nusabali

Stop 500 Komoditas Impor

  • www.nusabali.com-stop-500-komoditas-impor

Evaluasi tersebut akan dilakukan bersama Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan.

Upaya Menjaga Rupiah Tak Terpuruk

JAKARTA, NusaBali
Pemerintah akan menyetop 500 komoditas impor untuk memperbaiki transaksi berjalan yang saat ini defisit sekitar 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Evaluasi tersebut akan dilakukan bersama Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan.

Demikian ditegaskan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai rapat terbatas (ratas) tentang lanjutan strategi kebijakan penguatan cadangan devisa (cadev) di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (14/8). Langkah tersebut, menurut Sri Mulyani, masuk ke dalam empat langkah pemerintah dalam menyelamatkan nilai tukar rupiah.

"Kita akan melakukan langkah drastis dan tegas untuk mengendalikan. Saat ini kami bersama Menteri Perdagangan dan Menperin akan identifikasi 500 komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri apakah bisa substitusi impor dan pengendalian dari sisi impor," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani pun mengungkapkan, ke-500 komoditas yang diidentifikasi ini adalah barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal yang memiliki potensi substitusi produk dalam negeri.

Langkah kedua yang dilakukan pemerintah, meminta PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) menggunakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih banyak lagi.

Upaya ketiga, kata Sri Mulyani,  mendorong ekspor dengan skema pemberian insentif. Hal ini dilakukan baik oleh pemerintah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan, maupun Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Lalu langkah keempat, kata Sri,  implementasi biodiesel 20% (B20) secara konsisten dan menyeluruh setelah aturannya terbit dalam waktu dekat. Penerapan B20 pun diharapkan bisa menekan impor minyak dan gas (migas).

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan krisis ekonomi akibat gejolak pasar keuangan di Turki dan turut menekan rupiah membuat pelaku usaha mulai memikirkan peningkatan biaya dana (cost of fund).

"Terjadi tekanan mata uang rupiah sehingga sempat menyentuh Rp14.600 lebih sedikit," kata Rosan, kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjelaskan pengaruh krisis di Turki melalui pasar uang dan pasar modal menyebabkan investor menarik kembali investasi mereka di negara berkembang. *ant

Komentar