Anak Usia 3 Tahun Berbobot 8 Kg
Sungguh malang anak asal Desa Tegaljati, Kecamatan Sumberwringin ini.
Potret Gizi Buruk di Bondowoso
BONDOWOSO, NusaBali
Umurnya telah menginjak 3 tahun, namun beratnya hanya sekitar 8 kg. Putera kedua pasangan Sodik-Marwiyah itu diduga mengalami stunting atau gizi buruk sejak dilahirkan.
"Tempo hari sudah kami bawa ke puskesmas. Kata perawat memang mengalami gizi buruk," tutur sang ibu, Marwiyah (24), di rumahnya, Rabu (22/8) seperti dilansir detik.
Ditambahkan Marwiyah, sejak lahir, bobot putranya juga hanya 1,7 kg dengan panjang 45 cm. Ia juga disebut sering sakit.
"Sejak kecil juga sering sakit. Pertumbuhan badannya juga sangat lamban," timpal Sodik, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani tersebut.
Ia pun mengakui jika anaknya kurang mendapatkan asupan gizi yag baik karena kondisi perekonomian mereka. Betapa tidak, untuk makan sehari-hari saja keluarga ini sudah kesulitan.
Sodik menuturkan, ia dan seluruh anggota keluarganya hanya makan seadanya. Kadang sehari hanya makan dua kali sehari. Itupun berupa nasi jagung berlauk seadanya.
"Anak saya itu memang tak mau nyusu sejak bayi. Mau dikasih susu kami nggak bisa beli. Terpaksa dikasih air tajin tiap hari," tambah Marwiyah.
Dihubungi terpisah, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso tak menampik jika di wilayah ini, angka penderita gizi buruknya terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan angka itu dipengaruhi sejumlah faktor.
"Persoalan gizi buruk memang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor ekonomi, pola asuh orang tua yang salah dan sosial budaya," kata Sugiyanto, Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
Data dari Dinas Kesehatan setempat menyebutkan hingga bulan Juni 2018, angka gizi buruk mencapai 38,3 persen. Angka itu cenderung meningkat daripada tahun sebelumnya. *
BONDOWOSO, NusaBali
Umurnya telah menginjak 3 tahun, namun beratnya hanya sekitar 8 kg. Putera kedua pasangan Sodik-Marwiyah itu diduga mengalami stunting atau gizi buruk sejak dilahirkan.
"Tempo hari sudah kami bawa ke puskesmas. Kata perawat memang mengalami gizi buruk," tutur sang ibu, Marwiyah (24), di rumahnya, Rabu (22/8) seperti dilansir detik.
Ditambahkan Marwiyah, sejak lahir, bobot putranya juga hanya 1,7 kg dengan panjang 45 cm. Ia juga disebut sering sakit.
"Sejak kecil juga sering sakit. Pertumbuhan badannya juga sangat lamban," timpal Sodik, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani tersebut.
Ia pun mengakui jika anaknya kurang mendapatkan asupan gizi yag baik karena kondisi perekonomian mereka. Betapa tidak, untuk makan sehari-hari saja keluarga ini sudah kesulitan.
Sodik menuturkan, ia dan seluruh anggota keluarganya hanya makan seadanya. Kadang sehari hanya makan dua kali sehari. Itupun berupa nasi jagung berlauk seadanya.
"Anak saya itu memang tak mau nyusu sejak bayi. Mau dikasih susu kami nggak bisa beli. Terpaksa dikasih air tajin tiap hari," tambah Marwiyah.
Dihubungi terpisah, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso tak menampik jika di wilayah ini, angka penderita gizi buruknya terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan angka itu dipengaruhi sejumlah faktor.
"Persoalan gizi buruk memang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor ekonomi, pola asuh orang tua yang salah dan sosial budaya," kata Sugiyanto, Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
Data dari Dinas Kesehatan setempat menyebutkan hingga bulan Juni 2018, angka gizi buruk mencapai 38,3 persen. Angka itu cenderung meningkat daripada tahun sebelumnya. *
1
Komentar