nusabali

Pastika Apresiasi Kehadiran Dhamantra-Wedakarna

  • www.nusabali.com-pastika-apresiasi-kehadiran-dhamantra-wedakarna

Dua wakil rakyat Bali di Senayan, Nyoman Dhamantra dan Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, hadir berorasi terkait Revitalisasi Teluk Benoa di panggung Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Minggu (27/3). 

Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja Jadi Ajang ‘Debat’ Reklamasi

DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Made Mangku Pastika pun apresiasi kehadiran Nyoman Dhamatra (anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali) dan Arya Wedakarna (anggota DPD RI Dapil Bali) di acara rutin sepekan sekali tersebut.

Kehadiran Nyoman Dhamantra dan Arya Wedakarna ini merupakan respons atas pernyataan Gubernur Pastika saat acara simakrama sehari sebelumnya, Sabtu (26/3) lalu, yang mengundang warga pro (mendukung) dan kontra (menolak) Revitalisasi Teluk Benoa untuk berbicara dalam satu panggung PB3AS. Maka, tidak seperti biasanya, panggung PB3AS berlangsung sejak pagi hingga siang pukul 11.00 Wita.

Saat hadir di panggung PB3AS, Minggu kemarin, Nyoman Dhamantra dan Arya Wedakarna berorasi bergantian seputar Reklamasi Teluk Benoa. Demikian pula Gubernur Pastika, yang didampingi Kepala Inspektoran Provinsi Bali I Ketut Teneng, kemarin tampil ke atas podium yang dibuka di pojok barat daya Lapangan Niti Mandala Denpasar tersebut.

Dalam orasinya, Dhamantra menyatakan kehadirannya di arena PB3AS bertujuan untuk menyuarakan penolakan terhadap rencana Revitalisasi Teluk Benoa (Kecamatan Kuta Selatan, Badung) yang diatur dalam Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Dia menilai gerakan tolak Revitalisasi Teluk Benoa belakangan semakin masif dan serius. Dhamantra pun berharap hal ini jadi perhatian Gubernur Pastika. 

“Kami berharap Bapak Gubernur ikut bersama-sama memohon kepada Presiden agar Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dicabut,” pinta politisi PDIP asal Banjar Wira Bhumi, Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur yang telah dua kali periode duduk di DPR RI ini. 

Menurut Dhamantra, faktor niskala menjadi alasan utama gerakan tolak Revitalisasi Teluk Benoa. "Kalau dari segi sekala seperti kajian AMDAL, memang masih bisa diperdebatkan. Tapi, yang menjadi dasar penolakan kami lebih ke faktor niskala," katanya. Dia menyebut ada 31 pura di Kawasan Teluk Benoa yang perlu dijaga kesuciannya. Lebih dari itu, bhisama PHDI juga sudah jelas melarang kegiatan pengurugan laut, danau, dan campuhan.

Selain bicara soal revitalisasi, Dhamantra juga meminta Gubernur Pastika mengkaji kembali kebijakan investasi di Bali. Karena, dari pengamatannya, pesatnya pertumbuhan investasi tidak membawa dampak signifikan bagi krama Bali. "Hotel dan vila menjamur, tapi banyak perajin yang saat ini mengalami kesulitan dan hampir bangkrut," katanya sembari meminta Gubernur mengatur kembali regulasi investasi agar lebih berpihak pada kepentingan krama Bali.

Paparan hampir senada juga disampaikan Senator Arya Wedakarna. Menurut Wedakarna, sampai kapan pun dirinya akan berada di barisan terdepan dalam gerakan tolak reklamasi. Meski demikian, Wedakarna tetap menghormati aspirasi mereka yang mendukung rencana tersebut. Dia juga mengimbau agar aspirasi disampaikan sesuai aturan dan beretika. 

Penolakan serupa juga disampaikan Mangku Wayan Suteja, tokoh masyarakat yang kemarin pagi berorasi di PB3AS. Mangku Suteja mengako tolak rencana Revitalisasi Teluk Benoa, dengan alasan kawasan Bali Selatan sudah terlalu padat. Selain itu, rencana ini dinilai tidak sejalan dengan pembangunan pariwisata berbasis adat dan budaya.

Bukan hanya kubu penolak reklamasi yang berorasi di PB3AS, Minggu kemarin. Kelompok pendukung Revitalisasi Teluk Benoa juga tak kalah sengit dalam mengemukakan pendapat mereka. Salah satunya, Komang Gede Subudi, warga Denpasar yang kemarin dengan lantang nyatakan dukung Revitalisasi Teluk Benoa. 

