nusabali

Rupiah Terimbas Turki

  • www.nusabali.com-rupiah-terimbas-turki

Pasar keuangan global sedang bergejolak karena kekhawatiran merambatnya imbas negatif dari gejolak sistem keuangan di Turki.

Dollar AS Menembus Rp 14.610

JAKARTA, NusaBali
Mata uang Lira Turki telah anjlok sedemkian parah dan Senin kemarin  berada di posisi 7,24 lira per dolar Amerika Serikat (AS). Angka itu menunjukkan Lira Turki telah melemah melebihi 40 persen sepanjang 2018 ini. Gejolak sistem keuangan di Turki berawal dari intervensi yang terlalu kuat dari Presiden Turki Erdogan untuk menurunkan suku bunga acuan, dan memburuknya hubungannya Turki dengan Amerika Serikat.

Menyikapi situasi ini Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai dampak dari adanya kekhawatiran krisis ekonomi Turki yang berakibat penurunan mata uang lira masih sebatas persepsi. "Kami harus waspada. Kemenkeu akan terus berkoordinasi, seperti dengan BI dan OJK, di dalam menjaga terutama kalau pengaruhnya terhadap sentimen," kata Sri Mulyani ketika meninjau persiapan Asian Games 2018 di Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (13/8).

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan pihaknya akan memantau perkembangan ekonomi di Turki secara hati-hati. Ia menjelaskan situasi di Turki spesifik karena tidak hanya menyangkut masalah finansial namun juga keamanan dan politik tingkat global. "Sebagai negara G20, tentu ini akan memberikan pengaruh terhadap ekonomi global. Walaupun ukurannya masih di bawah 1 triliun dolar AS, namun Turki posisi strategisnya besar," kata Sri Mulyani.

Di sisi lain Bank Indonesia yakin dapat mengendalikan pelemahan nilai tukar Rupiah, dimana pada Senin (13/8) kemarin, melemah hingga level psikologis baru di Rp14.600 per dolar AS, dengan cara intervensi ke pasar valuta asing (Valas). Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendasrah mengatakan Bank Sentral melakukan intervensi di pasar valas untuk memastikan likuiditas valas terjaga agar harga dolar AS tidak semakin tinggi. Jika tekanan yang datang semakin kuat, kata Nanang, BI akan menjalankan dual intervensi dengan stabilisasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN). "Sejauh ini (tekanan) masih bisa dikendalikan, sedang kita upayakan," ujar dia.

Untuk stabilisasi pasar finansial domestik, BI biasanya melakukan intervensi di pasar valas, dan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Hal itu merupakan langkah yang kerap disebut BI sebagai intervensi ganda. Nanang menyebut seluruhnya gejolak yang terjadi di pasar keuangan domestik Senin kemarin karena rentetan aksi investor yang mewaspadai efek berlanjutnya tekanan perekonomian Turki ke pasar keuangan global.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menyebutkan bahwa Turki terancam krisis keuangan. "Nilai tukar lira Turki mencatatkan depresiasi tajam. Efek Turki ini dikawatirkan membuat mata uang dolar AS menguat dan sebaliknya 'emerging markets' lain termasuk rupiah akan melemah," kata dia. *ant

Komentar