Pejudo Putu Wiradamungga Beralih Tarung ke Cabang Kurash
Saat Asian Games 2014 di Inchoen, Putu Wiradamungga Adesta masih bertarung di Kelas -81 Kg cabang judo. Sedangkan dalam Asian Games 2018, atlet asal Bangli ini bertarung di Kelas -90 Kg cabang kurash
46 Atlet Bali Perkuat Kontingen Indonesia di Asian Games XVIII 2018, Ini Sebagian dari Mereka
JAKARTA, NusaBali
Pejudo nasional asal Bali, Putu Wiradamungga Adesta, kembali dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September 2018. Hanya saja, kali ini Putu Wiradamungga tidak bertarung di matras judo, namun berlaga di cabang olahraga kurash, seni beladiri yang baru pertama kali dipertandingkan di arna Asian Games.
Putu Wiradamungga banting haluan dari judo ke kurash, mengingat kedua cabang olahraga beladiri ini tidak berbeda jauh. Saat Asian Games 2014 di Inchoen, Korea Selatan, Wiradamungga masih bertarung di Kelas -81 Kg cabang judo. Sedangkan dalam Asian Games 2018, atlet kelahiran Bangli, 2 Desember 1991, ini bertarung di Kelas -90 Kg cabang kurash.
Wiradamungga tidak ada dibebani terget harus meraih medali oleh KONI Pusat di Asian Games 2018 ini. Meski begitu, petarung dengan tinggi badan 171 cm dan berat 86 kg ini berambisi bisa mempersembahkan hasil terbaik.
"Dalam Asian Games 2018 ini, saya bikmati saja permainannya. Saya berusaha enjoy dan tenang ketika bertanding agar bisa meraih kemenangan dan medali,” ujar Wiradamungga kepada NusaBali di Jakarta, beberapa hari lalu.
Demi mendapatkan hasil terbaik, Wiradamungga selama ini berlatih intensif di Pelatnas Ciloto, Jawa Barat. Wiradamungga tidak mengalami kesulitan saat beralih dari judo ke cabang kurash, karena kedua olahraga beladiri ini tidak berbeda jauh. Perbedaan antara judo dan kurash terletak pada bantingan.
Wiradamungga sudah mempelajari teknik kurash selama di Pelatnas. Hasilnya, dia sukses sabet medali perunggu Kelas -90 Kg cabang kurash saat Test Event Asian Games di Jakarta, Mei 2018 lalu. Kala itu, Wira-damungga dipecundangi atlet Taiwan, Lo Yu Hsuan, di semifinal.
Menurut Wiradamungga, atlet kurash yang ikut Test Event Asian Games 2018 rata-rata merupakan atlet yang memiliki latar belakang judo, termasuk Lo Yu Hsuan dari Taiwan. Hanya saja, Wiradamungga gagal mengalahkan atlet Taiwan itu, karena kurang hati-hati hingga membuat kesalahan yang menguntungkan lawan.
"Seharusnya, saya ada peluang masuk final saat itu, karena permainan lawan sudah terbaca. Kemudian saya leading, tapi saya sering membuat kesalahan sendiri," sesal anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Nyoman Sumerta SPd dan Ir Ni Made Wiratih ini. Bagi Wiradamungga, mendapat medali perunggu dalam Test Event Asian Games 2018 sudah prestasi bagus, karena dirinya baru menekuni cabang kurash.
Putu Wiradamungga Adesta sendiri awalnya adalah seorang atlet judo. Dia mengenal judo dari ayahnya, Nyoman Sumerta, sejak 2003 silam. Maklum, sang ayah yang seorang pejudo kebetulan membuka klub judo di kediamannya di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli. Nyoman Sumerta buka klub judo untuk persiapan menghadapi Porda Bali.
Wiradamungga getol berlatih judo di bawah pengawasan duet pelatih Nyoman Sumerta (sang ayah) dan Ni Made Suyudani (pelatih judo nasional). Selanjutnya, Wiradamungga diikutsertakan dalam Kejurda Bali 2004 di Denpasar saat masih duduk di bangku Kelas 1 SMP. Dalam pertandingan debutnya itu, dia berhasil menduduki peringkat tiga.
Dari sana Wiradamungga terus mengikuti pertandingan demi pertandingan judo. Berkat suksesnya dalam Kejuurnas Judo 2010 dan Kejuaraan Judo Kartika Cup 2011, Wiradamungga kemudian dipanggil PB PJSI masuk Pelatnas SEA Games 2011. Sayangnya, dia gagal meraih medali di SEA Games 2011.
Setahun kemudian, Wiradamungga dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Olimpiade 2012 di London. Dialah satu-satunya atlet cabang judo yang diterjunkan Indonesia kala itu. Dia berhak lolos ke Olimpiade London 2012 untuk menggantikan posisi pejudo Iran yang mengundurkan diri.
Saat itu, Wiradamungga tidak berhasil mendapatkan medali Olimpiade. Wiradamungga baru berhasil meraih medali perunggu cabang judo dalam SEA Games 2013. Sedangkan dalam SEA Games 2015 dan SEA Games 2017, Wiradamungga tidak tampil. Kini, dia muncul di Asian Games 2018 dsengan bertarung di cabang kurash. Namun, Wiradamungga sempat memperkuat Indonesia dsalam Asian Games 2014 di Inchoen. Turun di kelas -81 Kg cabang judo, Wiradamungga kala itu gagal sabet medali Asian Games.
