Warga Munduk Nangka Keluhkan Kondisi Jalan
Jalan ke pemukiman dan ke lokasi Agrowisata Munduk Nangka belum mendapat perbaikan rabat beton. Akibatnya, saat hujan becek dan licin, saat kemarau berdebu.
NEGARA, NusaBali
Warga seputar Munduk Nangka, Banjar Tangi Meyeh, Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Jembrana, mengeluhkan kondisi jalan setempat yang masih berupa tanah dan belum tersentuh perbaikan rabat beton. Padahal selain terdapat pemukiman warga, juga terdapat sebuah tempat wisata yakni Agrowisata Munduk Nangka, yang belakangan ramai dikunjungi wisatawan.
Berdasar pemantauan belum lama ini, jalan utama (jalan desa) ke kawasan Munduk Nangka memang telah dirabat beton. Tetapi rabat beton itu hanya sampai di depan Bale Subak Pangkung Jelepung. Sedangkan jalur ke timur atau lurus menuju lokasi Agrowisata Munduk Nangka, masih berupa tanah yang dipadatkan. Begitu juga jalur ke selatan yang menjadi tempat permukiman warga sekaligus jalan tembus kembali menuju jalan utama. Bahkan jalan tanah tempat pemukiman warga dengan lebar sekitar 2 meter dengan panjang sekitar 800 meter itu, tampak compang-camping menyerupai jalan setapak di tengah-tengah areal persawahan.
Salah seorang warga Munduk Nangka, I Made Astika, 36, mengatakan akses jalan tanah menuju pemukiman warga setempat ini, merupakan jalan umum yang sudah dibuka sekitar 20 tahun lalu. Sebelum dibuka menjadi jalan umum karena banyak terdapat rumah warga, jalan yang tembus ke jalan utama itu, adalah jalan setapak yang terjal dan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.
“Sejak dibuka sekitar 20 tahun lalu sampai sekarang, belum diperbaiki. Kalau lewat sini harus hati-hati. Apalagi malam, tidak ada penerangan jalan. Dan kalau hujan, sama sekali tidak bisa lewat karena berlumpur dan becek. Makanya kalau hujan, kami terpaksa titip motor di bale subak,” katanya.
Menurut Astika, pada tahun 2017 lalu, pernah dilakukan pengukuran oleh pihak desa yang berencana memperbaiki semua jalan di kawasan Munduk Nangka. Tetapi kenyataannya, rabat beton hanya dilakukan sampai di depan bale subak, karena informasinya anggaran di desa terbatas.
“Walaupun tidak bisa sekarang, kami harapkan mungkin tahun depan. Inginnya, di sini bisa seperti gang-gang di wilayah lain yang sudah dirabat sampai ke pelosok-pelosok yang tidak ada warga. Karena selain rumah, juga ada tempat wisata, jalan ini juga kami gunakan mengangkut hasil kebun,” kata Astika.
Hal senada juga disampaikan penjaga Agrowisata Munduk Nangka, Putu Sumiarta. Agrowisata Munduk Nangka yang dibuka oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Banjar Tangimeyeh sejak tahun 2017 lalu ini, semakin ramai dikunjungi, dan rata-rata 100 orang pengunjung per hari. Seiring upaya mengembangkan tempat wisata yang juga tergolong baru dirintis itu, sangat diharapkan perbaikan jalan setempat. “Kondisinya kalau hujan berlumpur, dan kalau kemarau berdebu. Apalagi kalau ada offroad. Karena sering dilalui orang offroad, kadang jalan semakin rusak, dan krama subak yang perbaiki. Masalah ini sudah sering dikoordinasikan ke desa, paling tidak dilanjutkan untuk rabat beton di sini,” ujarnya.
Sementara Perbekel Berangbang I Gusti Putu Pradnya, dikonfirmasi Minggu kemarin, mengakui belum semua akses jalan desa di wilayahnya bisa tersentuh rabat beton maupun pengaspalan karena keterbatasan anggaran. Namun pihaknya terus berupaya menganggarkan perbaikan jalan secara bertahap sesuai usulan masing-masing banjar.
