Antara Senang dan Sedih
Orangtua Bayi Kembar Empat
DENPASAR, NusaBali
Putu Agra Ricna Sukarmawan, 32, dan Luh Gede Irin Pradnyawati, 29, pasutri asal Banjar Desa, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng mengaku antara senang dan sedih ketika diberitahu oleh dokter bahwa ada empat jabang bayi di rahimnya.
Senang karena memiliki empat anak sekaligus. Sedih karena Irin tahu hamil kembar memiliki resiko yang lebih tinggi dari hamil tunggal. Apalagi dengan keadaan hamil kembar empat, resikonya sangat tinggi. “Kami tahu resikonya sangat tinggi. Terutama saya dengan kemampuan tubuh sekecil ini. Ada banyak resiko, seperti lahir prematur, keguguran, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya, kami sudah sangat pikirkan itu. Saya sedih sekali, karena empat itu ada. Tetapi balik lagi, karena saya sudah berdoa, berusaha, dan akhirnya saya diberikan empat sekaligus, itu sudah berkah yang sangat luar biasa. Saya jalani dengan ikhlas,” tutur wanita cantik ini sambil menahan tangis harunya ketika ditemui di RSIA Puri Bunda Denpasar, kemarin.
Selama proses kehamilan, kata Irin, syukurnya tidak memiliki masalah. Bila biasanya wanita hamil kembar lebih rentan mengalami mual dan muntah yang parah, namun Irin tidak mengalaminya. Proses kehamilannya berjalan lancar hingga usia enam bulan. “Sampai enam bulan itu, masih aman-aman saja. Saya masih beraktivitas seperti biasa. Tapi yang paling berat saya rasakan itu saat memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Jadi, saat masuk ke tujuh bulan, itu terasa berat dan perut saya membesar. Berjalan saja saya sudah sangat susah waktu itu,” tutur guru Matematika di SMPK 2 Harapan Denpasar ini.
Saat usia tujuh bulan, oleh dokter disarankan untuk istirahat total. Selama masa istirahat itu, Irin sempat mengalami pendarahan ringan pada 12 Juli 2018. Karena panik, Irin langsung ke RSIA Puri Bunda, karena mengira sudah akan melahirkan. Irin pun diliputi rasa takut saat itu, karena usia kandungan baru 28 minggu. Menurut keterangan dokter, Irin mengalami kontraksi rahim disertai keluar lendir campur darah. Gejala-gejala persalinan prematur itu terjadi saat kehamilan berumur 28-29 minggu. “Sejak pendarahan itu, saya langsung ke RSIA Puri Bunda, dan langsung beristirahat di situ selama tiga minggu. Saya benar-benar dipantau dengan baik dan spesifik,” ujar wanita 29 tahun ii.
Pada hari itu, Irin segera dirawat di RSIA Puri Bunda Denpasar untuk mencegah persalinan prematur sembari memberi obat untuk percepatan pematangan paru. Sejak dirawat dari tanggal 12 Juli 2018 hingga 31 Juli 2018 gejala persalinan prematur berhasil diatasi. Setelah gejala persalinan prematur hilang, ternyata muncul persoalan yang lebih serius. Irin mengalami pecah ketuban saat umur kehamilannya 32 minggu. Berdasarkan pertimbangan medis, pada hari itu juga, tepatnya tanggal 1 Agustus 2018 akhirnya diputuskan melakukan seksio sesaria untuk melahirkan keempat bayi tersebut.
“Dokter menyarankan usia kehamilan 34 minggu, karena lahir kembar ini cukup di 34 minggu. Tapi saya tidak bisa melewatinya. Hanya sampai 32 minggu. Akhirnya saya melahirkan, dan saat itu belum boleh memegang bayi. Setelah satu bulan dirawat pasca lahir, saya baru dibolehkan memegang bayi saya sendiri, saya sangat terharu,” cerita Irin berkaca-kaca.
