Usai Kerahuan, 10 Siswi Datangi Posko Pengobatan Sekala Niskala
Sebanyak 10 siswa yang sempat kerauhan pasca pentas kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ mendatangi Posko Pengobatan Sekala Niskala yang digelar Pemkab Tabanan di Wantilan Kantor Camat Kediri, Jumat (24/8).
TABANAN, NusaBali
Mereka datang untuk mendapatkan sekala niskala yang melibatkan Perguruan Siwa Murti Bali, setelah kemarin pagi sempat kembali kerauhan di sekolahnya.
Para siswi yang mendatangi Posko Pengobatan Sekala Niskala, Jumat kemarin, berasal dari SMAN 1 Kediri, SMKN 1 Tabanan, SMPN 1 Marga, dan SMPN 4 Kediri. Mereka berdatangan sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.30 Wita. Saat datang ke posko, mereka rata-rata dengan raut wajah kosong, lemas, bahkan ada yang harus dipapah.
Selain diperiksa secara niskala, mereka juga dilakukan pemeriksaan secara medis. Untuk pengobatan niskala ditangani oleh Yayasan Siwa Murti Bali, sementara pengobatan medis dilakukan petugas Dinas Kesehatan Tabanan. Sebelum diobati secara niskala, para siswi yang tatapan matanyanya kosong ini terlebih dulu diperiksa petugas medis.
Setelah diperiksa secara medis, mereka malukat dengan air bungkak nyuh gading, sebelum dilanjut pemeriksaan secara niskala oleh Yayasan Siwa Murti Bali. Saat ditangani secara sekala dan niskala di posko kemarin, tidak ada siswi yang kerauhan sembari teriak-teriak dan menari. Hanya saja, kondisi mereka lemas.
Salah satu orangtua siswi kerauhan, I Putu Merta, mengatakan putrinya yakni Ni Putu Nia Priyanti kerauhan di SMPN 4 Kediri, Jumat pagi 10.30 Wita saat jam belajar. Ini untuk kesekian kalinya Putu Nia kerauhan, sejak ikut pentas kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (18/8) malam. “Anak saya ini sudah 8 kali kerauhan sejak usai pentas. Setiapkali kerauhan, dia menangis dan teriak-teriak," ujar pria asal Banjar Sengguhan, Desa Kaba Kaba, Kecamatan Kediri ini.
Sebagai orangtua, Putu Merta mengaku khawatir dan cemas kondisi putrinya. Sebab, sebelum menarikan Rejang Sandat Ratu Segara, kondisi Putu Nia tidak ada masalah. Menurut Putu Merta, dia sempat mengajak putrinya ngaturang guru piduka di Pura Luhur Tanah Lot pada Wraspati Kliwon Menail, Kamis (23/8) lalu. Namun, sehari kemudian putrinya kembali kerauhan di sekolah, Jumat pagi. "Jujur kondisi ini membuat bingung. Saya disarankan pihak sekolah mengajak anak saya ke sini (Posko Pengobatan Sekala Niskala)," tandas Putu Merta.
Putu Merta mengatakan, setelah diperiksa pihak Yayasan Siwa Murti Bali, kondisi badan putrinya dikatakan kosong, sehingga diminta untuk riual nebusin ke Pura Dalem. "Setelah nebusin, agar kembali dibawa ke Yayasan Siwa Murti Bali yang ada di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri. Mudah-mudahan setelah ini anak saya sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali," harapnya.
Sementara, Putu Nia Priyanti mengaku terasa ada angin yang masuk ke dalam tubuhnya usai memenarikan Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. Bahkan, dia seringkali mencium bau bunga melati. “Ketika bau bunga melati terasa menyengat, maka seketika itu saya ingin menangis. Sekarang sudah agak mendingan," tutur siswi SMPN 4 Kediri ini kepada NusaBali.
Sementara itu, Ketua Ranting Kecamatan Kediri Perguruan Siwa Murti Bali, Jro Mangku Made Astawa, mengatakan dari 10 siswi yang diperiksanya di Posko Pengobatan Sekala Niskala, Jumat kemarin, mereka tidak serta merta kerauhan karena Tari Rejang Sandat Ratu Segara. Sebanyak 8 orang di antaranya kerauhan karena kena faktor x, seperti cetik, desti, dan gangguan di perut.
"Dari awal sudah sakit. Ketika pementasan, mereka merasa tegang, di sinilah muncul sakitnya tersebut. Sedangkan 2 siswi lagi memang murni kerauhan karenaTari Rejang Sandat Ratu Segara," jelas Jro Mangku Astawa. Karena itu, Jro Mangku Astawa menyarankan keluarga siswi bersangkutan menggelar upacara.
Sedangkan Kadis Kebudayaan Tabanan, I Gusti Ngurah Supanji, mengatakan Posko Pengobatan Sekala Niskala yang melibatkan Perguruan Siwa Murti Bali ini digelar sebagai bentuk respons Pemkab Tabanan atas terjadinya serentetan kerauhan sejumlah penari Rejang Sandat Ratu Segara. Dengan adanya posko ini, diharapkan para orangtua siswi dan guru di sekolah punya tempat yang dituju untuk berobat, jika ada anaknya mengalami sakit medis dan non medis. "Karena di sini ada dua penanganan dari segi non medis dan dari segi medis," tandas IGN Supanji.
