Tujuh Hari di Lombok, Tagana Tabanan Waswas
Sepuluh orang Tagana Tabanan menyediakan logistik untuk 850 jiwa. Setiap hari mereka menanak 70 kilogram beras.
TABANAN, NusaBali
Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Tabanan yang dikirim ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk misi kemanusiaan sudah kembali ke Bali pada Selasa (21/8) pagi. Kondisi mereka dalam keadaan sehat meskipun saat berada di lokasi bencana selalu dihantui perasaan waswas. Ini karena guncangan gempa masih terus terjadi.
Mereka bertugas di Posko Tanjung, Dusun Karang Swela, Desa/Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Jumlah yang dikirim dari Tabanan sebanyak 10 orang. Di Posko Tanjung mereka membantu di bidang logistik dan evakuasi bangunan warga. Khusus di bidang logistik mereka menyediakan logistik untuk 850 jiwa. Setiap hari mereka memasak 70 kilogram beras.
Salah seorang Tagana yang ikut misi kemanusian tersebut, I Putu Ariawan asal Banjar Kebon Tumpalan, Desa Wanagari Kauh, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, mengaku berangkat dari Posko Tanjung pada Senin (20/8) pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Dan tiba di Pelabuhan Padangdai, Kecamatan Manggis, Karangasem, pada Selasa pagi sekitar pukul 05.00 Wita. “Sampainya pagi karena perjalanan jauh,” ungkap Ariawan, Rabu (22/8).
Kata dia, selama tujuh hari di Lombok, dia bersama rekannya membantu di bidang logistik. Turut pula Tagana dari Jembrana dan Badung yang menjadi satu tim dalam misi kemanusiaan di bidang logistik. “Jadi kami di sana membagi tiga tim, ada tim siapkan sayur dan daging, tim siapkan bumbu, dan tim menanak nasi,” jelasnya.
Karena di Posko Tanjung tersebut ada 850 jiwa, jadi setiap hari Ariawan dan rekannya memasak beras sebanyak 70 kilogram. “Kegiatan ini kami lakukan setiap hari pagi, siang, dan sore. Termasuk kami juga membantu evakuasi rumah warga yang sudah rata dengan tanah,” kata Ariawan, perwakilan Tagana dari Kecamatan Selemadeg.
Menurutnya di Posko Tanjung tersebut sebagian besar adalah warga Bali. Terbanyak dari Karangasem dan Klungkung. Rata-rata bangunan mereka yang rusak parah adalah palinggih merajan. “Mereka tidak ada yang berani tidur di dalam bangunan, mereka tidur di posko atau tenda,” tegasnya.
Bahkan Ariawan dan teman-temannya juga mengaku saat berada di Lombok selalu dihantui rasa waswas. Hal itu karena Lombok belakangan ini selalu diguncang gempa. “Waswas sekali sampai terjaga tidurnya, dan selalu tidur di tenda. Dan tidur di kendaraan logistik,” jelasnya.
Meskipun demikian, dirinya sangat senang sudah bisa membantu para korban bencana di Lombok. Peristiwa ini mengajarkan bahwa seluruh manusia harus hidup saling menolong. “Banyak dapat pengalaman, walaupun singkat di sana, kami cukup cepat beradaptasi,” bebernya.
Kepala Dinas Sosial Tabanan Gede Gunawan mengatakan Tagana datang dengan kondisi sehat. Selama bertugas di Desa Tanjung membantu di bidang logistik. “Tetapi mereka di sana waswas karena gempa sering terjadi,” tegasnya.
Namun dia bersyukur Tagana Tabanan datang dengan kondisi selamat. Dan mereka tampak ceria mendapat tugas misi kemanusiaan. “Mereka berangkat selain karena hati nuraninya terketuk, juga ada arahan dari provinsi untuk berangkat ke Lombok bersama dengan Tagana kabupaten lainnya di Bali,” tandas Gunawan. *de
Mereka bertugas di Posko Tanjung, Dusun Karang Swela, Desa/Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Jumlah yang dikirim dari Tabanan sebanyak 10 orang. Di Posko Tanjung mereka membantu di bidang logistik dan evakuasi bangunan warga. Khusus di bidang logistik mereka menyediakan logistik untuk 850 jiwa. Setiap hari mereka memasak 70 kilogram beras.
Salah seorang Tagana yang ikut misi kemanusian tersebut, I Putu Ariawan asal Banjar Kebon Tumpalan, Desa Wanagari Kauh, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, mengaku berangkat dari Posko Tanjung pada Senin (20/8) pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Dan tiba di Pelabuhan Padangdai, Kecamatan Manggis, Karangasem, pada Selasa pagi sekitar pukul 05.00 Wita. “Sampainya pagi karena perjalanan jauh,” ungkap Ariawan, Rabu (22/8).
Kata dia, selama tujuh hari di Lombok, dia bersama rekannya membantu di bidang logistik. Turut pula Tagana dari Jembrana dan Badung yang menjadi satu tim dalam misi kemanusiaan di bidang logistik. “Jadi kami di sana membagi tiga tim, ada tim siapkan sayur dan daging, tim siapkan bumbu, dan tim menanak nasi,” jelasnya.
Karena di Posko Tanjung tersebut ada 850 jiwa, jadi setiap hari Ariawan dan rekannya memasak beras sebanyak 70 kilogram. “Kegiatan ini kami lakukan setiap hari pagi, siang, dan sore. Termasuk kami juga membantu evakuasi rumah warga yang sudah rata dengan tanah,” kata Ariawan, perwakilan Tagana dari Kecamatan Selemadeg.
Menurutnya di Posko Tanjung tersebut sebagian besar adalah warga Bali. Terbanyak dari Karangasem dan Klungkung. Rata-rata bangunan mereka yang rusak parah adalah palinggih merajan. “Mereka tidak ada yang berani tidur di dalam bangunan, mereka tidur di posko atau tenda,” tegasnya.
Bahkan Ariawan dan teman-temannya juga mengaku saat berada di Lombok selalu dihantui rasa waswas. Hal itu karena Lombok belakangan ini selalu diguncang gempa. “Waswas sekali sampai terjaga tidurnya, dan selalu tidur di tenda. Dan tidur di kendaraan logistik,” jelasnya.
Meskipun demikian, dirinya sangat senang sudah bisa membantu para korban bencana di Lombok. Peristiwa ini mengajarkan bahwa seluruh manusia harus hidup saling menolong. “Banyak dapat pengalaman, walaupun singkat di sana, kami cukup cepat beradaptasi,” bebernya.
Kepala Dinas Sosial Tabanan Gede Gunawan mengatakan Tagana datang dengan kondisi sehat. Selama bertugas di Desa Tanjung membantu di bidang logistik. “Tetapi mereka di sana waswas karena gempa sering terjadi,” tegasnya.
Namun dia bersyukur Tagana Tabanan datang dengan kondisi selamat. Dan mereka tampak ceria mendapat tugas misi kemanusiaan. “Mereka berangkat selain karena hati nuraninya terketuk, juga ada arahan dari provinsi untuk berangkat ke Lombok bersama dengan Tagana kabupaten lainnya di Bali,” tandas Gunawan. *de
Komentar