Meski sibuk sebagai atlet, Wiradamungga tetap menyempatkan diri menempuh pendidikan formal. Alumnus SMAN 1 Bangli ini menyelesaikan poendidikan S1 Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha Singaraja, Buleleng. Kemudian, Wiradamungga lanjut menempuh Prodi S2 Pendidikan Jasmani di Universitas Negeri Jakarta. *k22
JAKARTA, NusaBali
Pejudo nasional asal Bali, Putu Wiradamungga Adesta, kembali dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September 2018. Hanya saja, kali ini Putu Wiradamungga tidak bertarung di matras judo, namun berlaga di cabang olahraga kurash, seni beladiri yang baru pertama kali dipertandingkan di arna Asian Games.
Putu Wiradamungga banting haluan dari judo ke kurash, mengingat kedua cabang olahraga beladiri ini tidak berbeda jauh. Saat Asian Games 2014 di Inchoen, Korea Selatan, Wiradamungga masih bertarung di Kelas -81 Kg cabang judo. Sedangkan dalam Asian Games 2018, atlet kelahiran Bangli, 2 Desember 1991, ini bertarung di Kelas -90 Kg cabang kurash.
Wiradamungga tidak ada dibebani terget harus meraih medali oleh KONI Pusat di Asian Games 2018 ini. Meski begitu, petarung dengan tinggi badan 171 cm dan berat 86 kg ini berambisi bisa mempersembahkan hasil terbaik.
"Dalam Asian Games 2018 ini, saya bikmati saja permainannya. Saya berusaha enjoy dan tenang ketika bertanding agar bisa meraih kemenangan dan medali,” ujar Wiradamungga kepada NusaBali di Jakarta, beberapa hari lalu.
Demi mendapatkan hasil terbaik, Wiradamungga selama ini berlatih intensif di Pelatnas Ciloto, Jawa Barat. Wiradamungga tidak mengalami kesulitan saat beralih dari judo ke cabang kurash, karena kedua olahraga beladiri ini tidak berbeda jauh. Perbedaan antara judo dan kurash terletak pada bantingan.
Wiradamungga sudah mempelajari teknik kurash selama di Pelatnas. Hasilnya, dia sukses sabet medali perunggu Kelas -90 Kg cabang kurash saat Test Event Asian Games di Jakarta, Mei 2018 lalu. Kala itu, Wira-damungga dipecundangi atlet Taiwan, Lo Yu Hsuan, di semifinal.
Menurut Wiradamungga, atlet kurash yang ikut Test Event Asian Games 2018 rata-rata merupakan atlet yang memiliki latar belakang judo, termasuk Lo Yu Hsuan dari Taiwan. Hanya saja, Wiradamungga gagal mengalahkan atlet Taiwan itu, karena kurang hati-hati hingga membuat kesalahan yang menguntungkan lawan.
"Seharusnya, saya ada peluang masuk final saat itu, karena permainan lawan sudah terbaca. Kemudian saya leading, tapi saya sering membuat kesalahan sendiri," sesal anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Nyoman Sumerta SPd dan Ir Ni Made Wiratih ini. Bagi Wiradamungga, mendapat medali perunggu dalam Test Event Asian Games 2018 sudah prestasi bagus, karena dirinya baru menekuni cabang kurash.
Putu Wiradamungga Adesta sendiri awalnya adalah seorang atlet judo. Dia mengenal judo dari ayahnya, Nyoman Sumerta, sejak 2003 silam. Maklum, sang ayah yang seorang pejudo kebetulan membuka klub judo di kediamannya di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli. Nyoman Sumerta buka klub judo untuk persiapan menghadapi Porda Bali.
Wiradamungga getol berlatih judo di bawah pengawasan duet pelatih Nyoman Sumerta (sang ayah) dan Ni Made Suyudani (pelatih judo nasional). Selanjutnya, Wiradamungga diikutsertakan dalam Kejurda Bali 2004 di Denpasar saat masih duduk di bangku Kelas 1 SMP. Dalam pertandingan debutnya itu, dia berhasil menduduki peringkat tiga.
Dari sana Wiradamungga terus mengikuti pertandingan demi pertandingan judo. Berkat suksesnya dalam Kejuurnas Judo 2010 dan Kejuaraan Judo Kartika Cup 2011, Wiradamungga kemudian dipanggil PB PJSI masuk Pelatnas SEA Games 2011. Sayangnya, dia gagal meraih medali di SEA Games 2011.
Setahun kemudian, Wiradamungga dipercaya membela kontingen Indonesia dalam Olimpiade 2012 di London. Dialah satu-satunya atlet cabang judo yang diterjunkan Indonesia kala itu. Dia berhak lolos ke Olimpiade London 2012 untuk menggantikan posisi pejudo Iran yang mengundurkan diri.
Saat itu, Wiradamungga tidak berhasil mendapatkan medali Olimpiade. Wiradamungga baru berhasil meraih medali perunggu cabang judo dalam SEA Games 2013. Sedangkan dalam SEA Games 2015 dan SEA Games 2017, Wiradamungga tidak tampil. Kini, dia muncul di Asian Games 2018 dsengan bertarung di cabang kurash. Namun, Wiradamungga sempat memperkuat Indonesia dsalam Asian Games 2014 di Inchoen. Turun di kelas -81 Kg cabang judo, Wiradamungga kala itu gagal sabet medali Asian Games.
Meski sibuk sebagai atlet, Wiradamungga tetap menyempatkan diri menempuh pendidikan formal. Alumnus SMAN 1 Bangli ini menyelesaikan poendidikan S1 Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha Singaraja, Buleleng. Kemudian, Wiradamungga lanjut menempuh Prodi S2 Pendidikan Jasmani di Universitas Negeri Jakarta. *k22
Komentar