IGN Supanji berharap saat purnama yang jatuh pada Radite Pon Prangbakat, Minggu (26/8) besok, kejadian niskala sudah selesai. Menurut Supanji, siswi yang datang ke posko rata-rata mengalami berbagai macam keluhan. Ada gangguan desti, bebainan, ada pula gangguan perut. “Jadi, tidak murni kerauhan karena menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. Yang namanya massal, mungkin mereka terpengaruh tersugesti, sehingga ikut teriak-teriak," tegas Supanji. *de
Para siswi yang mendatangi Posko Pengobatan Sekala Niskala, Jumat kemarin, berasal dari SMAN 1 Kediri, SMKN 1 Tabanan, SMPN 1 Marga, dan SMPN 4 Kediri. Mereka berdatangan sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.30 Wita. Saat datang ke posko, mereka rata-rata dengan raut wajah kosong, lemas, bahkan ada yang harus dipapah.
Selain diperiksa secara niskala, mereka juga dilakukan pemeriksaan secara medis. Untuk pengobatan niskala ditangani oleh Yayasan Siwa Murti Bali, sementara pengobatan medis dilakukan petugas Dinas Kesehatan Tabanan. Sebelum diobati secara niskala, para siswi yang tatapan matanyanya kosong ini terlebih dulu diperiksa petugas medis.
Setelah diperiksa secara medis, mereka malukat dengan air bungkak nyuh gading, sebelum dilanjut pemeriksaan secara niskala oleh Yayasan Siwa Murti Bali. Saat ditangani secara sekala dan niskala di posko kemarin, tidak ada siswi yang kerauhan sembari teriak-teriak dan menari. Hanya saja, kondisi mereka lemas.
Salah satu orangtua siswi kerauhan, I Putu Merta, mengatakan putrinya yakni Ni Putu Nia Priyanti kerauhan di SMPN 4 Kediri, Jumat pagi 10.30 Wita saat jam belajar. Ini untuk kesekian kalinya Putu Nia kerauhan, sejak ikut pentas kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (18/8) malam. “Anak saya ini sudah 8 kali kerauhan sejak usai pentas. Setiapkali kerauhan, dia menangis dan teriak-teriak," ujar pria asal Banjar Sengguhan, Desa Kaba Kaba, Kecamatan Kediri ini.
Sebagai orangtua, Putu Merta mengaku khawatir dan cemas kondisi putrinya. Sebab, sebelum menarikan Rejang Sandat Ratu Segara, kondisi Putu Nia tidak ada masalah. Menurut Putu Merta, dia sempat mengajak putrinya ngaturang guru piduka di Pura Luhur Tanah Lot pada Wraspati Kliwon Menail, Kamis (23/8) lalu. Namun, sehari kemudian putrinya kembali kerauhan di sekolah, Jumat pagi. "Jujur kondisi ini membuat bingung. Saya disarankan pihak sekolah mengajak anak saya ke sini (Posko Pengobatan Sekala Niskala)," tandas Putu Merta.
Putu Merta mengatakan, setelah diperiksa pihak Yayasan Siwa Murti Bali, kondisi badan putrinya dikatakan kosong, sehingga diminta untuk riual nebusin ke Pura Dalem. "Setelah nebusin, agar kembali dibawa ke Yayasan Siwa Murti Bali yang ada di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri. Mudah-mudahan setelah ini anak saya sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali," harapnya.
Sementara, Putu Nia Priyanti mengaku terasa ada angin yang masuk ke dalam tubuhnya usai memenarikan Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. Bahkan, dia seringkali mencium bau bunga melati. “Ketika bau bunga melati terasa menyengat, maka seketika itu saya ingin menangis. Sekarang sudah agak mendingan," tutur siswi SMPN 4 Kediri ini kepada NusaBali.
Sementara itu, Ketua Ranting Kecamatan Kediri Perguruan Siwa Murti Bali, Jro Mangku Made Astawa, mengatakan dari 10 siswi yang diperiksanya di Posko Pengobatan Sekala Niskala, Jumat kemarin, mereka tidak serta merta kerauhan karena Tari Rejang Sandat Ratu Segara. Sebanyak 8 orang di antaranya kerauhan karena kena faktor x, seperti cetik, desti, dan gangguan di perut.
"Dari awal sudah sakit. Ketika pementasan, mereka merasa tegang, di sinilah muncul sakitnya tersebut. Sedangkan 2 siswi lagi memang murni kerauhan karenaTari Rejang Sandat Ratu Segara," jelas Jro Mangku Astawa. Karena itu, Jro Mangku Astawa menyarankan keluarga siswi bersangkutan menggelar upacara.
Sedangkan Kadis Kebudayaan Tabanan, I Gusti Ngurah Supanji, mengatakan Posko Pengobatan Sekala Niskala yang melibatkan Perguruan Siwa Murti Bali ini digelar sebagai bentuk respons Pemkab Tabanan atas terjadinya serentetan kerauhan sejumlah penari Rejang Sandat Ratu Segara. Dengan adanya posko ini, diharapkan para orangtua siswi dan guru di sekolah punya tempat yang dituju untuk berobat, jika ada anaknya mengalami sakit medis dan non medis. "Karena di sini ada dua penanganan dari segi non medis dan dari segi medis," tandas IGN Supanji.
IGN Supanji berharap saat purnama yang jatuh pada Radite Pon Prangbakat, Minggu (26/8) besok, kejadian niskala sudah selesai. Menurut Supanji, siswi yang datang ke posko rata-rata mengalami berbagai macam keluhan. Ada gangguan desti, bebainan, ada pula gangguan perut. “Jadi, tidak murni kerauhan karena menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. Yang namanya massal, mungkin mereka terpengaruh tersugesti, sehingga ikut teriak-teriak," tegas Supanji. *de
Komentar