Menurut Komang Gede Sebudi, Bali membutuhkan lapangan pekerjaan baru untuk menampung lulusan sarjana yang terus bertambah setiap tahun. Sebudi juga mengingatkan agar pihak yang pro dan kontra tidak mengatasnamakan adat dan agama dalam gerakan mereka. “Tolong jangan mengatasnamakan adat dan agama,” tandas Sebudi.
Dukungan juga diutarakan tiga pentolan laiinya yang kemarin pagi berorasi di PB3AS: Wayan Suata, Wayan Ranten, dan Lanang Sudira. Dalam orasinya, Wayan Ranten meluruskan bahwa revitalisasi bertujuan untuk mengembalikan kawasan Teluk Benoa. 

Wayan Ranten yang lahir dan dibesarkan di Teluk Benoa, tahu betul kondisi kawasan tersebut. Saat ini, kondisi kawasan Teluk Benoa sangat memprihatinkan. 
“Saat air surut, kita dapat melihat bagaimana kotornya kawasan Teluk Benoa. Banyak sampah, bangkai binatang, hingga pembalut wanita berserakan. Apa itu yang disebut suci?” Ranten balik bertanya. Kondisi serupa juga dibeber Lanang Sudira, tokoh yang selama ini aktif dalam gerakan pelestarian mangrove.

Sedangkan orator lainnya seperti Wayan Sutiawan (dari Abiansemal, Badung) dan Agung Ariawan (dari Pedungan, Denpasar Selatan) lebih memilih netral. Keduanya berpendapat, saat ini keputusan ada di tangan Presiden. Jika Presiden mencabut Perpres Nomor 51 Tahun 2014, maka otimatis rencana Revitalisasi Teluk Benoa itu akan batal. 

Sebaliknya, Agung Ariawan mengkritisi gerakan mengatasnamakan desa pakraman yang kemudian difasilitasi kelompok aktivis tertentu. Menurut Ariawan, penyampaian aspirasi yang mengatasnamakan desa pakraman harus sesuai mekanisme. “Ada Majelis Alit, Majelis Madya, hingga Majelis Utama. Keliru kalau aspirasi desa pakraman dibawa oleh kelompok aktivis. Itu yang perlu diluruskan,” tandas Ariawan.

Sementara itu, Gubernur Pastika apresiasi kehadiran Nyoman Dhamantra dan Arya Wedakarna di arena PB3AS, Minggu kemarin. Pastika merasa bangga, karena ini menandakan wadah penyaluran aspirasi yang digagasnya (PB3AS) mendapat perhatian dari dua wakil rakyat Bali di Senayan. “Ini menandakan podium yang saya gagas semakin berbobot,” ujar Pastika.

Pastika memaparkan, gagasan untuk melaksanakan PB3AS terinspirasi oleh kegiatan serupa yang dilihatnya di London. Selain sebagai media penyaluran berbagai aspirasi, melalui kegiatan ini pihaknya ingin mendorong orang Bali lebih berani bicara. 
“Di podium ini, setiap orang boleh bicara mengenai apa saja, tanpa dibatasi waktu, tentunya dengan santun dan beretika,” tegas Gubernur Bali asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini. Sekadar diacatat, PB3AS pertama kali digelar 2 November 2014 lalu. Selama hampir 2 tahun bergulir, sejumlah tokoh penting sempat berorasi di PB3AS. Termasuk di antaranya Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang hadir berorasi di PB3AS pada 8 Maret 2015.

Gubernur Pastika sendiri berharap ke depannya lebih banyak lagi wakil rakyat Bali di Senayan bisa hadir bicara di PB3AS. Kemarin pagi, Pastika sekalian juga mengundang Dhamantra, Wedakarna, dan wakil rakyat Bali di Senayan lainnya untuk hadir ke acara simakrama rutin yang digelar Pemprov Bali pada Sabtu pekan terakhir setiap bulannya.
Terkait pro dan kontra rencana Revitalisasi Teluk Benoa, Gubernur Pastika menegaskan dirinya tidak berpihak pada kepentingan atau kelompok mana pun. “Mereka yang pro maupun yang kontra, semua adalah tanggung jawab saya. Dan, saya tak boleh berpihak dan harus ada di keduabelah pihak,” ujar Pastika.

Untuk itulah, Pastika sekalian mengundang pihak yang pro maupun kontra Reklamasi Teluk Benoa untuk menyampaikan pendapat di arena PB3AS. Pastika juga akan mempertemukan keduabelah pihak dalam sebuah diskusi. “Mari kita kaji baik buruk dan untung-ruginya. Kita bicara dengan pikiran lebih jernih,” tegas mantan Kapolda Bali dan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) ini. 7 i

Komentar