Pejudo Ni Kadek Anny Pandini
Untuk bisa rebut medali emas Asian Games, Kadek Anny Pandini harus lewati ujian sederet atlet top termasuk Dorjsuren Sumiya, pejudo juara dunia asal Mongolia yang mengalahkannya di semifinal Kejuaraan Asia 2018 lalu
46 Atlet Bali Perkuat Kontingen Indonesia di Asian Games XVIII 2018, Ini Sebagian dari Mereka
JAKARTA, NusaBali
Dibanding Gede Ganding Kalbu Soethama, 22, dan I Dewa Ayu Mira Widari, 23, dua pejudo Bali lainnya yang dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Asian Games XVIII 2018 di Jakarta-Palembang, Ni Kadek Anny Pandini, 25, termasuk paling berpengalaman dan sarat prestasi. Kadek Anny Pandini sudah pernah menjuarai pesta olahraga multievent level PON dan SEA Games. Terakhir, dia sukses sabet medali perunggu Kejuaraan Judo Asia 2018. Dengan modal prestasi tersebut, Kadek Anny Pandini kini incar medali emas di Asian Games 2018.
Dalam Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September 2018 nanti, Kadek Anny Pandini akan turun di kelas spesialisasinya, yakni Kelas -57 Kg Putri. Di kelas ini pula sebelumnya Anny Pandini sukses saabet perunggu dalam Asian Judo Open Championship di Taiwan, Juli 2018 lalu.
Perlu dicatat, Asian Judo Open Championship 2018 lalu diikuti semua pejudo terbaik negara-negara Asia, sebagai ajang ujicoba sebelum berlaga ke Asian Games 2018. Medali perunggu yang direngkuh Anny Pandini kala itu diraih melalui perjuangan ektsra keras. Di semifinal, pejudo yang juga prajurit Kowad ini bertemu andalan Mongolia, Dorjsuren Sumiya, penyandang tiga kali juara dunia.
Meski menghadapi pejudo juara dunia, Anny Pandini kala itu tidak gentar. Pejudo kelahiran Denpasar, 10 Mei 1993, asal Desa Sanggulan, Kecamatan Kediri, Tabanan ini mengerahkan segala kemampuannya untuk mengalahkan Dorjsuren Sumiya. Sayangnya, Anny Pandini yang peraih medali emas SEA Games 2015 tetap harus mengakui ketangguhannya sang juara dunia.
Setelah kalah di semifinal, Anny Pandini berhasil meraih medali perunggu setelah bangkit mengalahkan peudo Vietnam dalam tarung play-off III-IV. Menurut Anny Pandini, raihan perunggu Kejuaraan Asia tersebut cukup berarti sebagai modal percaya diri menuju Asian Games 2018. “Hasil tersebut memacu motivasi saya untuk raih emas di Asian Games nanti,” ujar Anny Pandini saat dikonfirmasi NusaBali per telepon di Jepang, Senin (30/7) lalu.
Menurut Anny Pandini, persaingan berebut medali dalam Asian Games 2018 tidaklah mudah. Selain ada jawara dunia dari Mongolia, lawan-lawan berat bagi Anny Pandini di kelas -57 Kg Putri juga datang dari penjudo Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Karena itu, KONI Pusat hanya menargetkan Anny Pandini raih perunggu di Asian Gmes 2018. “Tapi, kalau target pribadi saya, ya meraih emas,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Wayan Sarjana (anggota TNI) dan Desak Putu Redini ini.
Guna mendapatkan hasil terbaik, Anny Pandini dan para pejudo pelatnas lainnya, teramsuk Gede Ganding Kalbu Soethama (kelas -100 Kg Putra) dan Dewa Ayu Mira Widari (kelas 78 Kg Putri), selama 4 bulan menjalani training camp (TC) di Jepang. Pertama, mereka TC di Universitas Tentri, Jepang, 3 Maret-1 Mei 20018. Kedua, Anny Pandini cs kembali TC di Jepang, 11 Juni-12 Agustus 2018.
Anny Pandini cs pulang ke Tanah Air dari TC pertama di Jepang, untuk mengikuti Kejuaraan Judo Kartika Cup di Palembang, 3-6 Mei 2018. Dalam kejuaraan yang sekaligus jadi ajang seleksi terakhir pembentukan tim inti Asian Games 2018 itu, Anny Pandini keluar sebagai jawara, sama seperti Gede Ganding dan Dewa Ayu Mira Widari.
Usai Kejuaraan Kartika Cup di Palembang, mereka kembali terbang ke Jepang untuk melanjutkan TC. Anny Pandini mengaku banyak pelajaran dan pengalaman yang dipetik selama 4 bulan TC di Jepang, baik menyangkut teknik dan strategi bertanding. Ini pula menjadi modal untuk bertarung di Asian Games 2018.
