. Maka dari itu, saya sudah perintahkan dari Dinas PMD untuk menstressing itu, dan berikan peringatan,” ujarnya.

Untuk ke depannya, Bupati Artha mengharapkan dalam lomba membuat penjor ini bahan-bahannya murni memanfaatkan potensi lokal. Sedangkan peserta, diharapkan mengutamakan sekaa teruna (ST), dengan harapan generasi muda menunjukkan kreasi ataupun belajar membuat penjor. “Sekarang kan banyak dibantu bapak-bapak. Ke depannya, hal-hal seperti memanfaatkan potensi lokal dan melibatkan generasi muda sangat penting. Budaya ini harus betul-betul bertahan,” tegas Bupati Artha. *ode

Komentar