nusabali

Setelah Sembuh dari Gangguan Jiwa, Justru Didera Lumpuh

  • www.nusabali.com-setelah-sembuh-dari-gangguan-jiwa-justru-didera-lumpuh

Wayan Budi Artawan awalnya setres, kemudian mengalami gangguan jiwa, gara-gara gagal berangkat ke luar negeri untul tugas belajar tahun 1996 saat jadi dosen di ITB Bandung.

Balada I Wayan Budi Artawan, Sarjana Teknik Elektro Jebolan ITB Bandung

AMLAPURA, NusaBali
Nasib pilu dialami Ir I Wayan Budi Artawan, 49, alumnus Fakultas Tekik Elektro ITB Bandung asal Banjar Pesaban Kangin, Desa Pesaban, Kecamatan Rendang, Karangasem. Sempat menderita gangguan jiwa gara-gara gagal ke luar negeri untuk tugas belajar, Budi Artawan kini malah didera kelumpuhan. Jebolan ITB yang kantongi Indek Prestasi (IP) 3,15 ini pun hanya bisa mengisi hari-harinya dengan membaca dan ikut bursa saham melalui internet.

Budi Artawan awalnya tamat di ITB Bandung tahun 1992, hingga sempat menjadi dosen di kampus almamaternya itu sampai 1996. Setahun kemudian, Budi Artawan mengalami gangguan jiwa (disabilitas psikososial) pada 1997, setelah gagal berangkat ke luar negeri untuk tugas belajar. Beberapa tahun kemudian, penyakit gangguan jiwanya sembuh. Namun, Budi Artawan justru didera lumpuh fisik sejak tahun 2001 silam.

Gara-gara lumpuh, Budi Artawan tidak bisa melakukan aktivitas normal. Sekadar untuk makan dan minum pun, dia dilayani keluarganya. Sedangkan untuk mandi, Budi Artawan pilih melakukan sendiri dengan merangkak keluar masuk kamar mandi menggunakan kedua tangan dan pantatnya.

Kendati demikian, Budi Artawan tidak putus asa. Dengan keterbatas kondisi fisiknya, Budi Artawan kesehariannya aktif menulis dan membaca buku-buku tentang manajemen. Bahkan, dia juga melakukan aktivitas jual beli saham melalui internet dengan bermodalkan Rp 10 juta. “Lumayan, per minggu saya dapat untung Rp 25.000,” tutur Budi Artawan yang kini berusia 49 tahun saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Pesaban Kangin, Desa Pesaban, Senin (28/3) lalu.

Budi Artawan sendiri merupakan anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Wayan Serai dan Ni Nengah Gampil. Ibundanya, Nengah Gampil, sudah lama meninggal dunia sekitar tahun 1987. Sedangkan adik perempuannya, telah menikah keluar. Maka, selami ini sehari-harinya Budi Artawan hanya dirus sang ayah, Wayan Serai.

Menurut pengakuan sang ayah, Wayan Serai, selama ini dia telah berupaya melakukan pengobatan terhadap putranya yang dikenal cerdas dan lulus ITB Bandung dengan IP 3,15 tersebut. Pengobatan yang dilakukan, baik secara medis maupun alternatif. Namun, fisik Budi Artawan yang lumpuh belum kunjung pulih. 

Bahkan, upaya niskala pun sudah ditempuh Wayan Serai, termasuk melakukan ritual ngewacakang. “Kami sudah ngewacakang, juga telah masesangi (berkaul). Tapi, anak saya ini belum juga sembuh dari lumpuh. Syukurnya, penyakit gangguan jiwa yang sempat diderita Budi Artawan sudah sembuh,” jelas Wayan Serai yang mendampingi Budi Artawan saat NusaBali berkunjung ke rumahnya.

Budi Artawan dulunya bisa kuliah di ITB Badung atas perjuangan keras orangtuanya, hingga menjual tanah tegalan dan sawah. Sang ayah rela menjual apa saja, karena melihat prestasi gemilang Budi Artawan sejak lulus SD Negeri 1 Pesaban pada 1979 silam. 
Selama sekolah, Budi Artawan selalu jadi bintang kelas. Prestasi sebagai bintang kelas itu diraih secara beruntun saat duduk di bangki SD Negeri 1 Pesaban, SMP Negeri 1 Rendang, hingga SMA Negeri 2 Denpasar.

Kemudian, Budi Artawan diterima kuliah di Fakultas Teknik Elektro ITB Bandung. Budi Artawan lulus dengan predikat sangat memuaskan (IP 3.15) di ITB Bandung tahun 1992. Setamat kuliah, dia sempat menjadi dosen di ITB Bandung sejak tahun 1992 hingga akhirnya berhenti karena gangguan kejiwaan pada 1996.

Selama kulih, Budi Artawan ikut aktif di jajaran Redaksi Majalah Elektron terbitan Fakultas Teknik Elektro dan Informatika ITB Bandung. Meski jadi aktivis, Budi Artawan mampu menamatkan kuliahnya dalam tempo 4,5 tahun.

Sayang, nasib menentukan lain. Sempat selama 4 tahun menjadi dosen di ITB, Budi Artawan harus mengakhiri kariernya karena didera gangguan kejiwaan. Rombongan LSM Layanan Hidup Bahagia (LHB) Bali pimpinan Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKj sempat mengunjungi Budi Artawan ke rumahnya di Desa Pesaban, 1 September 2008, sembari memberikan bantuan terapi dan obat-obatan, agar diminum sesuai dosis. Setelah minum obat secara rutin dan menjalani terapi, akhirnya penyakit gangguan jiwa berangsur pulih hingga sembuh total. 

Sebelum sembuh total, Budi Artawan juga sempat dirawat selama 40 hari di RSJ Bangli tahun 2000. Budi Artawan awalnya stres, sampai kemudian menderita gangguan kejiwaan, gara-gara gagal berangkat ke luar negeri untuk tugas belajar. Konon, Budi Artawan gagal tugas belajar ke luar negeri gara-gara fasilitas yang dimilikinya dirusak oleh rekan sekampusnya.

Menurut sang ayah, Wayan Serai, penyankit gangguan kejiwaan Budi Artawan sebetulnya sudah sembuh. Namun, sejak tahun 2001, Budi Artawan justru didera kelumpuhan. Sebelum lumpuh, saejana Teknik Elektro ini awalnya menderita panas tinggi, semalaman tidak bisa tidur. Keesokan harinya, langsung lemas badan di mana kedua kakinya tidak bisa digerakkan. Bahkan, kedua kakinya mengecil dan bengkok, sehingga sulit digunakan untuk tumpuan berdiri. 7 k16

Komentar