Penari Rejang Sandat Ratu Segara yang Kerauhan di Sekolah Sudah Sehat
Puluhan siswa penari Rejang Sandat Ratu Segara yang kembali kerauhan di sekolah kondisinya telah membaik.
TABANAN, NusaBali
Mereka sudah bisa diajak berkomunikasi dan sudah bisa bercanda dengan sanak saudara. Agar kejadian kerauhan tidak terulang lagi, Kamis (23/8) seluruh kepala sekolah yang muridnya ikut menarikan Rejang Sandat Ratu Segara pada Pembukaan Festival Tanah Lot, Sabtu (18/8), akan kembali ngaturang guru piduka dan nunas tirta ke Pura Tanah Lot.
Kepala SMPN 3 Selemadeg Timur Putu Artha Pujangga menjelaskan, tujuh siswanya yang kembali kerauhan di sekolah pada Senin (20/8) sudah membaik. Dia bersama Camat Selemadeg Timur I Gusti Ngurah Dharma Utama juga sudah mengecek ke rumah masing-masing siswi pada Selasa (21/8). “Kami datangi ke rumahnya, kondisi mereka sudah membaik, tidak ada yang bengong-bengong,” jelasnya.
Kata dia, agar kejadian tidak terulang kembali, seluruh kepala sekolah SMP yang siswanya ikut menari akan kembali ke Tanah Lot pada Kamis (23/8) untuk gelar guru piduka dan nunas tirta. Tirta yang ditunas ini akan dipercikkan kepada seluruh siswa. “Besok (hari ini) kepala sekolah ke Tanah Lot agar seluruh siswa tidak alami kerauhan kembali,” imbuh Pujangga.
Menurutnya siswi yang kerauhan ini adalah pilihan. “Tidak semua siswa kerauhan, mudah-mudahan gangguan hal negatif tidak datang kembali,” tegas Pujangga.
Hal serupa juga disampaikan oleh Camat Selemadeg Timur I Gusti Ngurah Darma Utama. Jika siswa dari SMPN 3 Selemadeg Timur sebanyak tujuh orang dan SMPN 2 Selemadeg Timur empat orang yang kembali kerauhan di sekolah, semua sudah membaik. Dan menurut pengakuan mereka, mereka tidak kapok menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. “Kami juga ke rumah mereka, kondisinya sudah sehat dan membaik serta bisa ke sekolah,” tutur Dharma Utama.
Sementara itu, siswa kerauhan kembali terjadi di SMPN 4 Kediri pada Selasa (21/8). Ada belasan orang yang mengalami kerauhan. Namun kondisi mereka juga sudah membaik.
“Jumlahnya saya tidak tahu persis, hanya saja yang saya dekati ada lima orang yang kerauhan. Tetapi sekarang sudah sehat,” ungkap Kepala SMPN 4 Kediri Dewa Nyoman Sarjana.
Dijelaskannya, siswa kerauhan saat jam istirahat. Namun dirinya tidak mengetahui jelas karena sedang ikut workshop di belakang sekolah. “Pada saat kerauhan kami langsung bawa ke Pura Tanah Lot ngaturang guru piduka,” ujarnya sembari mengatakan kemarin para murid lebih dulu dipulangkan agar tidak kena imbas.
Di sisi lain, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sebagai pencetus Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara, mengatakan dirinya mengapresiasi semangat para penari dan menyarankan ‘malukat’ bagi para penari yang masih mengalami kesurupan setelah pentas di pelataran Pura Tanah Lot, Sabtu (18/8).
“Tarian ini memang dirancang agar sakral dan berfungsi membersihkan unsur negatif yang ada di dalam diri. Bisa saja ada unsur negatif, dan memang pada dasarnya mereka (yang kesurupan) ada kelainan (bebayian) ataukah ada unsur lainnya. Sehingga setelah menari, masuk unsur positif, dan menyebabkan unsur negatif itu terganggu dan terjadi gesekan antara unsur positif dengan unsur negatif,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa energi negatif bawaan dari dalam diri tersebut memang sulit dilepaskan. Sehingga harus melakukan panglukatan (pembersihan) di Pura Luhur Tanah Lot. Niscaya dengan malukat bisa menghindarkan diri dari unsur-unsur energi negatif.
Jauh hari sebelum dipilihnya penari, para penari dengan sukarela dan tidak ada unsur pakasaan berpastisipasi menarikan Tari Rejang Sandat Ratu Segara. Dan sudah dijelaskan pula ini adalah tarian sakral dan bersifat pembersihan unsur-unsur negatif, dan juga merupakan persembahan tulus ikhlas kepada penguasa segara (laut). Sehingga, kesurupan dan lain-lain tidak terbantahkan dan pasti terjadi.
“Mereka menari dengan sukarela, tidak ada unsur paksaan. Dan orangtuanya pun sadar. Sampai ada orangtua bilang akan ajak anaknya mapamit ke Tanah Lot dan tidak ada masalah,” tegas Bupati Eka.
