PLN Gardu Induk Amlapura Datangkan Trafo Seberat 80 Ton
PT PLN Gardu Induk Amlapura, Karangasem menurunkan sebuah trafo dengan bobot 80 ton di depan Gardu Induk kawasan Jalan Nenas Amlapura, Rabu (15/8) pagi.
Antisipasi Kebutuhan Listrik 25 Tahun ke Depan
AMLAPURA, NusaBali
Trafo dengan panjang 5 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 4 meter (volumenya mencapai 80 meter kubik) ini sebagai upaya antisipasi kebutuhan listri 25 tahun ke depan. Supervisor PT PLN Gardu Induk Amlapura, I Ketut Wira Sukarwa ST, mengatakan trafo seberat 80 ton ini tiba di lokasi, Rabu pagi pukul 05.30 Wita. Trafo super besar berkekuatan listri 60 MVA ini diangkut dari Jakarta, sejak Kamis (2/8) lalu, dengan perjalanan hanya di malam hari. Trafo diangkut menggunakan kendaraan Lobet Jakarata Nopol B 9002 ZQK, dengan kekuatan mesin 12.800 CC yang dikemudikan sopir Oyim.
Begitu trafo seberat 80 ton ini tiba di depan PLN Gardu Induk Amlapura, menurut Ketut Wira Sukarwa, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Satlantas Polres Karangasem untuk pengalihan lalulintas. Sebab, untuk menurunkan trafo tersebut dari kendaraan Lobet, harus memakan setengah lebih badan jalan.
Proses penurunan dan pemasangan trafo tersebut berlangsung selama 12 jam, hingga sore sekitar pukul 17.30 Wita. “Proses ini membuat arus lalulintas di sekitar lokasi terhambat selama 12 jam pula,” papar Wira Sukarwa.
Menurut Wira Sukarwa, kedatangan trafo seberat 80 ton ini untuk memperkuat stok energi listrik yang sebelumnya telah ada di tempat yang sama, dengan kekuatan menyimpan daya sebesar 60 MVA. Ini sebagai langkah antisipasi kebutuhan listrik di Karangasem selama 25 tahun ke depan.
Wira Sukarwa mengatakan, awalnya PLN Gardu Induk Amlapura memiliki dua trafo ukuran kecil, yang masing-masing berkekuatan daya simpan listrik 20 MVA dan 30 MVA. Untuk trafo berkekuatan 20 MVA sebelumnya sudah diganti dengan trafo kekuatan 60 MVA. Kali ini, giliran trafo berkekuatan 30 MVA yang diganti dengan trafo berkekuatan 60 MVA.
“Sebenarnya, kembali kembali pasang trafo berkekuatan 60 MVA untuk jaga-jaga saja. Saat ini, kebutuhan listrik saat beban puncak di Karangasem sebetulnya hanya mencapai 25-30 MVA. Nah, dengan adanya dua trafo besar ini, persediaan daya listrik akan aman,” jelas Wira Sukarwa. Disebutkan, dua trafo ukuran besar ini untuk antisipasi kebutuhan daya listrik hingga 25 tahun ke depan.
Menurut Wira Sukarwa, pihaknya mengerahkan 10 tenaga dan 2 pengawas untuk menurunkan trafo super besar ini. Mereka bekerja hati-hati dan teliti, agar tidak terjadi kesalahan saat menggeser trafo. Sebab, kalau sampai ada rangkaian yang bergeser, harus dibawa kembali ke pabriknya.
Sementara itu, pengemudi Lobet Jakarata Nopol B 9002 ZQK pengangkut trafo 80 ton, Oyim, menceritakan selama dalam perjalanan dari Jakarta sejak 2 Agustus 2018 lalu, pihaknya sangat hati-hati agar rangkaian trafo tidak ada yang bergeser. “Makanya, kendaraan melaju pelan 10-20 kilometer per jam. Itu pun, perjalanan maksimal sejauh 10 kilometer, selanjutnya berhenti untuk istirahat,” papar Oyim di Amlapura, Rabu kemarin.
