Gempa, Siswi SMKN 1 Sawan Kerauhan Massal
Goyangan gempa memicu tiga siswi kerauhan dan ‘menular’ ke tujuh siswi lainnya. Sebagai antisipasi, SMKN 1 Sawan pun memulangkan para seluruh murid.
SINGARAJA, NusaBali
Sepuluh orang siswi SMKN 1 Sawan yang berlokasi di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng, Jumat (31/8) pukul 10.40 WITA mengalami kerauhan. Peristiwa misteri itu terjadi hanya beberapa menit saat gempa yang terjadi di Lombok Tengah dengan kekuatan 5,1 SR, dirasakan di Buleleng.
Ratusan siswa, guru, pegawai dan Kepala Sekolah yang saat itu berada di dalam gedung sekolah langsung berhamburan keluar menuju halaman. Peristiwa kerauhan itu pun disebut dipicu oleh tiga orang siswi kelas X Jurusan Perhotelan. Awalnya tiga orang siswi perempuan itu berlari keluar kelas sambil berteriak histeris. Teriakannya pun berbeda dengan teriakan siswa lain yang ketakutan akan gempa yang sempat mengguncang.
Teriakan histeris mereka semakin menjadi dan tidak dapat dihentikan. Bahkan kondisi itu mensugesti tujuh orang siswi lainnya dari kelas X dan XI ikut kerauhan. Kepala SMKN 1 Sawan, Made Rasta dihubungi via telepon, Jumat (31/8) kemarin membenarkan kejadian kerauhan spontan yang dialami siswinya seusai gempa.
“Ya memang tadi terjadi spontan saat semua warga sekolah berhamburan dan lari ke luar ruangan tiga orang siswi berteriak histeris, setelah itu disusul oleh siswi lainnya,” kata dia. Situasi sekolah pun menjadi panik. Tak ingin kerauhan ini menjamah lebih banyak siswinya, Rasta pun memilih untuk memulangkan siswa lainnya di jurusan Multimedia, Perhotelan, Boga dan Akuntansi pulang lebih awal.
Pihak sekolah pun terpaksa menggelar karpet di halaman sekolah setelah korban kerauhan terus bertambah, untuk memudahkan penanganan, menyusul ruang UKS terbatas. Rasta mengatakan total ada sepuluh anak didiknya yang mengalami kerauhan. Ia pun mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mengetahui pasti penyebab kerauhan yang dialami anak didiknya. Sebab sepuluh orang siswinya, hanya berteriak histeris dan beberapa ada yang sempat melontarkan kata sakit. “Tidak ada yang ngeraosin, hanya teriak histeris dan bilang sakit saja, kami belum tahu penyebab pastinya apa, karena ini terjadi spontan,” imbuh dia.
Seluruh siswi yang mengalami kerauhan baru dapat tertangani dan usai pada pukul 12.00 WITA. Pihak sekolah dipandu Jero Mangku setempat langsung menghaturkan pecaruan nasi manca warna dan nasi wong-wongan di areal sekolah. Atas kejadian tersebut pihak sekolah pun mengaku sudah meminta petunjuk orang pintar untuk mengetahui penyebab pasti kejadian itu.
Kasek Rasta juga merencanakan akan menggelar rapat koordinasi dengan komite, lembaga serta pangelingsir Desa Menyali, untuk membahas masalah ini pada Sabtu (1/9) hari ini. Sehingga ke depannya diharapkan proses pembelajaran kembali kondusif.
Sejak berdiri tujuh tahun lalu, SMKN 1 Sawan memang terpantau sangat kondusif. Perkembangannya pun sangat siginifikan. Sekolah SMK negeri satu-satunya di Kecamatan Sawan, kini memiliki 748 orang siswa dari 26 kelas di 4 jurusan yang dibuka. Bahkan sekolah yang terbilang baru ini, kini sudah menerapkan sistem fullday dalam proses pembelajaran. Pihaknya pun mengaku cukup kaget dengan kejadian yang menimpa siswinya. Meski kejadian sama kerauhan masal sempat terjadi di awal pembangunan sekolah.
