Posko Sekala Niskala Masih Terus Didatangi Siswi Kerauhan
Posko Sekala Niskala yang digelar Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti di Wantilan Kantor Camat Kediri, sejak Kamis (23/8) lalu, masih terus didatangi siswi kerauhan (kesurupan).
Cegah Kerauhan, SMPN 1 Marga Gelar Ngeraja Swala
TABANAN, NusaBali
Tercatat ada 18 siswi kerauhan yang datang berobat ke Posko Sekala Niskala, Senin (27/8). Belasan siswi kerahunan yang mendatangi Posko Sekala Niskala, Senin kemarin, berasal dari SMPN 4 Baturiti (Tabanan) dan SMAN 1 Kediri (Tabanan). Tidak semua siswi yang datang tersebut kerauhan karena sempat ikut pentas kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, 18 Agustus 2018 malam. Ada pula siswi yang kerauhan karena pengaruh faktor X, seperti kena bebai.
Pantauan NusaBali, ada siswi yang saat diobati non medis oleh perguruan Siwa Murti Bali di Posko Sekala Niskala langsung berteriak-teriak sembari dipegang sang guru. Namun, setelah kembali berteriak kencang, siswi tersebut kembali sadar, meski kondisinya masih lemas dan matanya ditutup.
Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 4 Baturiti, I Ketut Sutrisna, mengatakan dari belasan siswi kerauhan yang diajak berobat ke Posko Sekala Niskala, hanya 2 orang yang sempat ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara. Selebihnya, tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara.
Menurut Ketut Sutrisna, para siswi selama ini sering kerauhan, karena sekolahnya diapit empat pura, yakni Pura Bukit Melingkuh, Pura Rare Angon, Pura Puseh, dan Pura Tegal Suci. "Kami belum tahu pasti, kenapa para siswi sering kerauhan. Saya juga bingung. Tapi, lokasi sekolah kami memang terkenal tenget (angker)," jelas Sutrisna di Posko Sekala Niskala, Senin kemarin.
Sutrisna mengatakan, para siswi diajak ke Posko Sekala Niskala karena mereka berjatuhan sebelum upacara bendera di sekolah, Senin pagi. Agar kerauhan tidak berlarut-larut, maka Sutrisna dengandidampingi 5 guru pilih membawa para siswi kerauhan ke Posko Sekala Niskala untuk diobati. "Mereka hanya berjatuhan, tidak ada yang sampai teriak-teriak atau menari," tandas Sutrisna.
Sementara, Ketua Ranting Siwa Murti Kecamatan Kediri, Jro Mangku Made Astawa, menjelaskan pada hari keempat, Senin kemarin, ada 18 siswi yang datang ke Posko Sekala Niskala. Dari jumlah itu, 9 orang di antaranya bersih alias tidak ada penyakit non medis, meskipun mereka sempat menari Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. "Sedangkan 5 orang terkena penyakit bebai. Ada 2 orang yang murni kerauhan karena Rejang Sandat Ratu Segara," beber Jro Mangku Astawa.
Pada hari yang sama, Senin kemarin, 15 siswi SMKN 2 Tabanan juga sempat kerauhan usai upacara bendera. "Ada siswi yang tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara, tapi kerauhan," unglap seorang guru SMKN 2 Tabanan, I Made Bawa, kepada NusaBali.
Salah satu siswi SMKN 2 Tabanan yang tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara namun jadi korban kerauhan, Ni Made Dian Tari, mengaku dirinya diikuti oleh orang berbadan gelap. "Saya takut karena sering diikuti sosok berbadan gelap," cerita Made Dian Tari.
Sementara itu, SMPN 1 Marga, Tabanan menggelar upacara Ngeraja Singa dan Ngeraja Swala pada Radite Pon Perangbakat, Minggu (26/8) pagi. Upacara ini digelar untuk menangkal aura negatif masuk ke diri siswa pasca fenomena kerauhan massal usai menarikan Rejang Sandat Ratu Segara.
Kasek SMPN 1 Marga, I Made Suasta, mengatakan upacara Ngeraja Swala bagi siswi dan Ngeraja Singa bagi siswa digelar untuk menangkal aura negatif masuk ke diri siswa yang sudah menginjak remaja. Karenanya, upacara ini sekaligus untuk memperkuat keyakinan para siswa. "Sengaja kami gelar upacara ini di hari Minggu, karena bertepatan dengan Purnama Katiga," ungkap Made Suasta, Senin kemarin.
Selain gelar upacara Ngeraja Swala dan Ngeraja Singa, di SMPN 1 Marga juga telah dilaksanakan upacara Guru Piduka setelah ada siswi kerauhan menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. "Sekaligus ini berfungsi sebagai permohonan maaf jika ada salah dari siswa dan guru kami di SMPN 1 Marga," katanya.
