nusabali

Pertuni Bali Aksi Donor Darah Peduli Gempa Lombok

  • www.nusabali.com-pertuni-bali-aksi-donor-darah-peduli-gempa-lombok

Di balik kekurangan yang dimiliki, penyandang disabilitas memiliki kepekaan yang tinggi.

DENPASAR, NusaBali
Seperti yang ditunjukkan oleh penyandang tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Provinsi Bali mengadakan donor darah untuk korban gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) di SMK Wira Bakti, Jumat (31/8). Donor darah ini serangkaian Hari Ulang Tahun Pertuni Bali ke-43.

“Donor darah dilakukan mulai pukul 08.00 WITA. Sebelum donor, dicek darah dan kesehatannya. Saya merasa bangga, teman-teman yang normal mau merelakan waktunya untuk kami,” ujar ketua panitia HUT Pertuni Bali, Ketut Masir.

Hingga satu jam pelaksanaan donor darah, dari jumlah penyandang tunanetra yang ikut mendaftar, hanya tujuh sampai delapan orang yang lolos. Jumlah ini akan terus bertambah, karena acara masih berlangsung saat itu. Kegiatan donor darah ini dibantu oleh Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Denpasar. “Kebanyakan karena begadang, tidurnya kurang dari 5 jam. Ada tekanan darah, hemoglobin, dan yang lainnya yang diperiksa untuk bisa dinyatakan lolos,” ujar Kepala UDD PMI Kota Denpasar, dr Gede Ngurah Budiyasa.

Donor darah menjadi rangkaian HUT Pertuni Bali ke-43. Bukan itu saja, banyak kegiatan yang dilakukan, seperti menampilkan aktivitas seni penyandang tunanetra dan menyerahkan piagam dan penghargaan kepada orang-orang yang peduli dan pendidikan inklusi. Pertuni bekerja sama dengan Yayasan Sello Orti Bali dan Yayasan Kebaktian Proklamasi didampingi mahasiswa dari Universitas Ngurah Rai.

“Sebagai penyandang disabilitas kami sudah melakukan banyak kegiatan, seperti lomba utsawa dharmagita, ikut tampil di PKB Bali, kursus komputer. Termasuk juga pendidikan inklusi IHDN Denpasar dan ISI Denpasar,” katanya.

Ditambahkan Ketua Pertuni Bali, Gede Winaya, harapan para penyandang disabilitas tentu saja bisa diterima di lingkungan sosial. Mereka menginginkan hak yang sama tanpa ada diskriminasi. “Harapan kami yang normal merangkul dan kami bisa lebih diperhatikan. Termasuk mengejar pendidikan di perguruan tinggi, kami ingin lebih banyak kampus terbuka dan mau menerima kami,” harapnya. *ind

Komentar