Embung Telung Buana Tercemar Abu Vulkanik
Krama Banjar Telung Buana, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, menguras air embung yang tercemar abu vulkanik dan batu-batu pijar Gunung Agung, Kamis (23/8).
AMLAPURA, NusaBali
Seluruh air pada embung berkapasitas 15.500 meter kubik dibuang karena tercemar bakteri e-coli. Buat sementara warga 115 kepala keluarga (KK) di Banjar Telung Buana memanfaatkan sisa-sisa air yang tertampung di cubang milik pribadi.
Kelian Banjar Telung Buana, I Made Madya, belum bisa memprediksi kapan pengurasan air embung bisa dituntaskan. Sebab embung tertimbun abu vulkanik yang menyebabkan air keruh dan beracun. Embung mulai terpapar abu vulkanik saat terjadi erupsi Gunung Agung, Selasa (3/7) lalu. Selain itu ada beberapa batu lontaran dari kawah Gunung Agung. “Hari ini kami belum bisa menyelesaikan pengurasan. Ada lagi proses pembersihan lapisan geomembran,” kata Made Madya.
Dikatakan, pembersihan paling sulit yakni membersihkan abu yang melekat di geo membran. “Mudah-mudahan embung cepat bisa dibersihkan dan kembali dioperasikan. Sebab persediaan air di cubang warga telah menipis,” ungkapnya. Dijelaskan, embung di Banjar Telung Buana dibangun tahun 2013 dengan kapasitas 15.500 meter kubik biaya Rp 5,549 miliar. Airnya baru dialirkan pada tahun 2014. Selama ini embung tersebut selalu tersedia air karena curah hujan di lereng Gunung Agung bagian selatan sangat tinggi. Embung tersebut biasanya dioperasikan di musim panas. Sebab, jika musim hujan, cubang-cubang warga masih berisi air.
Terpisah, Perbekel Desa Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengakui embung di Banjar Telung Buana bermasalah sejak beberapa kali Gunung Agung erupsi. Akibatnya air embung tercemar, tidak bisa dikonsumsi. “Buat sementara warga memanfaatkan air yang masih tersimpan di cubang. Di sini tidak ada mata air,” jelas Mangku Tinggal. Sementara Kepala Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Karangasem, I Ketut Sedana Mertha, mengaku belum dapat laporan terkait pengurasan embung.
Sementara di Kabupaten Bangli, Desa Peninjoan membangun embung di kawasan Alas Metapa, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku. Pembangunan embung memanfaatkan dana desa sebesar Rp 328.545.000. Camat Tembuku, I Dewa Agung Putu Purnama, mengatakan pembangunan embung dilaksanakan pada bulan Juli lalu. Embung yang dibangun ukuran 982 meter persegi dengan kedalaman 1,9 meter. Pembangun embung merupakan salah satu upaya mengatasi krisis air bagi petani.
Embung ini mampu menampung 1.865 m3 atau 1.865.000 liter. Air yang memenuhi embung bersumber dari mata air di sekitar lokasi. Air tersebut untuk mengaliri Subak tampuagan, Subak Tabunan, Subak Payuk, dan Subak Candi. Di lokasi pembangunan embung juga ada petirtan yang rencana dikembangkan jadi objek wisata spiritual. “Rencana jadi lokasi malukat, pengelolaannya di bawah BUMDes,” ujarnya. *k16, es
Kelian Banjar Telung Buana, I Made Madya, belum bisa memprediksi kapan pengurasan air embung bisa dituntaskan. Sebab embung tertimbun abu vulkanik yang menyebabkan air keruh dan beracun. Embung mulai terpapar abu vulkanik saat terjadi erupsi Gunung Agung, Selasa (3/7) lalu. Selain itu ada beberapa batu lontaran dari kawah Gunung Agung. “Hari ini kami belum bisa menyelesaikan pengurasan. Ada lagi proses pembersihan lapisan geomembran,” kata Made Madya.
Dikatakan, pembersihan paling sulit yakni membersihkan abu yang melekat di geo membran. “Mudah-mudahan embung cepat bisa dibersihkan dan kembali dioperasikan. Sebab persediaan air di cubang warga telah menipis,” ungkapnya. Dijelaskan, embung di Banjar Telung Buana dibangun tahun 2013 dengan kapasitas 15.500 meter kubik biaya Rp 5,549 miliar. Airnya baru dialirkan pada tahun 2014. Selama ini embung tersebut selalu tersedia air karena curah hujan di lereng Gunung Agung bagian selatan sangat tinggi. Embung tersebut biasanya dioperasikan di musim panas. Sebab, jika musim hujan, cubang-cubang warga masih berisi air.
Terpisah, Perbekel Desa Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengakui embung di Banjar Telung Buana bermasalah sejak beberapa kali Gunung Agung erupsi. Akibatnya air embung tercemar, tidak bisa dikonsumsi. “Buat sementara warga memanfaatkan air yang masih tersimpan di cubang. Di sini tidak ada mata air,” jelas Mangku Tinggal. Sementara Kepala Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Karangasem, I Ketut Sedana Mertha, mengaku belum dapat laporan terkait pengurasan embung.
Sementara di Kabupaten Bangli, Desa Peninjoan membangun embung di kawasan Alas Metapa, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku. Pembangunan embung memanfaatkan dana desa sebesar Rp 328.545.000. Camat Tembuku, I Dewa Agung Putu Purnama, mengatakan pembangunan embung dilaksanakan pada bulan Juli lalu. Embung yang dibangun ukuran 982 meter persegi dengan kedalaman 1,9 meter. Pembangun embung merupakan salah satu upaya mengatasi krisis air bagi petani.
Embung ini mampu menampung 1.865 m3 atau 1.865.000 liter. Air yang memenuhi embung bersumber dari mata air di sekitar lokasi. Air tersebut untuk mengaliri Subak tampuagan, Subak Tabunan, Subak Payuk, dan Subak Candi. Di lokasi pembangunan embung juga ada petirtan yang rencana dikembangkan jadi objek wisata spiritual. “Rencana jadi lokasi malukat, pengelolaannya di bawah BUMDes,” ujarnya. *k16, es
1
Komentar