Nama Kadek Anny Pandini sendiri mulai berkibar sejak sukses sabet medali perak dalam SEA Games 2011. Habis itu, Anny Pandini sukses aabet medali emas PON 2012 di Riau, lalu medali perunggu SEA Games 2013, hingga medali emas SEA Games 2015, dan medali emas PON 2016. Perempuan dengan tinggi badan 162 cm yang masuk dinas ketentaraan ini juga sempat dinobatkan sebagai ’Pejudo Terbaik Nasional 2013’.
Sebelum menggeluti cabang beladiri judo, Anny Pandini sempat menekuni pencak silat di Perguruan Perisasi Diri (PD). Hanya setahun menekuni pencak silat sejak Kelas II SD, Anny Pandini kemudian beralih ke cabang judo. Uniknya, Anny Pandini justru tertarik menggeluti judo karena terimbas oleh adiknya, I Komang Bagus Bayuana, yang gabung di Koub Pinaka Baladika Tabanan pada 2004.
Uniknya lagi, sang adik malah berhenti menggeluti judo sejak duduk di bangku SMA. Sebaliknya, Anny Pandini meneruskan kiprahnya di cabang judo, hingga kemudian menjadi atlet andalan nasional. Prestasinya kian melejit setelah ditangani pelatih Ni Made Suyudani, mantan pejudo nasional yang juga asal Bali.
Kejuaraan pertama yang diikuti Anny Pandini adalah Kejurda Judo 2005 di Denpasar, dengan torehan medali emas. Pada tahun yang sama, Anny Pandini juga sukses sabet emas di Porda Bali 2005. Namun, Anny Pandini harus menunggu 6 tahun sebelum dipercaya membela Indonesia dalam SEA Games 2011 di Jakarta, ketika langsung sukses sabet medali perak.
Kini, di tahun 2018, Anny Pandini untuk kali pertama dipercaya tampil membela Indoensia di ajang Asian Games. Dalam aksi perdananya di pesta olahraga multievent empat tahunan se-Asia ini, Anny Pandini siap mengerahkan segala kemampuannya demi meraih hasil terbaik.
“Apalagi, kakak (Putu Rina Ayu Wangi, Red) dan ibu saya akan datang menyaksikan saya bertanding di Asian Games 2018. Sedangkan adik saya (I Komang Bagus Bayuana) tidak datang, karena dia sedang tugas di Medan,” papar Anny Pandini, prajurit Kowad yang kini berdinas di Jasmani Angkatan Darat Kodam (Jasdam) IX/Udayana. *k22
JAKARTA, NusaBali
Dibanding Gede Ganding Kalbu Soethama, 22, dan I Dewa Ayu Mira Widari, 23, dua pejudo Bali lainnya yang dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Asian Games XVIII 2018 di Jakarta-Palembang, Ni Kadek Anny Pandini, 25, termasuk paling berpengalaman dan sarat prestasi. Kadek Anny Pandini sudah pernah menjuarai pesta olahraga multievent level PON dan SEA Games. Terakhir, dia sukses sabet medali perunggu Kejuaraan Judo Asia 2018. Dengan modal prestasi tersebut, Kadek Anny Pandini kini incar medali emas di Asian Games 2018.
Dalam Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September 2018 nanti, Kadek Anny Pandini akan turun di kelas spesialisasinya, yakni Kelas -57 Kg Putri. Di kelas ini pula sebelumnya Anny Pandini sukses saabet perunggu dalam Asian Judo Open Championship di Taiwan, Juli 2018 lalu.
Perlu dicatat, Asian Judo Open Championship 2018 lalu diikuti semua pejudo terbaik negara-negara Asia, sebagai ajang ujicoba sebelum berlaga ke Asian Games 2018. Medali perunggu yang direngkuh Anny Pandini kala itu diraih melalui perjuangan ektsra keras. Di semifinal, pejudo yang juga prajurit Kowad ini bertemu andalan Mongolia, Dorjsuren Sumiya, penyandang tiga kali juara dunia.
Meski menghadapi pejudo juara dunia, Anny Pandini kala itu tidak gentar. Pejudo kelahiran Denpasar, 10 Mei 1993, asal Desa Sanggulan, Kecamatan Kediri, Tabanan ini mengerahkan segala kemampuannya untuk mengalahkan Dorjsuren Sumiya. Sayangnya, Anny Pandini yang peraih medali emas SEA Games 2015 tetap harus mengakui ketangguhannya sang juara dunia.
