Membludak, Peminat Prodi Kedokteran Undiksha
Berdirinya Prodi Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha (Undiskha) disambut antusias.
Penggunaan Kartu Tani di Kota Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Penggunaan kartu tani yang digagas Dinas Pertanian (Distan) untuk penyaluran subsidi pupuk di Kota Denpasar masih membingungkan petani yang kebanyakan lanjut usia. Sebab dalam pembagian, kurangnya sosialisasi yang jelas dari petugas terkait penggunaan kartu yang langsung dibagikan pada pertengahan Agustus 2018 ini. Selain itu, petani juga harus mengisi tabungan pada ATM sebagai saldo awal.
Salah satu petani, I Ketut Ardiyasa, 50, saat menerima kartu tani di Balai Subak Temaga, Kelurahan Penatih, Denpasar, Senin (27/8) mengaku kartu tersebut memang berguna bagi petani. Namun, banyak petani yang kebingungan dengan penggunaan kartu itu karena kurang sosialisasi dari petugas terutama bagi petani yang sudah lanjut usia.
Ardiyasa mengungkapkan, petugas harus lebih intens lagi melakukan sosialisasi kepada petani agar setelah pembagian kartu tani warga tidak lagi disulitkan karena tidak mengerti penggunaannya. "Kartu ini sangat bermanfaat dan gampang untuk kita pakai membeli pupuk bersubsidi dan tidak perlu lagi membayar ke pekaseh. Tapi kendalanya ada pada penggunaannya, soalnya kan petani banyak yang lansia, harus ada tuntunan lagi oleh petugas," jelasnya.
Bagi petani, kemudahan yang didapat dari penggunaan kartu tani dipastikan lebih meringankan petani di Denpasar. "Ini masih menjadi pertanyaan bagi mereka yang lansia. Bagaiamana cara pakainya, dan bagaimana prosesnya. Belum lagi kalau mereka lupa menaruh dimana, kalau hilang gimana sebaiknya, sehingga perlu benar-benar disosialisasikan secara rinci," imbuh pria asal Banjar Gunung, Kelurahan Penatih tersebut.
Sementara Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Penerapan Teknologi, Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGAN Anggreni menanggapi hal itu akan segera menggencarkan sosialisasi dan mendata kembali bagi petani yang belum mendapatkan sosialisasi yang jelas penggunaan kartu tani. Selain itu, pendataan juga terus dilakukan karena petani juga wajib memiliki kartu tani agar lebih efesiensi.
Dengan kartu tani kata dia, transparansi pupuk bersubsidi yang ditujukan kepada petani dapat tercapai. "Ini semua petani wajib punya, sehingga sekarang tidak melalui pekaseh mengumpulkan uang jika membeli pupuk, ada transparansi yang jelas jika menggunakan kartu ini," ungkapnya.
Anggreni mengaku sudah membagikan sekitar 2.900 keping kartu tani. Jumlah itu hanya pada subak yang ada di dua kecamatan saja, yakni di Denpasar Barat dan Denpasar Timur. Sedangkan untuk Denpasar utara dan selatan, diperkirakan terdapat ribuan petani yang belum memiliki sejenis kartu ATM tersebut. "Kita targetkan awal 2019 semua petani menggunakan kartu ini mendapatkan pupuk bersubsidi. Sambil kita sosialisasi juga kita data petani yang ada di masing-masing subak," jelasnya.
Lanjut dia, kartu itu bukan saja hanya digunakan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Namun dikatakan bisa juga untuk melakukan transfer uang layaknya kartu ATM. Karena mereka yang baru dapat kartu harus menabung sebagai saldo awal. Selain itu, pengecer pupuk juga merupakan langsung dari agen bank yang diajak kerjasama.
Diterbitkan kartu tani ini, menurut Anggreni, agar pendistribusian pupuk bersubsidi tepat sasaran. Bahkan aturannya berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) petani hanya memiliki satu kartu tani dimanapun bekerja. Di samping itu, diketahuinya secara transparan jumlah alokasi pupuk bersubsidi sesuai kuota yang diberikan.
