nusabali

Griya Luhu Ajak Masyarakat Gunakan Sedotan Bambu

  • www.nusabali.com-griya-luhu-ajak-masyarakat-gunakan-sedotan-bambu

Kepedulian terhadap lingkungan tak cukup dengan aksi bersih-bersih sampah.

GIANYAR, NusaBali

Masyarakat harus mulai berkomitmen untuk mengurangi sampah, terutama sampah plastik. Sebab, seperti diketahui sampah plastik sangat sulit terurai baik di darat maupun di laut. Satu perubahan kecil yang bisa dilakukan adalah penggunaan sedotan/pipet berbahan organik.

Seperti disosialisasikan oleh komunitas peduli lingkungan di Gianyar, Griya Luhu. Ketua Komunitas IB Mandara Brasika menjelaskan sedotan organik yang dicetuskan berbahan bambu buluh. "Saat ini kita masih fokus untuk edukasi dengan melibatkan pramuka dan generasi muda peduli lingkungan lainnya, agar perlahan semua orang bisa beralih menggunakan sedotan organik," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Cendrawasih, Kelurahan Beng, Gianyar, Minggu (26/8).

Pihaknya yakin, sedotan bambu ini cukup potensial dipakai maupun dipasarkan di Bali. Namun demikian, tujuan utama dari komunitas ini adalah untuk mengurangi peredaran sampah pipet plastik. "Tujuan kita adalah untuk masa depan lingkungan yang lebih cerah. Sedotan bambu ini selain bisa dipakai berulang kali, sampahnya juga bisa kembali menyatu dengan alam. Jadi tidak merusak lingkungan," jelasnya. Saat ini, Griya Luhu sering menggunakan pipet bambu ini sebagai bahan edukasi dan souvenir pada acara lingkungan. "Ke depan, kami ada rencana membuat kemasan dari bambu hingga casing Hp. Tapi itu masih dalam proses," jelasnya. Untuk sedotan organik ini, besar harapan Brasika agar hotel dan restoran yang selama ini sudah menikmati sari-sari geliat pariwisata agar berkomitmen dan konsisten menggunakan sedotan maupun bahan-bahan organik lainnya. "Karena ketika lingkungan rusak, wisatawan pun akan berpikir berulang kali berkunjung ke Bali," ujarnya.

IB Mandara yang akrab disapa Gus Nara ini mengaku sudah cukup lama prihatin melihat kondisi sampah di Bali, khususnya di Gianyar. Menurut Gus Nara, permasalahan sampah sejatinya bersumber di hulu. Ketika masyarakat akan menghasilkan sampah. “Kami ingin mengubah mindset masyarakat. Selain dibuang pada tempatnya, sampah itu juga harus dipilah sebelum dibuang. Selama ini kan sampah yang dibuang tercampur, sehingga masalah sampah hanya berpindah dari tempat A ke tempat B. Tidak ada solusi,” jelasnya.

Untuk diketahui, Griya Luhu terdiri dari sekelompok anak muda Gianyar yang kreatif dalam hal peduli lingkungan. Seperti namanya, Griya Luhu berarti Rumah Sampah.

Bersama 15 temannya yang lain, Gus Nara gencar melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan rapat-rapat PKK. Gus Nara dkk, mengajak masyarakat untuk bijak memilah sampah menjadi 3 jenis. Diantaranya sampah organik yang dijadikan kompos, sampah anorganik dan sampah recycle (yang bisa di daur ulang). Oleh Griya Luhu, hanya sampah anorganik yang dibuang ke TPA. Sedangkan sampah recycle, diolah kembali. “Sampah plastik kita jual ke pengepul. Sedangkan sampah kain perca kita olah kembali menjadi keset,” jelasnya. Untuk pengolahan keset ini, Griya Luhu pun memberdayakan ibu PKK di wilayah Kintamani. “Caranya membuat tidak dijarit, melainkan diulat dan diikat. Hasilnya cukup bagus, banyak yang berminat,” jelasnya. *nvi

Komentar