Setelah kalah di semifinal, Anny Pandini berhasil meraih medali perunggu setelah bangkit mengalahkan peudo Vietnam dalam tarung play-off III-IV. Menurut Anny Pandini, raihan perunggu Kejuaraan Asia tersebut cukup berarti sebagai modal percaya diri menuju Asian Games 2018. “Hasil tersebut memacu motivasi saya untuk raih emas di Asian Games nanti,” ujar Anny Pandini saat dikonfirmasi NusaBali per telepon di Jepang, Senin (30/7) lalu.
Menurut Anny Pandini, persaingan berebut medali dalam Asian Games 2018 tidaklah mudah. Selain ada jawara dunia dari Mongolia, lawan-lawan berat bagi Anny Pandini di kelas -57 Kg Putri juga datang dari penjudo Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Karena itu, KONI Pusat hanya menargetkan Anny Pandini raih perunggu di Asian Gmes 2018. “Tapi, kalau target pribadi saya, ya meraih emas,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Wayan Sarjana (anggota TNI) dan Desak Putu Redini ini.
Guna mendapatkan hasil terbaik, Anny Pandini dan para pejudo pelatnas lainnya, teramsuk Gede Ganding Kalbu Soethama (kelas -100 Kg Putra) dan Dewa Ayu Mira Widari (kelas 78 Kg Putri), selama 4 bulan menjalani training camp (TC) di Jepang. Pertama, mereka TC di Universitas Tentri, Jepang, 3 Maret-1 Mei 20018. Kedua, Anny Pandini cs kembali TC di Jepang, 11 Juni-12 Agustus 2018.
Anny Pandini cs pulang ke Tanah Air dari TC pertama di Jepang, untuk mengikuti Kejuaraan Judo Kartika Cup di Palembang, 3-6 Mei 2018. Dalam kejuaraan yang sekaligus jadi ajang seleksi terakhir pembentukan tim inti Asian Games 2018 itu, Anny Pandini keluar sebagai jawara, sama seperti Gede Ganding dan Dewa Ayu Mira Widari.
Usai Kejuaraan Kartika Cup di Palembang, mereka kembali terbang ke Jepang untuk melanjutkan TC. Anny Pandini mengaku banyak pelajaran dan pengalaman yang dipetik selama 4 bulan TC di Jepang, baik menyangkut teknik dan strategi bertanding. Ini pula menjadi modal untuk bertarung di Asian Games 2018.
Nama Kadek Anny Pandini sendiri mulai berkibar sejak sukses sabet medali perak dalam SEA Games 2011. Habis itu, Anny Pandini sukses aabet medali emas PON 2012 di Riau, lalu medali perunggu SEA Games 2013, hingga medali emas SEA Games 2015, dan medali emas PON 2016. Perempuan dengan tinggi badan 162 cm yang masuk dinas ketentaraan ini juga sempat dinobatkan sebagai ’Pejudo Terbaik Nasional 2013’.
Sebelum menggeluti cabang beladiri judo, Anny Pandini sempat menekuni pencak silat di Perguruan Perisasi Diri (PD). Hanya setahun menekuni pencak silat sejak Kelas II SD, Anny Pandini kemudian beralih ke cabang judo. Uniknya, Anny Pandini justru tertarik menggeluti judo karena terimbas oleh adiknya, I Komang Bagus Bayuana, yang gabung di Koub Pinaka Baladika Tabanan pada 2004.
Uniknya lagi, sang adik malah berhenti menggeluti judo sejak duduk di bangku SMA. Sebaliknya, Anny Pandini meneruskan kiprahnya di cabang judo, hingga kemudian menjadi atlet andalan nasional. Prestasinya kian melejit setelah ditangani pelatih Ni Made Suyudani, mantan pejudo nasional yang juga asal Bali.
Kejuaraan pertama yang diikuti Anny Pandini adalah Kejurda Judo 2005 di Denpasar, dengan torehan medali emas. Pada tahun yang sama, Anny Pandini juga sukses sabet emas di Porda Bali 2005. Namun, Anny Pandini harus menunggu 6 tahun sebelum dipercaya membela Indonesia dalam SEA Games 2011 di Jakarta, ketika langsung sukses sabet medali perak.
Kini, di tahun 2018, Anny Pandini untuk kali pertama dipercaya tampil membela Indoensia di ajang Asian Games. Dalam aksi perdananya di pesta olahraga multievent empat tahunan se-Asia ini, Anny Pandini siap mengerahkan segala kemampuannya demi meraih hasil terbaik.
“Apalagi, kakak (Putu Rina Ayu Wangi, Red) dan ibu saya akan datang menyaksikan saya bertanding di Asian Games 2018. Sedangkan adik saya (I Komang Bagus Bayuana) tidak datang, karena dia sedang tugas di Medan,” papar Anny Pandini, prajurit Kowad yang kini berdinas di Jasmani Angkatan Darat Kodam (Jasdam) IX/Udayana. *k22
1
Komentar