Petani Krisis Pakan Ternak Sapi
Sumberkelampok Bangun Embung 30 Are
SINGARAJA,NusaBali
Peternak sapi dan kambing di wilayah Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, mulai kesulitan pakan ternak. Ini terjadi hampir setiap tahun ketika musim kemarau tiba. Kini pihak desa membuat terobosan dengan membangun embung memanfaatkan air hujan.
Harapannya, air embung tersebut dapat dimanfaatkan peternak mengairi lahan agar tetap tersedia pakan ternak. Di Desa Sumberkelampok, hampir 80 persen warganya adalah petani dan peternak. Ketika musim kemarau seperti tahun ini, peternak mengalami krisis pakan. Tanaman lamtoro, gamal, dan jenis tanaman lainnya yang selama ini menjadi pakan utama dimusim kemarau, telah habis terpangkas hingga tidak lagi tumbuh daun. Selama ini, tidak sedikit dari peternak setempat terpaksa mencari pakan ternak ke kawasan terlarang yakni hutan lindung di kawasan TNBB (Taman Nasional Bali Barat). “Mau gimana lagi, semua tanaman mati karena tidak ada air, kalau didalam hutan masih ada dedaunan hijau, itu yang kita cari untuk pakan ternak, dari pada ternak mati kelaparan,” ujar seorang warga, Kamis (23/8)
Kini menyusul situasi tersebut, pihak desa membuat terobosan dengan membuat embung diatas lahan seluas 30 are. Embung terbagi tiga dengan kedalaman masing-masing 2 meter ini memanfaatkan air hujan. Lokasinya di Banjar Tegal Bunder, tempatnya pintu masuk menuju Pura Segara Rupek dari jalan raya Singaraja-Gilimanuk.
Perbekel Sumberkelampok Wayan Sawitra Yasa mengungkapkan, lokasi embung dulunya adalah lahan rawa-rawa. Karena setiap musim penghujan, lahan tersebut selalu tergenang air hujan hingga ketinggian semeter. Bahkan, air tidak bisa surut hingga berbulan-bulan. Karena itu, pihaknya memanfaatkan dana desa sekitar Rp 200 juta, untuk pembangunan tiga embung masing-masing, seluas 100 x 50 meter. “Waktu hujan, petani tidak bisa mencari pakan kerena tergenang air, ketika musim kemarau petani juga kesulitan cari pakan, karena semuanya kering. Itu yang kita coba manfaatkan dengan membangun embung, sehingga air hujan bisa tertampung,” terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, air yang tertampung dalam embung dapat dimanfaatkan petani ketika musim kemarau untuk mengairi lahannya agar tanaman pakan ternak bisa tumbuh. Sehingga peternak tidak lagi masuk ke dalam hutan lindung mencari pakan. “Nanti peternak disekitar embung bisa memanfaatkan airnya. Ini juga sekaligus menyadarkan warga, agar ikut menjaga lingkungan. Artinya tidak lagi masuk ke dalam hutan lindung mencari pakan ternak dengan menebang kayu di hutan,” jelas Sawitra Yasa.
Menurutnya, selain untuk kepentingan peternak, embung yang dibangun juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar. Sehingga embung tersebut memiliki banyak manfaat, disamping untuk tempat rekreasi atau tempat memancing.*k19
Peternak sapi dan kambing di wilayah Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, mulai kesulitan pakan ternak. Ini terjadi hampir setiap tahun ketika musim kemarau tiba. Kini pihak desa membuat terobosan dengan membangun embung memanfaatkan air hujan.
Harapannya, air embung tersebut dapat dimanfaatkan peternak mengairi lahan agar tetap tersedia pakan ternak. Di Desa Sumberkelampok, hampir 80 persen warganya adalah petani dan peternak. Ketika musim kemarau seperti tahun ini, peternak mengalami krisis pakan. Tanaman lamtoro, gamal, dan jenis tanaman lainnya yang selama ini menjadi pakan utama dimusim kemarau, telah habis terpangkas hingga tidak lagi tumbuh daun. Selama ini, tidak sedikit dari peternak setempat terpaksa mencari pakan ternak ke kawasan terlarang yakni hutan lindung di kawasan TNBB (Taman Nasional Bali Barat). “Mau gimana lagi, semua tanaman mati karena tidak ada air, kalau didalam hutan masih ada dedaunan hijau, itu yang kita cari untuk pakan ternak, dari pada ternak mati kelaparan,” ujar seorang warga, Kamis (23/8)
Kini menyusul situasi tersebut, pihak desa membuat terobosan dengan membuat embung diatas lahan seluas 30 are. Embung terbagi tiga dengan kedalaman masing-masing 2 meter ini memanfaatkan air hujan. Lokasinya di Banjar Tegal Bunder, tempatnya pintu masuk menuju Pura Segara Rupek dari jalan raya Singaraja-Gilimanuk.
Perbekel Sumberkelampok Wayan Sawitra Yasa mengungkapkan, lokasi embung dulunya adalah lahan rawa-rawa. Karena setiap musim penghujan, lahan tersebut selalu tergenang air hujan hingga ketinggian semeter. Bahkan, air tidak bisa surut hingga berbulan-bulan. Karena itu, pihaknya memanfaatkan dana desa sekitar Rp 200 juta, untuk pembangunan tiga embung masing-masing, seluas 100 x 50 meter. “Waktu hujan, petani tidak bisa mencari pakan kerena tergenang air, ketika musim kemarau petani juga kesulitan cari pakan, karena semuanya kering. Itu yang kita coba manfaatkan dengan membangun embung, sehingga air hujan bisa tertampung,” terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, air yang tertampung dalam embung dapat dimanfaatkan petani ketika musim kemarau untuk mengairi lahannya agar tanaman pakan ternak bisa tumbuh. Sehingga peternak tidak lagi masuk ke dalam hutan lindung mencari pakan. “Nanti peternak disekitar embung bisa memanfaatkan airnya. Ini juga sekaligus menyadarkan warga, agar ikut menjaga lingkungan. Artinya tidak lagi masuk ke dalam hutan lindung mencari pakan ternak dengan menebang kayu di hutan,” jelas Sawitra Yasa.
Menurutnya, selain untuk kepentingan peternak, embung yang dibangun juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar. Sehingga embung tersebut memiliki banyak manfaat, disamping untuk tempat rekreasi atau tempat memancing.*k19
Komentar