Minat Generasi Muda Jadi Petani setiap Tahun Terus Turun
Jumlah petani khususnya petani muda di Tabanan meski sulit dihitung dengan pasti namun mengalami penurunan tiap tahun.
TABANAN, NusaBali
Rata-rata penurunan mencapai 1,5 persen lebih. Penyebab turunnya minat jadi petani dari kalangan generasi muda karena gengsi. Terjadinya alih fungsi lahan juga turut menjadi faktor penyebab. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Nyoman Budana menerangkan dari tahun ke tahun jumlah petani muda terus turun. Kaum muda lebih suka bekerja di bidang pariwisata.
Dikatakan penyebab sedikit minat anak muda mau jadi petani adalah faktor gengsi. Kemudian adanya alih fungsi lahan juga menjadi pengaruh. Dari segi penghasilan yang tidak tetap dan tidak tentu dan cenderung harus menunggu masa panen untuk mendapatkan hasil.
“Meskipun demikian lahan pertanian yang ada seluruhnya tergarap, karena jika anaknya tidak mau, orangtuanya yang menggarap sawah,” kata Budana, Rabu (29/8). Kondisi kecilnya minata anak muda menjadi petani, menurut Budana sudah terjadi sejak lama. Apalagi tahun 1980 sektor pariwisata sangat melejit. Untuk menekan itu, Dinas Pertanian Tabanan sudah melakukan beberapa cara.
Cara itu di antaranya, memperkenalkan teknologi modern untuk mengolah lahan pertanian baik untuk dijadikan lahan menanam padi maupun berkebun. Semisal mengolah lahan dengan alat traktor maupun penanaman bibit “Intinya mengimbangi tenaga agar pekerjaan menjadi lebih singkat dan efisien,” imbuh Budana.
Termasuk Dinas Pertanian Tabanan secara swadaya sudah menunjuk petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) di setiap kecamatan. Usia petugas PPL ini kisaran 20 tahun – 40 tahun. Mereka ini berasal dari tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tabanan. Dengan harapan bisa mengajak pemuda dan para petani lainnya untuk menggarap lahan pertanian serta menyebarkan ilmu. “Sekarang kami punya 40 orang tersebar di seluruh kecamatan,” jelas Budana.
Menurut Budana di wilayah Kecamatan Baturiti masih ada generasi muda yang mau jadi petani. Seperti di Banjar Bangah, Desa Baturiti, ada kelompok simantri yang bergelut di bidang sayuran/agrobisnis. Pengelola simantri tersebut dari kalangan muda. “Usianya kira-kira 30-an tahun, ada empat orang (muda) yang mengelola (simantri tersbeut, Red),” tandas Budana. *de
Rata-rata penurunan mencapai 1,5 persen lebih. Penyebab turunnya minat jadi petani dari kalangan generasi muda karena gengsi. Terjadinya alih fungsi lahan juga turut menjadi faktor penyebab. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Nyoman Budana menerangkan dari tahun ke tahun jumlah petani muda terus turun. Kaum muda lebih suka bekerja di bidang pariwisata.
Dikatakan penyebab sedikit minat anak muda mau jadi petani adalah faktor gengsi. Kemudian adanya alih fungsi lahan juga menjadi pengaruh. Dari segi penghasilan yang tidak tetap dan tidak tentu dan cenderung harus menunggu masa panen untuk mendapatkan hasil.
“Meskipun demikian lahan pertanian yang ada seluruhnya tergarap, karena jika anaknya tidak mau, orangtuanya yang menggarap sawah,” kata Budana, Rabu (29/8). Kondisi kecilnya minata anak muda menjadi petani, menurut Budana sudah terjadi sejak lama. Apalagi tahun 1980 sektor pariwisata sangat melejit. Untuk menekan itu, Dinas Pertanian Tabanan sudah melakukan beberapa cara.
Cara itu di antaranya, memperkenalkan teknologi modern untuk mengolah lahan pertanian baik untuk dijadikan lahan menanam padi maupun berkebun. Semisal mengolah lahan dengan alat traktor maupun penanaman bibit “Intinya mengimbangi tenaga agar pekerjaan menjadi lebih singkat dan efisien,” imbuh Budana.
Termasuk Dinas Pertanian Tabanan secara swadaya sudah menunjuk petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) di setiap kecamatan. Usia petugas PPL ini kisaran 20 tahun – 40 tahun. Mereka ini berasal dari tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tabanan. Dengan harapan bisa mengajak pemuda dan para petani lainnya untuk menggarap lahan pertanian serta menyebarkan ilmu. “Sekarang kami punya 40 orang tersebar di seluruh kecamatan,” jelas Budana.
Menurut Budana di wilayah Kecamatan Baturiti masih ada generasi muda yang mau jadi petani. Seperti di Banjar Bangah, Desa Baturiti, ada kelompok simantri yang bergelut di bidang sayuran/agrobisnis. Pengelola simantri tersebut dari kalangan muda. “Usianya kira-kira 30-an tahun, ada empat orang (muda) yang mengelola (simantri tersbeut, Red),” tandas Budana. *de
Komentar