Pasraman Parama Seva Andalkan Relawan Asing
Pasraman Lascarya Parama Seva Banjar Darma Winangun, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem, memanfaatkan relawan asing untuk mengajar bahasa Inggris.
AMLAPURA, NusaBali
Para relawan bankan antre mau mengajar di pasrama yang didukung 13 kelas itu. Pengelola Pasraman Lascarya Parama Seva, I Made Putu Kawi, menuturkan pasraman dibangun tahun 2012 memanfaatkan anak-anak sekolah di lingkungan tempat tinggalnya. Minat mereka terus berkembang hingga tahun 2018 mampu mendirikan 13 kelas. Pembangunan kelas di lahan milik pribadi itu secara bertahap mulai dari TK sebanyak 1 kelas, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menaungi kelompok bermain dan TK sebanyak 3 kelas, siswa yang telah duduk di kelas I dan kelas II SD sebanyak 2 kelas, kelas A menampung siswa kelas IV-VI SD 3 kelas, kelas B siswanya yang telah sekolah kelas VII-IX SMP sebanyak 2 kelas, kelas C yang tengah belajar di SMA/SMK sebanyak 1 kelas.
Para siswa tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Tiap kelas isinya 35 siswa. Aktivitasnya di luar jam sekolah yakni majejahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. Setiap tahun relawan asing yang datang dari Kanada, Denmark, Jerman, Amerika, Ceko, Spanyol dan India. Kali ini ada sembilan relawan asing mengajar bahasa Inggris yakni Agostina Giuliani (Italia), Cristina Ramires (Mexico), Sophia Johnson (Inggris), Hope Brown (Australia), Heather Mckinney (Amerika), Daniel Dyer (Amerika), Alvin (Malaysia), Nina Trepic (Jerman) dan Michael Sewoll (Jerman).
Mereka usai mengajar tinggal di penginapan terdekat di Objek Wisata Tulamben, Kecamatan Kubu. Kedatangan relawan asing atas relasi dari Putu kawi. Siswa bisa praktek langsung berkomunikasi bahasa Inggris. Tiap relawan asing yang baru datang disambut dengan pengalungan bunga, langsung memperkenalkan diri, kemudian berbaur belajar bahasa Inggris. Rata-rata tiap relawan asing mengajar 2-4 minggu. “Setiap relawan asing selesai mengajar, maka dilakukan acara perpisahan disertai hiburan. Perpisahan dan hiburan itu membuat relawan asing terkesan,” katanya.
Sedangkan relawan lokal yakni I Made Putu Kawi dibantu I Gede Novaldi (anak), I Made Deso Sagita (anak), I Gede Yuda Alan, Ni Luh Sutiani, dan lainnya. Gede Novaldi dan Gede Yuda Alan mengaku memberikan pelajaran yoga. “Olahraga pernapasan sangat penting untuk keseimbangan otak kanan dan otak kiri siswa,” kata Novaldi. Tokoh Desa Tianyar Timur, I Ketut Bangkolan, mengapresiasi Putu Kawi merekrut siswa untuk belajar di luar jam sekolah. “Anak-anak menjadi lebih cerdas, menambah wawasan dan lebih menguasai bahasa Inggris. Kalau mengandalkan di sekolah, waktunya terbatas,” jelas Bangkolan. *k16
Para siswa tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Tiap kelas isinya 35 siswa. Aktivitasnya di luar jam sekolah yakni majejahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. Setiap tahun relawan asing yang datang dari Kanada, Denmark, Jerman, Amerika, Ceko, Spanyol dan India. Kali ini ada sembilan relawan asing mengajar bahasa Inggris yakni Agostina Giuliani (Italia), Cristina Ramires (Mexico), Sophia Johnson (Inggris), Hope Brown (Australia), Heather Mckinney (Amerika), Daniel Dyer (Amerika), Alvin (Malaysia), Nina Trepic (Jerman) dan Michael Sewoll (Jerman).
Mereka usai mengajar tinggal di penginapan terdekat di Objek Wisata Tulamben, Kecamatan Kubu. Kedatangan relawan asing atas relasi dari Putu kawi. Siswa bisa praktek langsung berkomunikasi bahasa Inggris. Tiap relawan asing yang baru datang disambut dengan pengalungan bunga, langsung memperkenalkan diri, kemudian berbaur belajar bahasa Inggris. Rata-rata tiap relawan asing mengajar 2-4 minggu. “Setiap relawan asing selesai mengajar, maka dilakukan acara perpisahan disertai hiburan. Perpisahan dan hiburan itu membuat relawan asing terkesan,” katanya.
Sedangkan relawan lokal yakni I Made Putu Kawi dibantu I Gede Novaldi (anak), I Made Deso Sagita (anak), I Gede Yuda Alan, Ni Luh Sutiani, dan lainnya. Gede Novaldi dan Gede Yuda Alan mengaku memberikan pelajaran yoga. “Olahraga pernapasan sangat penting untuk keseimbangan otak kanan dan otak kiri siswa,” kata Novaldi. Tokoh Desa Tianyar Timur, I Ketut Bangkolan, mengapresiasi Putu Kawi merekrut siswa untuk belajar di luar jam sekolah. “Anak-anak menjadi lebih cerdas, menambah wawasan dan lebih menguasai bahasa Inggris. Kalau mengandalkan di sekolah, waktunya terbatas,” jelas Bangkolan. *k16
Komentar