Saat itu kerauhan massal yang dialami siswa karena kasisipan, atas perataan palinggih Dewa Ayu yang ada di sekitar sekolah. Namun kondisi disebut kembali kondusif saat palinggih itu kembali didirikan. “Ini tumben begini makanya kami juga tidak tahu penyebabnya apa, kalau dulu memang pernah terjadi tapi itu memang ada kronologisnya,” tegas dia. *k23
Sepuluh orang siswi SMKN 1 Sawan yang berlokasi di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng, Jumat (31/8) pukul 10.40 WITA mengalami kerauhan. Peristiwa misteri itu terjadi hanya beberapa menit saat gempa yang terjadi di Lombok Tengah dengan kekuatan 5,1 SR, dirasakan di Buleleng.
Ratusan siswa, guru, pegawai dan Kepala Sekolah yang saat itu berada di dalam gedung sekolah langsung berhamburan keluar menuju halaman. Peristiwa kerauhan itu pun disebut dipicu oleh tiga orang siswi kelas X Jurusan Perhotelan. Awalnya tiga orang siswi perempuan itu berlari keluar kelas sambil berteriak histeris. Teriakannya pun berbeda dengan teriakan siswa lain yang ketakutan akan gempa yang sempat mengguncang.
Teriakan histeris mereka semakin menjadi dan tidak dapat dihentikan. Bahkan kondisi itu mensugesti tujuh orang siswi lainnya dari kelas X dan XI ikut kerauhan. Kepala SMKN 1 Sawan, Made Rasta dihubungi via telepon, Jumat (31/8) kemarin membenarkan kejadian kerauhan spontan yang dialami siswinya seusai gempa.
“Ya memang tadi terjadi spontan saat semua warga sekolah berhamburan dan lari ke luar ruangan tiga orang siswi berteriak histeris, setelah itu disusul oleh siswi lainnya,” kata dia. Situasi sekolah pun menjadi panik. Tak ingin kerauhan ini menjamah lebih banyak siswinya, Rasta pun memilih untuk memulangkan siswa lainnya di jurusan Multimedia, Perhotelan, Boga dan Akuntansi pulang lebih awal.
Pihak sekolah pun terpaksa menggelar karpet di halaman sekolah setelah korban kerauhan terus bertambah, untuk memudahkan penanganan, menyusul ruang UKS terbatas. Rasta mengatakan total ada sepuluh anak didiknya yang mengalami kerauhan. Ia pun mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mengetahui pasti penyebab kerauhan yang dialami anak didiknya. Sebab sepuluh orang siswinya, hanya berteriak histeris dan beberapa ada yang sempat melontarkan kata sakit. “Tidak ada yang ngeraosin, hanya teriak histeris dan bilang sakit saja, kami belum tahu penyebab pastinya apa, karena ini terjadi spontan,” imbuh dia.
Seluruh siswi yang mengalami kerauhan baru dapat tertangani dan usai pada pukul 12.00 WITA. Pihak sekolah dipandu Jero Mangku setempat langsung menghaturkan pecaruan nasi manca warna dan nasi wong-wongan di areal sekolah. Atas kejadian tersebut pihak sekolah pun mengaku sudah meminta petunjuk orang pintar untuk mengetahui penyebab pasti kejadian itu.
Kasek Rasta juga merencanakan akan menggelar rapat koordinasi dengan komite, lembaga serta pangelingsir Desa Menyali, untuk membahas masalah ini pada Sabtu (1/9) hari ini. Sehingga ke depannya diharapkan proses pembelajaran kembali kondusif.
Sejak berdiri tujuh tahun lalu, SMKN 1 Sawan memang terpantau sangat kondusif. Perkembangannya pun sangat siginifikan. Sekolah SMK negeri satu-satunya di Kecamatan Sawan, kini memiliki 748 orang siswa dari 26 kelas di 4 jurusan yang dibuka. Bahkan sekolah yang terbilang baru ini, kini sudah menerapkan sistem fullday dalam proses pembelajaran. Pihaknya pun mengaku cukup kaget dengan kejadian yang menimpa siswinya. Meski kejadian sama kerauhan masal sempat terjadi di awal pembangunan sekolah.
Saat itu kerauhan massal yang dialami siswa karena kasisipan, atas perataan palinggih Dewa Ayu yang ada di sekitar sekolah. Namun kondisi disebut kembali kondusif saat palinggih itu kembali didirikan. “Ini tumben begini makanya kami juga tidak tahu penyebabnya apa, kalau dulu memang pernah terjadi tapi itu memang ada kronologisnya,” tegas dia. *k23
Komentar