Menurutnya Made Suasta, ada 18 siswi SMPN 1 Marga yang ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. Seharusnya, yang terlibat 20 orang, namun 2 di antaranya batal tampol karena cuntaka. Dari 18 yang ikut menari itu, 6 siswi mengalami kerauhan, Selasa (21/8) lalu. Atas peristiwa itu, Made Suasta selaku Kasek sudah sempat siswi kerauhan berobat ke Posko Sekala Niskala di Kantor Camat Kediri, Jumat (24/8) lalu. “Bahkan, siswa yang tidak kerauhan juga turut diajak agar bisa diterawang dan dilukat oleh Bupati Ibu Putu Eka Wiryastuti langsung,” katanya. *de
TABANAN, NusaBali
Tercatat ada 18 siswi kerauhan yang datang berobat ke Posko Sekala Niskala, Senin (27/8). Belasan siswi kerahunan yang mendatangi Posko Sekala Niskala, Senin kemarin, berasal dari SMPN 4 Baturiti (Tabanan) dan SMAN 1 Kediri (Tabanan). Tidak semua siswi yang datang tersebut kerauhan karena sempat ikut pentas kolosal ‘Tari Rejang Sandat Ratu Segara 1.800 Penari’ di DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, 18 Agustus 2018 malam. Ada pula siswi yang kerauhan karena pengaruh faktor X, seperti kena bebai.
Pantauan NusaBali, ada siswi yang saat diobati non medis oleh perguruan Siwa Murti Bali di Posko Sekala Niskala langsung berteriak-teriak sembari dipegang sang guru. Namun, setelah kembali berteriak kencang, siswi tersebut kembali sadar, meski kondisinya masih lemas dan matanya ditutup.
Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 4 Baturiti, I Ketut Sutrisna, mengatakan dari belasan siswi kerauhan yang diajak berobat ke Posko Sekala Niskala, hanya 2 orang yang sempat ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara. Selebihnya, tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara.
Menurut Ketut Sutrisna, para siswi selama ini sering kerauhan, karena sekolahnya diapit empat pura, yakni Pura Bukit Melingkuh, Pura Rare Angon, Pura Puseh, dan Pura Tegal Suci. "Kami belum tahu pasti, kenapa para siswi sering kerauhan. Saya juga bingung. Tapi, lokasi sekolah kami memang terkenal tenget (angker)," jelas Sutrisna di Posko Sekala Niskala, Senin kemarin.
Sutrisna mengatakan, para siswi diajak ke Posko Sekala Niskala karena mereka berjatuhan sebelum upacara bendera di sekolah, Senin pagi. Agar kerauhan tidak berlarut-larut, maka Sutrisna dengandidampingi 5 guru pilih membawa para siswi kerauhan ke Posko Sekala Niskala untuk diobati. "Mereka hanya berjatuhan, tidak ada yang sampai teriak-teriak atau menari," tandas Sutrisna.
Sementara, Ketua Ranting Siwa Murti Kecamatan Kediri, Jro Mangku Made Astawa, menjelaskan pada hari keempat, Senin kemarin, ada 18 siswi yang datang ke Posko Sekala Niskala. Dari jumlah itu, 9 orang di antaranya bersih alias tidak ada penyakit non medis, meskipun mereka sempat menari Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. "Sedangkan 5 orang terkena penyakit bebai. Ada 2 orang yang murni kerauhan karena Rejang Sandat Ratu Segara," beber Jro Mangku Astawa.
Pada hari yang sama, Senin kemarin, 15 siswi SMKN 2 Tabanan juga sempat kerauhan usai upacara bendera. "Ada siswi yang tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara, tapi kerauhan," unglap seorang guru SMKN 2 Tabanan, I Made Bawa, kepada NusaBali.
Salah satu siswi SMKN 2 Tabanan yang tidak ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara namun jadi korban kerauhan, Ni Made Dian Tari, mengaku dirinya diikuti oleh orang berbadan gelap. "Saya takut karena sering diikuti sosok berbadan gelap," cerita Made Dian Tari.
Sementara itu, SMPN 1 Marga, Tabanan menggelar upacara Ngeraja Singa dan Ngeraja Swala pada Radite Pon Perangbakat, Minggu (26/8) pagi. Upacara ini digelar untuk menangkal aura negatif masuk ke diri siswa pasca fenomena kerauhan massal usai menarikan Rejang Sandat Ratu Segara.
Kasek SMPN 1 Marga, I Made Suasta, mengatakan upacara Ngeraja Swala bagi siswi dan Ngeraja Singa bagi siswa digelar untuk menangkal aura negatif masuk ke diri siswa yang sudah menginjak remaja. Karenanya, upacara ini sekaligus untuk memperkuat keyakinan para siswa. "Sengaja kami gelar upacara ini di hari Minggu, karena bertepatan dengan Purnama Katiga," ungkap Made Suasta, Senin kemarin.
Selain gelar upacara Ngeraja Swala dan Ngeraja Singa, di SMPN 1 Marga juga telah dilaksanakan upacara Guru Piduka setelah ada siswi kerauhan menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. "Sekaligus ini berfungsi sebagai permohonan maaf jika ada salah dari siswa dan guru kami di SMPN 1 Marga," katanya.
Menurutnya Made Suasta, ada 18 siswi SMPN 1 Marga yang ikut menari Rejang Sandat Ratu Segara di DTW Tanah Lot. Seharusnya, yang terlibat 20 orang, namun 2 di antaranya batal tampol karena cuntaka. Dari 18 yang ikut menari itu, 6 siswi mengalami kerauhan, Selasa (21/8) lalu. Atas peristiwa itu, Made Suasta selaku Kasek sudah sempat siswi kerauhan berobat ke Posko Sekala Niskala di Kantor Camat Kediri, Jumat (24/8) lalu. “Bahkan, siswa yang tidak kerauhan juga turut diajak agar bisa diterawang dan dilukat oleh Bupati Ibu Putu Eka Wiryastuti langsung,” katanya. *de
1
Komentar