"Ini juga guna penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran, dan pengelolaan laporan penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat pengecer berbasis data elektronik. Terlebih cepat dan tepat, kepastian dalam pembayaran subsidi pupuk," tandas Anggreni. *mi
DENPASAR, NusaBali
Penggunaan kartu tani yang digagas Dinas Pertanian (Distan) untuk penyaluran subsidi pupuk di Kota Denpasar masih membingungkan petani yang kebanyakan lanjut usia. Sebab dalam pembagian, kurangnya sosialisasi yang jelas dari petugas terkait penggunaan kartu yang langsung dibagikan pada pertengahan Agustus 2018 ini. Selain itu, petani juga harus mengisi tabungan pada ATM sebagai saldo awal.
Salah satu petani, I Ketut Ardiyasa, 50, saat menerima kartu tani di Balai Subak Temaga, Kelurahan Penatih, Denpasar, Senin (27/8) mengaku kartu tersebut memang berguna bagi petani. Namun, banyak petani yang kebingungan dengan penggunaan kartu itu karena kurang sosialisasi dari petugas terutama bagi petani yang sudah lanjut usia.
Ardiyasa mengungkapkan, petugas harus lebih intens lagi melakukan sosialisasi kepada petani agar setelah pembagian kartu tani warga tidak lagi disulitkan karena tidak mengerti penggunaannya. "Kartu ini sangat bermanfaat dan gampang untuk kita pakai membeli pupuk bersubsidi dan tidak perlu lagi membayar ke pekaseh. Tapi kendalanya ada pada penggunaannya, soalnya kan petani banyak yang lansia, harus ada tuntunan lagi oleh petugas," jelasnya.
Bagi petani, kemudahan yang didapat dari penggunaan kartu tani dipastikan lebih meringankan petani di Denpasar. "Ini masih menjadi pertanyaan bagi mereka yang lansia. Bagaiamana cara pakainya, dan bagaimana prosesnya. Belum lagi kalau mereka lupa menaruh dimana, kalau hilang gimana sebaiknya, sehingga perlu benar-benar disosialisasikan secara rinci," imbuh pria asal Banjar Gunung, Kelurahan Penatih tersebut.
Sementara Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Penerapan Teknologi, Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGAN Anggreni menanggapi hal itu akan segera menggencarkan sosialisasi dan mendata kembali bagi petani yang belum mendapatkan sosialisasi yang jelas penggunaan kartu tani. Selain itu, pendataan juga terus dilakukan karena petani juga wajib memiliki kartu tani agar lebih efesiensi.
Dengan kartu tani kata dia, transparansi pupuk bersubsidi yang ditujukan kepada petani dapat tercapai. "Ini semua petani wajib punya, sehingga sekarang tidak melalui pekaseh mengumpulkan uang jika membeli pupuk, ada transparansi yang jelas jika menggunakan kartu ini," ungkapnya.
Anggreni mengaku sudah membagikan sekitar 2.900 keping kartu tani. Jumlah itu hanya pada subak yang ada di dua kecamatan saja, yakni di Denpasar Barat dan Denpasar Timur. Sedangkan untuk Denpasar utara dan selatan, diperkirakan terdapat ribuan petani yang belum memiliki sejenis kartu ATM tersebut. "Kita targetkan awal 2019 semua petani menggunakan kartu ini mendapatkan pupuk bersubsidi. Sambil kita sosialisasi juga kita data petani yang ada di masing-masing subak," jelasnya.
Lanjut dia, kartu itu bukan saja hanya digunakan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Namun dikatakan bisa juga untuk melakukan transfer uang layaknya kartu ATM. Karena mereka yang baru dapat kartu harus menabung sebagai saldo awal. Selain itu, pengecer pupuk juga merupakan langsung dari agen bank yang diajak kerjasama.
Diterbitkan kartu tani ini, menurut Anggreni, agar pendistribusian pupuk bersubsidi tepat sasaran. Bahkan aturannya berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) petani hanya memiliki satu kartu tani dimanapun bekerja. Di samping itu, diketahuinya secara transparan jumlah alokasi pupuk bersubsidi sesuai kuota yang diberikan.
"Ini juga guna penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran, dan pengelolaan laporan penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat pengecer berbasis data elektronik. Terlebih cepat dan tepat, kepastian dalam pembayaran subsidi pupuk," tandas Anggreni. *mi
Komentar