Nosstress Melali ke Desa, 17-an ala Desa Visesa Ubud
Desa Visesa punya cara unik untuk memperingati hari kemerdekaan, yakni dengan merayakannya di alam terbuka sambil menanam, bermain, memasak, dan bernyanyi.
GIANYAR, NusaBali
Jika biasanya perayaan 17 Agustus dirayakan di sebuah lapangan dengan berbagai lomba khas 17-an, maka Desa Visesa punya cara lain yang lebih menyenangkan. Villa yang mengusung kearifan desa, yang berlokasi di Jalan Suweta, Ubud ini, memilih merayakannya di persawahan dan alam terbuka dengan mengajak para remaja serta keluarga untuk turut merayakannya.
Mengusung tema ‘Nosstress Melali ke Desa’, acara yang diselenggarakan pada (17/08/2018), berlokasi di Warung Tani tersebut, sukses menyedot minat pengunjung untuk hadir dan berinteraksi langsung dengan grup musik Bali, beranggotakan 3 orang, yang tengah popular baik di kalangan lokal mau pun nasional tersebut. Meski gerimis kerap mengguyur di seper sekian acara, namun hal tersebut tidak seikit pun menyurutkan minat pengunjung untuk hadir dan menikmati kegiatan yang disuguhkan.
Berbagai kegiatan tersebut antara lain, lomba menghias sepeda yang khusus mengikutsertakan para keluarga, lomba metanding canang untuk umum, lomba balap karung untuk anak-anak dan dewasa, lomba makan krupuk untuk anak-anak dan dewasa, demo menanam cabai bersama Nosstress, demo masak bersama Nosstress, serta ditutup dengan menyaksikan perampilan Nosstress di atas panggung yang akan menghibur pengunjung selama kurang lebih 1 jam dengan 7 hingga 8 lagu.
Pengunjung sedang mengikuti lomba metanding canang di arela Warung Tani (17/08) - Dok. NusaBali
Adalah Surya, pria asal Medan yang juga hadir dalam acara Nosstress Melali ke Desa, mengaku sangat senang mengikuti setiap kegiatan yang disuguhkan Desa Visesa. Dirinya pun sempat menggikuti 2 perlombaan sekaligus, yakni lomba balap karung dan makan krupuk. Meski tidak memperoleh kemenangan, namun ia tidak berkecil hati dan tetap menikmati acara.
“Perasaannya senang karena di kota kan tidak ada yang begini, jadi senang aja, seru. Semoga acara seperti ini tetap diadakan tiap tahun karena acaranya seru dan mengajak pengunjung untuk kembali ke alam dan tradisional,” tutur Surya saat ditemui NusaBali usai dirinya mengikuti lomba makan krupuk.
Ditemui di waktu dan tempat yang berbeda namun masih berada di lingkungan Warung Tani, Ana, selaku Marketing Communication di Desa Visesa pun menjelaskan bahwa misi Desa Visesa adalah untuk melestarikan alam, budaya, dan gastronomi. Melalui acara Nosstress Melali ke Desa ini, mereka ingin mengajak anak-anak muda di momen hari kemerdekaan ini untuk melestarikan alam bersama-sama dengan Nosstress. Ketika ditanya, mengapa memilih Nosstress sebagai bintang tamu utama, Ana pun menjawab demikian.
“Kenapa Nosstress? Kita tahu bahwa Nosstress itu merupakan band yang dikenal dengan lagu-lagunya yang tentang alam dan lirik serta musiknya juga cocok banget buat dinikmati sambil melihat alam. Jadi, itu sebabnya kenapa kita ajak Nosstress,” jelas Ana.
Tidak terlewat, kegiatan ini pun disambut baik oleh Nosstress yang diwakili oleh dua personilnya – yang ditemui NusaBali selepas mereka menana bibit cabai – yaitu Man Angga dan Guna Warma atau akrab disapa Kupit, sementara salah satu personilnya, yakni Tjokorda Bagus tengah melakukan demo masak bersama Pendy, additional pemain double bass di grup Nosstress.
Tjokorda Bagus sedang unjuk kebolehan memasak di depan pengunjung, seraya ditemani kedua rekannya, man Angga (baju putih) dan Kupit (baju abu) - Dok. NusaBali
“Ya, seperti pada umumnya, momen merayakan hari kemerdekaan itu pasti melakukan sesuatu yang menggembirakan, contohnya ini. Maksudnya, bukan hanya sekedar untuk menggembirakan, tetapi juga ada pesan-pesan seperti melestarikan urban farming, agar bisa menanam di lahan sempit dan keinginan menanam itu juga lebih penting. Itu yang perlu digarisbawahi, sangat asyik sekali untuk acara ini,” papar Man Angga.
Ketika ditanya bagaimana kesannya ketika melakukan demo menanam cabai, Kupit pun mengutarakan pendapatnya.
“Kalau saya sih, kebetulah di rumah sering menanm-nanam. Jadi, ya, asyik untuk menanam-nanam dengan banyak orang, dan semoga saja dari sini ada karya yang dibawa pulang. Jadi, dengan melihat itu, jadi ada keinginan untuk menanam di rumah masing-masing, “ sambung Kupit.
Mereka berdua juga menekankan, menanam di pekarangan rumah sangat penting karena ketika kita menanam sendiri, hasilnya pun bisa kita petik sendiri untuk dimasak sendiri pula. Mereka yang mewakili Nosstress pun berharap, agar acara seperti ini semakin banyak diadakan, tidak hanya di Desa Visesa, tetapi juga di hotel-hotel lain, bahkan hingga di banjar-banjar, untuk memberi edukasi pada masyarakat bahwa menanam di rumah itu penting.
Tidak lupa, Nosstress juga berpesan, bahwa di hari kemerdekaan ini hendaknya dilandasi dengan berkarya dan bekerja, serta agar masyarakat semakin cerdas dalam memilah informasi yang bertebaran dan tidak memperdebatkan hal yang tidak penting. *ph
Komentar