Desa Adat Kedonganan Gelar Upacara Murwa Daksina
Rangkaian upacara ngaben bersama, atiwa-tiwa, dan atma wedana 2018 di Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, sampai pada puncak karya atma wedana yaitu murwa daksina pada Soma Kliwon Uye, Senin (13/8).
MANGUPURA, NusaBali
Upacara yang digelar tiga tahun sekali yang dilaksanakan untuk kelima kalinya ini bertujuan untuk meringankan beban krama adat setempat.
Untuk upacara atiwa-tiwa atau ngaben bersama diikuti sebanyak 155 sawa yang terdiri dari 92 ngelangkir, 13 ngelungah, dan 50 ngaben. Sementara untuk upacara atma wedana/nyekah diikuti sebanyak 97 puspa. Dengan rincian 52 puspa lanang dan 45 puspa istri.
Upacara atiwa-tiwa lan atma wedana ini merupakan program rutin Desa Adat Kedonganan yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Program ini sudah berjalan sebanyak lima kali. Selama ini, kegiatan seperti ini memang dibiayai oleh usaha milik desa adat yaitu melalui LPD Desa Adat Kedonganan. Dana upacara dialokasikan dari produk Simpanan Upacara Adat (Sipadat) dan juga lembaga/usaha yang lainnya
“Ini merupakan keputusan bersama. Ini akan terus kami laksanakan rutin setiap tiga tahun sekali sesuai dengan ketentuan pararem desa. Tujuan dilakukan ngaben bersama ini untuk meringankan beban krama. Karena seperti diketahui upacara ngaben secara umum membutuhkan dana yang besar. Untuk kegiatan tahun ini, seluruh biaya sudah ditanggung oleh Pemkab Badung sebesar Rp 1,6 miliar,” ungkap Bendesa Adat Kedonganan Dr Wayan Mertha SE MSi, ditemui di sela acara, Senin (13/8).
Upacara kemarin dihadiri Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama sejumlah anggota DPRD Badung dan unsur pemerintahan lainnya. Hadir pula mantan bupati Badung yang juga panglingsir Puri Agung Mengwi AA Gde Agung.
Bupati Giri Prasta mengatakan, pihaknya selaku Bupati Badung mendukung kegiatan yang berkaitan dengan adat, agama, tradisi, seni, dan budaya. “Kalau ada yang menyiapkan uang untuk persiapan acara ini, saya minta digunakan untuk keperluan keluarga. Tugas saya adalah membantu masyarakat Badung dan meringankan beban kebutuhan komunal,” tuturnya. *po
Upacara yang digelar tiga tahun sekali yang dilaksanakan untuk kelima kalinya ini bertujuan untuk meringankan beban krama adat setempat.
Untuk upacara atiwa-tiwa atau ngaben bersama diikuti sebanyak 155 sawa yang terdiri dari 92 ngelangkir, 13 ngelungah, dan 50 ngaben. Sementara untuk upacara atma wedana/nyekah diikuti sebanyak 97 puspa. Dengan rincian 52 puspa lanang dan 45 puspa istri.
Upacara atiwa-tiwa lan atma wedana ini merupakan program rutin Desa Adat Kedonganan yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Program ini sudah berjalan sebanyak lima kali. Selama ini, kegiatan seperti ini memang dibiayai oleh usaha milik desa adat yaitu melalui LPD Desa Adat Kedonganan. Dana upacara dialokasikan dari produk Simpanan Upacara Adat (Sipadat) dan juga lembaga/usaha yang lainnya
“Ini merupakan keputusan bersama. Ini akan terus kami laksanakan rutin setiap tiga tahun sekali sesuai dengan ketentuan pararem desa. Tujuan dilakukan ngaben bersama ini untuk meringankan beban krama. Karena seperti diketahui upacara ngaben secara umum membutuhkan dana yang besar. Untuk kegiatan tahun ini, seluruh biaya sudah ditanggung oleh Pemkab Badung sebesar Rp 1,6 miliar,” ungkap Bendesa Adat Kedonganan Dr Wayan Mertha SE MSi, ditemui di sela acara, Senin (13/8).
Upacara kemarin dihadiri Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama sejumlah anggota DPRD Badung dan unsur pemerintahan lainnya. Hadir pula mantan bupati Badung yang juga panglingsir Puri Agung Mengwi AA Gde Agung.
Bupati Giri Prasta mengatakan, pihaknya selaku Bupati Badung mendukung kegiatan yang berkaitan dengan adat, agama, tradisi, seni, dan budaya. “Kalau ada yang menyiapkan uang untuk persiapan acara ini, saya minta digunakan untuk keperluan keluarga. Tugas saya adalah membantu masyarakat Badung dan meringankan beban kebutuhan komunal,” tuturnya. *po
Komentar