Akhirnya, mimpi Irin dan Agra untuk memiliki buah hati terwujud, bahkan empat sekaligus. Pasutri ini menolak putus asa dan terus berusaha, dan doa paling utama. Kini mereka memasuki babak baru dalam kehidupan keluarga, masih akan berjuang merawat dan membesarkan keempat buah hati tercinta. Bagi Arga, tidak peduli berapa banyak harus menghabiskan biaya. Memiliki buah hati harganya tidak ternilai. “Saya sangat bahagia. Memang melakukan program bayi tabung biayanya tidak sedikit. Apalagi kembar empat. Saya sudah menabung, bahkan sampai pinjam. Tapi tidak penting berapa uangnya, memiliki buah hati tidak ternilai harganya. Untuk mendapatkan buah hati, tidak bisa dihargai dengan uang.Saya bersyukur sekali,” tutur pegawai PLN Denpasar ini tersenyum bahagia. Saat ini pasutri ini tinggal di Perumahan Dalung Permai. *ind
Senang karena memiliki empat anak sekaligus. Sedih karena Irin tahu hamil kembar memiliki resiko yang lebih tinggi dari hamil tunggal. Apalagi dengan keadaan hamil kembar empat, resikonya sangat tinggi. “Kami tahu resikonya sangat tinggi. Terutama saya dengan kemampuan tubuh sekecil ini. Ada banyak resiko, seperti lahir prematur, keguguran, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya, kami sudah sangat pikirkan itu. Saya sedih sekali, karena empat itu ada. Tetapi balik lagi, karena saya sudah berdoa, berusaha, dan akhirnya saya diberikan empat sekaligus, itu sudah berkah yang sangat luar biasa. Saya jalani dengan ikhlas,” tutur wanita cantik ini sambil menahan tangis harunya ketika ditemui di RSIA Puri Bunda Denpasar, kemarin.
Selama proses kehamilan, kata Irin, syukurnya tidak memiliki masalah. Bila biasanya wanita hamil kembar lebih rentan mengalami mual dan muntah yang parah, namun Irin tidak mengalaminya. Proses kehamilannya berjalan lancar hingga usia enam bulan. “Sampai enam bulan itu, masih aman-aman saja. Saya masih beraktivitas seperti biasa. Tapi yang paling berat saya rasakan itu saat memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Jadi, saat masuk ke tujuh bulan, itu terasa berat dan perut saya membesar. Berjalan saja saya sudah sangat susah waktu itu,” tutur guru Matematika di SMPK 2 Harapan Denpasar ini.
Saat usia tujuh bulan, oleh dokter disarankan untuk istirahat total. Selama masa istirahat itu, Irin sempat mengalami pendarahan ringan pada 12 Juli 2018. Karena panik, Irin langsung ke RSIA Puri Bunda, karena mengira sudah akan melahirkan. Irin pun diliputi rasa takut saat itu, karena usia kandungan baru 28 minggu. Menurut keterangan dokter, Irin mengalami kontraksi rahim disertai keluar lendir campur darah. Gejala-gejala persalinan prematur itu terjadi saat kehamilan berumur 28-29 minggu. “Sejak pendarahan itu, saya langsung ke RSIA Puri Bunda, dan langsung beristirahat di situ selama tiga minggu. Saya benar-benar dipantau dengan baik dan spesifik,” ujar wanita 29 tahun ii.
Pada hari itu, Irin segera dirawat di RSIA Puri Bunda Denpasar untuk mencegah persalinan prematur sembari memberi obat untuk percepatan pematangan paru. Sejak dirawat dari tanggal 12 Juli 2018 hingga 31 Juli 2018 gejala persalinan prematur berhasil diatasi. Setelah gejala persalinan prematur hilang, ternyata muncul persoalan yang lebih serius. Irin mengalami pecah ketuban saat umur kehamilannya 32 minggu. Berdasarkan pertimbangan medis, pada hari itu juga, tepatnya tanggal 1 Agustus 2018 akhirnya diputuskan melakukan seksio sesaria untuk melahirkan keempat bayi tersebut.
“Dokter menyarankan usia kehamilan 34 minggu, karena lahir kembar ini cukup di 34 minggu. Tapi saya tidak bisa melewatinya. Hanya sampai 32 minggu. Akhirnya saya melahirkan, dan saat itu belum boleh memegang bayi. Setelah satu bulan dirawat pasca lahir, saya baru dibolehkan memegang bayi saya sendiri, saya sangat terharu,” cerita Irin berkaca-kaca.
Akhirnya, mimpi Irin dan Agra untuk memiliki buah hati terwujud, bahkan empat sekaligus. Pasutri ini menolak putus asa dan terus berusaha, dan doa paling utama. Kini mereka memasuki babak baru dalam kehidupan keluarga, masih akan berjuang merawat dan membesarkan keempat buah hati tercinta. Bagi Arga, tidak peduli berapa banyak harus menghabiskan biaya. Memiliki buah hati harganya tidak ternilai. “Saya sangat bahagia. Memang melakukan program bayi tabung biayanya tidak sedikit. Apalagi kembar empat. Saya sudah menabung, bahkan sampai pinjam. Tapi tidak penting berapa uangnya, memiliki buah hati tidak ternilai harganya. Untuk mendapatkan buah hati, tidak bisa dihargai dengan uang.Saya bersyukur sekali,” tutur pegawai PLN Denpasar ini tersenyum bahagia. Saat ini pasutri ini tinggal di Perumahan Dalung Permai. *ind
Komentar