“Di banjar saya saja, Banjar Pengajaran Kaler, masih banyak jalan belum diperbaiki. Tetapi kami tetap berusaha, karena banyak belum diperbaiki dan anggaran terbatas. Anggaran kami bagi per banjar. Sedangkan ada tujuh banjar, dan di wilayah kami banyak sekali ada jalan desa. Jadi kami perbaiki bertahap,” ujarnya. *ode
Berdasar pemantauan belum lama ini, jalan utama (jalan desa) ke kawasan Munduk Nangka memang telah dirabat beton. Tetapi rabat beton itu hanya sampai di depan Bale Subak Pangkung Jelepung. Sedangkan jalur ke timur atau lurus menuju lokasi Agrowisata Munduk Nangka, masih berupa tanah yang dipadatkan. Begitu juga jalur ke selatan yang menjadi tempat permukiman warga sekaligus jalan tembus kembali menuju jalan utama. Bahkan jalan tanah tempat pemukiman warga dengan lebar sekitar 2 meter dengan panjang sekitar 800 meter itu, tampak compang-camping menyerupai jalan setapak di tengah-tengah areal persawahan.
Salah seorang warga Munduk Nangka, I Made Astika, 36, mengatakan akses jalan tanah menuju pemukiman warga setempat ini, merupakan jalan umum yang sudah dibuka sekitar 20 tahun lalu. Sebelum dibuka menjadi jalan umum karena banyak terdapat rumah warga, jalan yang tembus ke jalan utama itu, adalah jalan setapak yang terjal dan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.
“Sejak dibuka sekitar 20 tahun lalu sampai sekarang, belum diperbaiki. Kalau lewat sini harus hati-hati. Apalagi malam, tidak ada penerangan jalan. Dan kalau hujan, sama sekali tidak bisa lewat karena berlumpur dan becek. Makanya kalau hujan, kami terpaksa titip motor di bale subak,” katanya.
Menurut Astika, pada tahun 2017 lalu, pernah dilakukan pengukuran oleh pihak desa yang berencana memperbaiki semua jalan di kawasan Munduk Nangka. Tetapi kenyataannya, rabat beton hanya dilakukan sampai di depan bale subak, karena informasinya anggaran di desa terbatas.
“Walaupun tidak bisa sekarang, kami harapkan mungkin tahun depan. Inginnya, di sini bisa seperti gang-gang di wilayah lain yang sudah dirabat sampai ke pelosok-pelosok yang tidak ada warga. Karena selain rumah, juga ada tempat wisata, jalan ini juga kami gunakan mengangkut hasil kebun,” kata Astika.
Hal senada juga disampaikan penjaga Agrowisata Munduk Nangka, Putu Sumiarta. Agrowisata Munduk Nangka yang dibuka oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Banjar Tangimeyeh sejak tahun 2017 lalu ini, semakin ramai dikunjungi, dan rata-rata 100 orang pengunjung per hari. Seiring upaya mengembangkan tempat wisata yang juga tergolong baru dirintis itu, sangat diharapkan perbaikan jalan setempat. “Kondisinya kalau hujan berlumpur, dan kalau kemarau berdebu. Apalagi kalau ada offroad. Karena sering dilalui orang offroad, kadang jalan semakin rusak, dan krama subak yang perbaiki. Masalah ini sudah sering dikoordinasikan ke desa, paling tidak dilanjutkan untuk rabat beton di sini,” ujarnya.
Sementara Perbekel Berangbang I Gusti Putu Pradnya, dikonfirmasi Minggu kemarin, mengakui belum semua akses jalan desa di wilayahnya bisa tersentuh rabat beton maupun pengaspalan karena keterbatasan anggaran. Namun pihaknya terus berupaya menganggarkan perbaikan jalan secara bertahap sesuai usulan masing-masing banjar.
“Di banjar saya saja, Banjar Pengajaran Kaler, masih banyak jalan belum diperbaiki. Tetapi kami tetap berusaha, karena banyak belum diperbaiki dan anggaran terbatas. Anggaran kami bagi per banjar. Sedangkan ada tujuh banjar, dan di wilayah kami banyak sekali ada jalan desa. Jadi kami perbaiki bertahap,” ujarnya. *ode
Komentar