nusabali

Raih Rekor Dunia Muri

  • www.nusabali.com-raih-rekor-dunia-muri

Sebanyak 1.800 penari Rejang Sandat Ratu Segara tampil memukau pada pembukaan Tanah Lot Art and Food Festival II di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan pada Sabtu (18/8) sore.

Tari Rejang Sandat Ratu Segara oleh 1.800 Penari  


TABANAN, NusaBali
Tari sakral yang digagas oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti ini mendapat rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk kategori Pagelaran Tari Kolosal.  

Sebelum tarian dimulai, Tanah Lot Art and Food Festival II dibuka oleh Menteri Pariwisata yang diwakili oleh Plt Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adyani, ditandai dengan pemukulan gong. Dia didampingi Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Wakil Gubernur Bali terpilih Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama, dan Kepala Dinas Kebudayaan Bali Dewa Putu Beratha mewakli dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Hadir juga anggota DPD RI Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna.

Anugerah rekor dunia dari Muri diserahkan usai pagelaran Tari Rejang Sandar Ratu Segara kepada Bupati Eka Wiryastuti. Penyerahan dilakukan sekitar pukul 18.30 Wita. Dan sekaligus diberikan pula hak cipta kepada Bupati Eka Wiryastuti.

Festival yang digelar kali ini mengambil tema Bhakti Pujaning Segara yang mengandung arti persembahan tulus kepada laut. Festival yang digelar selama tiga hari, pada hari penutupan, Senin (20/8) rencananya dihadiri oleh Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri.

Bupati Eka Wiryastuti mengatakan festival digelar bertujuan untuk menarik wisatawan ke Tabanan terutama di DTW Tanah Lot. Sekaligus untuk pelestarian seni dan budaya, dan menggaungkan kuliner khas Tabanan dan mengangkat UMKM yang belum dapat kesempatan ikut pada festival sebelumnya. “Terutama untuk kuliner ada 10 stand kopi yang diracik oleh barista kita di Tabanan,” jelasnya.

Terkait Tari Rejang Ratu Segara, menurutnya ini adalah tari persembahan kepada ibu pertiwi. Tarian ini didapat dari pawisik selama semedi yang dilakukannya. Ini merupakan tarian sakral ditujukan ke alam. Dengan tarian ini diharapkan memberi fibrasi positif kepada alam semesta.

“Karena tidak hanya dengan upacara saja membersihkan alam, bisa juga membersihkan dengan seni budaya,” jelasnya.

“Kalaupun ada yang kerauhan setelah tarian dipentaskan, jangan dianggap negatif. Tapi itu adalah sisi positif. Artinya Beliau ledang dan Beliau mapice, makanya itu pasti ada trance. Dari 1.800 sekitar 1 persen lah yang kerauhan,” beber Bupati Eka Wiryastuti.

Saking sakralnya sebelum pementasan dimulai telah dilakukan upacara mapiuning dan ngaturang pakelem (menghaturkan upakara ke dalam laut), dengan tujuan agar pementasan tarian berjalan lancar. Selain itu, sebelum menari semua penari yang berjumlah 1.800 orang berdoa. Sekaligus ditaburkan 11 kilogram bunga melati di areal pantai.

Bupati Eka Wiryastuti berharap tarian ini bisa diwariskan dan dilanjutkan oleh umat dan seluruh generasi muda yang ikhlas dan berkeinginan memberikan pengabdian atau ngayah dalam bentuk tarian Rejang Sandat Ratu Segara. “Terpenting selalu mengedepankan nilai ketulusan keikhlasan dalam seni budaya,” tegasnya.

“Terimakasih kepada semua pihak yang mendukung, terutama anak-anak penari 1.800 orang,” ujarnya.

Plt Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adyani, mengatakan festival ini adalah wujud nyata Pemkab Tabanan dan DTW Tanah Lot dalam melestarikan seni budaya Bali. Sebab dalam festival ini disuguhkan berbagai macam kesenian dan kuliner khas Tabanan yang dibuat oleh masyarakat lokal.

Menurut Adyani, festival yang dibuat sangat luar biasa. Karena seluruh komponen terlibat. Mulai dari pemerintah, adat, pemuda, dan masyarakat lokal. “Saya berharap festival dilaksanakan rutin dengan tanggal yang sama serta logo yang mudah diingat. Kami akan dukung,” tegasnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kadis Kebudayaan Bali Dewa Putu Beratha. Dia mengapresiasi terselenggaranya festival. Selain untuk menggaungkan kuliner khas daerah yang dapat membantu ekonomi masyarakat lokal, festival sangat membantu menarik kunjungan wisatawan ke Bali khusunya ke Tanah Lot.

Pantauan di lapangan, saking antusiasnya masyarakat menyaksikan pembukaan festival, kemacetan panjang terjadi di sekitaran DTW Tanah Lot. Bahkan wisatawan dan masyarakat harus bertahap untuk mengeluarkan kendaraan. *de

Komentar