Dan ke depan apabila masih ada penari yang masih sering kesurupan, Bupati Eka menyatakan siap membantu, sesuai dengan prosesi yang harus dijalankan. *de
Mereka sudah bisa diajak berkomunikasi dan sudah bisa bercanda dengan sanak saudara. Agar kejadian kerauhan tidak terulang lagi, Kamis (23/8) seluruh kepala sekolah yang muridnya ikut menarikan Rejang Sandat Ratu Segara pada Pembukaan Festival Tanah Lot, Sabtu (18/8), akan kembali ngaturang guru piduka dan nunas tirta ke Pura Tanah Lot.
Kepala SMPN 3 Selemadeg Timur Putu Artha Pujangga menjelaskan, tujuh siswanya yang kembali kerauhan di sekolah pada Senin (20/8) sudah membaik. Dia bersama Camat Selemadeg Timur I Gusti Ngurah Dharma Utama juga sudah mengecek ke rumah masing-masing siswi pada Selasa (21/8). “Kami datangi ke rumahnya, kondisi mereka sudah membaik, tidak ada yang bengong-bengong,” jelasnya.
Kata dia, agar kejadian tidak terulang kembali, seluruh kepala sekolah SMP yang siswanya ikut menari akan kembali ke Tanah Lot pada Kamis (23/8) untuk gelar guru piduka dan nunas tirta. Tirta yang ditunas ini akan dipercikkan kepada seluruh siswa. “Besok (hari ini) kepala sekolah ke Tanah Lot agar seluruh siswa tidak alami kerauhan kembali,” imbuh Pujangga.
Menurutnya siswi yang kerauhan ini adalah pilihan. “Tidak semua siswa kerauhan, mudah-mudahan gangguan hal negatif tidak datang kembali,” tegas Pujangga.
Hal serupa juga disampaikan oleh Camat Selemadeg Timur I Gusti Ngurah Darma Utama. Jika siswa dari SMPN 3 Selemadeg Timur sebanyak tujuh orang dan SMPN 2 Selemadeg Timur empat orang yang kembali kerauhan di sekolah, semua sudah membaik. Dan menurut pengakuan mereka, mereka tidak kapok menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. “Kami juga ke rumah mereka, kondisinya sudah sehat dan membaik serta bisa ke sekolah,” tutur Dharma Utama.
Sementara itu, siswa kerauhan kembali terjadi di SMPN 4 Kediri pada Selasa (21/8). Ada belasan orang yang mengalami kerauhan. Namun kondisi mereka juga sudah membaik.
“Jumlahnya saya tidak tahu persis, hanya saja yang saya dekati ada lima orang yang kerauhan. Tetapi sekarang sudah sehat,” ungkap Kepala SMPN 4 Kediri Dewa Nyoman Sarjana.
Dijelaskannya, siswa kerauhan saat jam istirahat. Namun dirinya tidak mengetahui jelas karena sedang ikut workshop di belakang sekolah. “Pada saat kerauhan kami langsung bawa ke Pura Tanah Lot ngaturang guru piduka,” ujarnya sembari mengatakan kemarin para murid lebih dulu dipulangkan agar tidak kena imbas.
Di sisi lain, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sebagai pencetus Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara, mengatakan dirinya mengapresiasi semangat para penari dan menyarankan ‘malukat’ bagi para penari yang masih mengalami kesurupan setelah pentas di pelataran Pura Tanah Lot, Sabtu (18/8).
“Tarian ini memang dirancang agar sakral dan berfungsi membersihkan unsur negatif yang ada di dalam diri. Bisa saja ada unsur negatif, dan memang pada dasarnya mereka (yang kesurupan) ada kelainan (bebayian) ataukah ada unsur lainnya. Sehingga setelah menari, masuk unsur positif, dan menyebabkan unsur negatif itu terganggu dan terjadi gesekan antara unsur positif dengan unsur negatif,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa energi negatif bawaan dari dalam diri tersebut memang sulit dilepaskan. Sehingga harus melakukan panglukatan (pembersihan) di Pura Luhur Tanah Lot. Niscaya dengan malukat bisa menghindarkan diri dari unsur-unsur energi negatif.
Jauh hari sebelum dipilihnya penari, para penari dengan sukarela dan tidak ada unsur pakasaan berpastisipasi menarikan Tari Rejang Sandat Ratu Segara. Dan sudah dijelaskan pula ini adalah tarian sakral dan bersifat pembersihan unsur-unsur negatif, dan juga merupakan persembahan tulus ikhlas kepada penguasa segara (laut). Sehingga, kesurupan dan lain-lain tidak terbantahkan dan pasti terjadi.
“Mereka menari dengan sukarela, tidak ada unsur paksaan. Dan orangtuanya pun sadar. Sampai ada orangtua bilang akan ajak anaknya mapamit ke Tanah Lot dan tidak ada masalah,” tegas Bupati Eka.
Dan ke depan apabila masih ada penari yang masih sering kesurupan, Bupati Eka menyatakan siap membantu, sesuai dengan prosesi yang harus dijalankan. *de
Komentar