Gerakan Perdamaian Dukung Eksistensi Daerah Pariwisata
Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk perdamaian berdampak baik terhadap pemulihan daerah pariwisata yang sempat terkena bencana.
DENPASAR, NusaBali
Demikian disampaikan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika saat menerima panitia Gema Perdamaian ke-16 tahun 2018 di Ruang Kerjanya, Kantor Gubernur Bali, Kamis (23/8). Pastika mengatakan semua elemen masyarakat khususnya para pelaku ekonomi pariwisata sepatutnya bersyukur dengan adanya gerakan-gerakan yang mengingatkan akan pentingnya perdamaian. “Kita harus akui bahwa pesan-pesan perdamaian seperti ini membuat kepercayaan wisatawan meningkat sehingga recovery lebih cepat seperti yang dulu terjadi pasca Bom Bali,” kata Pastika.
Di tengah runcingnya perbedaan, Pastika meyakini pesan-pesan perdamaian perlu disampaikan, bahkan dengan cara yang paling sederhana namun secara tulus dari hati. “Pesan perdamaian itu harusnya disampaikan setiap hari, karena perdamaian itu tujuan kita. Tidak ada yang menginginkan permusuhan. Kalaupun terjadi perang, ujungnya pasti untuk perdamaian,” katanya.
Pastika mengatakan sudah saatnya gema perdamaian terdengar secara nasional, bahkan global. Itu sebabnya Ia mengusulkan agar tokoh perdamaian dunia turut diundang dalam perhelatan ini. Apalagi, Ia menambahkan, Bali sudah semakin dikenal sebagai pulau perdamaian. “Di Unud (Universitas Udayana) sudah ada Institute for Peace and Democracy yang menguatkan posisi kita sebagai pulau perdamaian dan demokrasi, (kawasan) GWK pun diharapkan jadi markas World Cultural Forum,” kata Pastika.
Ketua Panitia Gema Perdamaian ke-16, Kadek Adnyana mengatakan Gema Perdamaian tahun 2018 ini akan dimeriahkan dengan berbagai lomba seperti lomba duta perdamaian, lomba short movie, blog dan lomba berbasis digital lainnya. “Kami harapkan nantinya ada duta perdamaian yang bisa menyebarkan pesan-pesan kedamaian ke dunia dari Bali,” kata Adnyana yang didampingi Steering Committee dan panitia lainnya.
Acara tahun ini juga akan dimeriahkan dengan sarasehan damai bersama para pengusaha di Bali dan puncaknya adalah kegiatan doa bersama tanggal 6 Oktober 2018 di Monumen Bajra Sandi, Denpasar. *
Di tengah runcingnya perbedaan, Pastika meyakini pesan-pesan perdamaian perlu disampaikan, bahkan dengan cara yang paling sederhana namun secara tulus dari hati. “Pesan perdamaian itu harusnya disampaikan setiap hari, karena perdamaian itu tujuan kita. Tidak ada yang menginginkan permusuhan. Kalaupun terjadi perang, ujungnya pasti untuk perdamaian,” katanya.
Pastika mengatakan sudah saatnya gema perdamaian terdengar secara nasional, bahkan global. Itu sebabnya Ia mengusulkan agar tokoh perdamaian dunia turut diundang dalam perhelatan ini. Apalagi, Ia menambahkan, Bali sudah semakin dikenal sebagai pulau perdamaian. “Di Unud (Universitas Udayana) sudah ada Institute for Peace and Democracy yang menguatkan posisi kita sebagai pulau perdamaian dan demokrasi, (kawasan) GWK pun diharapkan jadi markas World Cultural Forum,” kata Pastika.
Ketua Panitia Gema Perdamaian ke-16, Kadek Adnyana mengatakan Gema Perdamaian tahun 2018 ini akan dimeriahkan dengan berbagai lomba seperti lomba duta perdamaian, lomba short movie, blog dan lomba berbasis digital lainnya. “Kami harapkan nantinya ada duta perdamaian yang bisa menyebarkan pesan-pesan kedamaian ke dunia dari Bali,” kata Adnyana yang didampingi Steering Committee dan panitia lainnya.
Acara tahun ini juga akan dimeriahkan dengan sarasehan damai bersama para pengusaha di Bali dan puncaknya adalah kegiatan doa bersama tanggal 6 Oktober 2018 di Monumen Bajra Sandi, Denpasar. *
Komentar