Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan Juga Sabet Emas
Indonesia Sapu 14 Emas dari Cabang Primadona Pencak Silat
JAKARTA, NusaBali
Indonesia benar-benar mendominasi cabang primadona pencak silat dalam Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September 2018. Bayangkan, dari total 16 set medali yang diperebutkan, kontingen Merah Putih berhasil sabet 14 emas. Enam (6) medali emas terakhir diraih Rabu (29/8), termasuk melalui pasangan seni ganda putri asal Bali, Ni Made Dwi Yanti/Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari.
Pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berhak atas medali emas, setelah dalam tarung final di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, Rabu kemarin, mengungguli Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan dari Thailand. Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan meraih nilai tertinggi 574, sementara rivalnya itu bukukan 564 poin. Sedangkan medali perunggu diraih pasangan Nor Hamizah Abu Hassan/Nur Syazreen A Malik dri Malaysia.
Pada hari yang sama, Rabu kemarin, Indonesia juga sapu 5 medali emas dari cabang pencak silat. Masing-masing melalui Sugianto dari nomor seni tunggal putra,
Trio Pramudita Yuristya-Lutfi Nurhasanah-Gina Tri Lestari dari seni beregu putri, Hanifan Yudani Kusumah dari kategori Laga, Kelas C Putra, Wewey Wita (Laga, Kelas B Putri), dan Pipiet Kamelia ( Laga, Kelas D Putri).
Dua hari sebelumnya, Indonesia sudah sapu bersih 8 medali emas cabang pencak silat. Termasuk melalui pesilat andalan Bali, I Komang Harik Adi Putra, yang berjaya sabet emas dari kategori Laga Kelas E Putra. Dari 16 set medali yang diperebutkan di cabang pencak silat, Indonesia hanya menyiskan 2 medali emas untuk pesilat Vietnam, yang masing-masing direbut Trần Dinh Nam (Laga Kelas F Putra) dan Nguyen Văn Trí (Laga kelas J).
Kemenangan pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan tidak diraih dengan mudah, tapi melalui perjuangan yang dramatis. Pasalnya, saat mereka sedang memainkan jurus-jurus yang memukau, gong tanda habis waktu justru berbunyi dua kali, masing-masing pada 2 menit 52 detik dan 2 menit 58 detik. Padahal, waktu belum mencapai 3 menit.
Merasa masih ada waktu, kedua pendekar Bakti Negara ini tetap fokus dan menyelesaikan gerakan. Sebab, bila mereka berhenti, mereka akan kehilangan banyak poin dan medali emas ganda putri bisa melayang dari genggaman. Penonton yang menyaksikan gerakan mereka pun ketar-ketir.
Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan pun sempat menitikkan air mata, karena khawatir penilaian juri berkurang. Pelatih pendampingnya, Tulus, kontan melayangkan protes atas kesalahan petugas pemukul gong tersebut. Juri sependapat dengan protes pelatih Indonesia. Beruntung, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan akhirnya berhak atas medali emas.
"Kami baru pertama kalinya mengalami kejadian seperti ini. Semoga ke depan tidak ada lagi, karena bunyi gong hampir mengganggu konsentrasi kami. Beruntung kami tidak berhenti di jalan, bila berhenti point berkurang banyak," ujar Dwi Sang Ayu Sidan kepada NusaBali seusai pertandingan, Rabu kemarin.
Pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan yang notabene peraih medali emas SEA games 2017, mengaku sangat bersyukur dan bangga sabet emas bersejarah saat pertama kali dipertandingkan di arena Asian Games. "Kami bersyukur bisa menyelesaikan tugas hari ini dengan baik," tutur Sang Ayu Sidan, pesilat asal kawasan pegunungan Kintamani, Bangli kelahiran 26 Maret 1991.
"Kami bangga dapat mempersembahkan emas ba-gi Indonesia, Bali dan perguruan Bakti Negara. Emas ini juga saya persembahkan untuk anak saya," sambung Dwi Yanti, pendekar Bakti Negara asal Banjar Bayad, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar kelahiran 1 September 1992.
Kebahagiaan Dwi Yanti dan Sang Ayu Sidan menjadi klop, karena mereka sukses sabet emad di ahadapan keluarga, termasuk suami masing-masing. Suami Sang Ayu Sidan, yakni I Made Dwi Surya Adnyana, datang ke Jakarta beserta anak sulungnya, Putu Satria Darma Laksmana, serta sang mertua I Wayan Selamat. Sedangkan Dwi Yanti disupport langsung suaminya, Putu Anom Wiraguna.
Sementara itu, KONI Bangli selaku lembaga yang menaungi pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berjuang siapkan reward untuk pendekar peraih medali emas Asian Games 2018 ini. "Saya sudah konsultasi ke Wakil Bupati Sang Nyoman Sedana Arta agar diupayakan anggaran untuk reward," ungkap Ketua KONI Bangli, Sang Kompyang Suarjaksa, yang kemarin terbang ke Jakarta menyaksikan atletnya bertarung.
"Perlu diketahui anggaran KONI Bangli kan tidak ada di APBD Induk, karena Bupati tidak memberikan anggaran. Saya harap nanti di APBD Perubahan bisa dianggarkan. Wakil Bupati juga mendukung reward untuk atlet berprestasi ini," lanjut Sang Kompyang Suarjaksa.