Menurut Oyom, seluruh perjalanan mesti dilakukan malam hari, agar bagian rangkaian atas trafo tidak panas terkena sinar matahari. “Jika ketemu jalan rusak, saya mesti mengatur agar kendaraan berjalan pelan-pelan," papar Oyim. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Trafo dengan panjang 5 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 4 meter (volumenya mencapai 80 meter kubik) ini sebagai upaya antisipasi kebutuhan listri 25 tahun ke depan. Supervisor PT PLN Gardu Induk Amlapura, I Ketut Wira Sukarwa ST, mengatakan trafo seberat 80 ton ini tiba di lokasi, Rabu pagi pukul 05.30 Wita. Trafo super besar berkekuatan listri 60 MVA ini diangkut dari Jakarta, sejak Kamis (2/8) lalu, dengan perjalanan hanya di malam hari. Trafo diangkut menggunakan kendaraan Lobet Jakarata Nopol B 9002 ZQK, dengan kekuatan mesin 12.800 CC yang dikemudikan sopir Oyim.
Begitu trafo seberat 80 ton ini tiba di depan PLN Gardu Induk Amlapura, menurut Ketut Wira Sukarwa, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Satlantas Polres Karangasem untuk pengalihan lalulintas. Sebab, untuk menurunkan trafo tersebut dari kendaraan Lobet, harus memakan setengah lebih badan jalan.
Proses penurunan dan pemasangan trafo tersebut berlangsung selama 12 jam, hingga sore sekitar pukul 17.30 Wita. “Proses ini membuat arus lalulintas di sekitar lokasi terhambat selama 12 jam pula,” papar Wira Sukarwa.
Menurut Wira Sukarwa, kedatangan trafo seberat 80 ton ini untuk memperkuat stok energi listrik yang sebelumnya telah ada di tempat yang sama, dengan kekuatan menyimpan daya sebesar 60 MVA. Ini sebagai langkah antisipasi kebutuhan listrik di Karangasem selama 25 tahun ke depan.
Wira Sukarwa mengatakan, awalnya PLN Gardu Induk Amlapura memiliki dua trafo ukuran kecil, yang masing-masing berkekuatan daya simpan listrik 20 MVA dan 30 MVA. Untuk trafo berkekuatan 20 MVA sebelumnya sudah diganti dengan trafo kekuatan 60 MVA. Kali ini, giliran trafo berkekuatan 30 MVA yang diganti dengan trafo berkekuatan 60 MVA.
“Sebenarnya, kembali kembali pasang trafo berkekuatan 60 MVA untuk jaga-jaga saja. Saat ini, kebutuhan listrik saat beban puncak di Karangasem sebetulnya hanya mencapai 25-30 MVA. Nah, dengan adanya dua trafo besar ini, persediaan daya listrik akan aman,” jelas Wira Sukarwa. Disebutkan, dua trafo ukuran besar ini untuk antisipasi kebutuhan daya listrik hingga 25 tahun ke depan.
Menurut Wira Sukarwa, pihaknya mengerahkan 10 tenaga dan 2 pengawas untuk menurunkan trafo super besar ini. Mereka bekerja hati-hati dan teliti, agar tidak terjadi kesalahan saat menggeser trafo. Sebab, kalau sampai ada rangkaian yang bergeser, harus dibawa kembali ke pabriknya.
Sementara itu, pengemudi Lobet Jakarata Nopol B 9002 ZQK pengangkut trafo 80 ton, Oyim, menceritakan selama dalam perjalanan dari Jakarta sejak 2 Agustus 2018 lalu, pihaknya sangat hati-hati agar rangkaian trafo tidak ada yang bergeser. “Makanya, kendaraan melaju pelan 10-20 kilometer per jam. Itu pun, perjalanan maksimal sejauh 10 kilometer, selanjutnya berhenti untuk istirahat,” papar Oyim di Amlapura, Rabu kemarin.
Menurut Oyom, seluruh perjalanan mesti dilakukan malam hari, agar bagian rangkaian atas trafo tidak panas terkena sinar matahari. “Jika ketemu jalan rusak, saya mesti mengatur agar kendaraan berjalan pelan-pelan," papar Oyim. *k16
Komentar