Guna merealisasikan reward bagi Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan, kata Kompyang, pihaknya juga siap konsultasi dengan Bupati Bangli, Made Gianyar. "Yang jelas anggaran kami saat ini nol, biar didengar juga oleh bos kami. Di satu sisi ada atlet berprestasi, kan juga mengharumkan nama Bangli. Apresiasi patut diberikan," katanya. *k22,dek
Pasangan Made Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berhak atas medali emas, setelah dalam tarung final di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, Rabu kemarin, mengungguli Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan dari Thailand. Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan meraih nilai tertinggi 574, sementara rivalnya itu bukukan 564 poin. Sedangkan medali perunggu diraih pasangan Nor Hamizah Abu Hassan/Nur Syazreen A Malik dri Malaysia.
Pada hari yang sama, Rabu kemarin, Indonesia juga sapu 5 medali emas dari cabang pencak silat. Masing-masing melalui Sugianto dari nomor seni tunggal putra,
Trio Pramudita Yuristya-Lutfi Nurhasanah-Gina Tri Lestari dari seni beregu putri, Hanifan Yudani Kusumah dari kategori Laga, Kelas C Putra, Wewey Wita (Laga, Kelas B Putri), dan Pipiet Kamelia ( Laga, Kelas D Putri).
Dua hari sebelumnya, Indonesia sudah sapu bersih 8 medali emas cabang pencak silat. Termasuk melalui pesilat andalan Bali, I Komang Harik Adi Putra, yang berjaya sabet emas dari kategori Laga Kelas E Putra. Dari 16 set medali yang diperebutkan di cabang pencak silat, Indonesia hanya menyiskan 2 medali emas untuk pesilat Vietnam, yang masing-masing direbut Trần Dinh Nam (Laga Kelas F Putra) dan Nguyen Văn Trí (Laga kelas J).
Kemenangan pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan tidak diraih dengan mudah, tapi melalui perjuangan yang dramatis. Pasalnya, saat mereka sedang memainkan jurus-jurus yang memukau, gong tanda habis waktu justru berbunyi dua kali, masing-masing pada 2 menit 52 detik dan 2 menit 58 detik. Padahal, waktu belum mencapai 3 menit.
Merasa masih ada waktu, kedua pendekar Bakti Negara ini tetap fokus dan menyelesaikan gerakan. Sebab, bila mereka berhenti, mereka akan kehilangan banyak poin dan medali emas ganda putri bisa melayang dari genggaman. Penonton yang menyaksikan gerakan mereka pun ketar-ketir.
Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan pun sempat menitikkan air mata, karena khawatir penilaian juri berkurang. Pelatih pendampingnya, Tulus, kontan melayangkan protes atas kesalahan petugas pemukul gong tersebut. Juri sependapat dengan protes pelatih Indonesia. Beruntung, Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan akhirnya berhak atas medali emas.
"Kami baru pertama kalinya mengalami kejadian seperti ini. Semoga ke depan tidak ada lagi, karena bunyi gong hampir mengganggu konsentrasi kami. Beruntung kami tidak berhenti di jalan, bila berhenti point berkurang banyak," ujar Dwi Sang Ayu Sidan kepada NusaBali seusai pertandingan, Rabu kemarin.
Pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan yang notabene peraih medali emas SEA games 2017, mengaku sangat bersyukur dan bangga sabet emas bersejarah saat pertama kali dipertandingkan di arena Asian Games. "Kami bersyukur bisa menyelesaikan tugas hari ini dengan baik," tutur Sang Ayu Sidan, pesilat asal kawasan pegunungan Kintamani, Bangli kelahiran 26 Maret 1991.
"Kami bangga dapat mempersembahkan emas ba-gi Indonesia, Bali dan perguruan Bakti Negara. Emas ini juga saya persembahkan untuk anak saya," sambung Dwi Yanti, pendekar Bakti Negara asal Banjar Bayad, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar kelahiran 1 September 1992.
Kebahagiaan Dwi Yanti dan Sang Ayu Sidan menjadi klop, karena mereka sukses sabet emad di ahadapan keluarga, termasuk suami masing-masing. Suami Sang Ayu Sidan, yakni I Made Dwi Surya Adnyana, datang ke Jakarta beserta anak sulungnya, Putu Satria Darma Laksmana, serta sang mertua I Wayan Selamat. Sedangkan Dwi Yanti disupport langsung suaminya, Putu Anom Wiraguna.
Sementara itu, KONI Bangli selaku lembaga yang menaungi pasangan Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan berjuang siapkan reward untuk pendekar peraih medali emas Asian Games 2018 ini. "Saya sudah konsultasi ke Wakil Bupati Sang Nyoman Sedana Arta agar diupayakan anggaran untuk reward," ungkap Ketua KONI Bangli, Sang Kompyang Suarjaksa, yang kemarin terbang ke Jakarta menyaksikan atletnya bertarung.
"Perlu diketahui anggaran KONI Bangli kan tidak ada di APBD Induk, karena Bupati tidak memberikan anggaran. Saya harap nanti di APBD Perubahan bisa dianggarkan. Wakil Bupati juga mendukung reward untuk atlet berprestasi ini," lanjut Sang Kompyang Suarjaksa.
Guna merealisasikan reward bagi Dwi Yanti/Sang Ayu Sidan, kata Kompyang, pihaknya juga siap konsultasi dengan Bupati Bangli, Made Gianyar. "Yang jelas anggaran kami saat ini nol, biar didengar juga oleh bos kami. Di satu sisi ada atlet berprestasi, kan juga mengharumkan nama Bangli. Apresiasi patut diberikan," katanya. *k22,dek
Komentar