Dipecat, Disel Melawan
Disel Astawa merasa perjuangan dirinya dan keluarga demi PDI (P) sejak 1977 tidak dihargai.
DPC PDIP Badung Tunggu SK Pemberhentian
MANGUPURA, NusaBali
Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Badung, I Wayan Disel Astawa, menyatakan sudah siap mental atas sanksi pemecatan dari partainya karena dianggap membelot di Pilkada Badung 2015. Namun, Disel Astawa tetap ‘melawan’ dan berjuang mencari keadilan.
Ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (4/4), Disel Astawa mengatakan dirinya siap meninggalkan kandang Banteng. Namun, dia tetap akan berjuang menyuarakan keadilan. Hanya saja, Disel Astawa tidak merinci apa bentuk perlawanan dan perjuangan mencari keadilan yang akan ditempuhnya menghadapi sanksi pemecatan PDIP ini. “Rasa keadilan itu harus diungkap bagi saya,” katanya.
Menurut Disel Astawa, ada ketidakadilan terhadap pemecatan dirinya sebagai kader PDIP. "Perjuangan dan perngorbanan saya dari tahun 1977 bersama ayah saya, tidak pernah dihargai. Bagaimana rumah saya dulu diberangus Golkar, rezim Orde Baru dan antek-anteknya karena saya membela PDI (P) dan pro Megawati, itu tidak dihargai," tandas Disel Astawa yang notabene putra dari tokoh PDIP Kuta Selatan, I Wayan Tang.
Disel Astawa kemudian membuka kembali lembaran-lembaran bagaimana perjuangannya di era susah PDIP, hingga akhirnya duduk di kursi legislatif sejak 1999. Disel pun klaim dirinya bukan orang baru di PDIP. "Saya dulu keliling antar Megawati ke Uluwatu, kemudian mampir ke Desa Ungasan dengan ikatan benang tridatu tahun 1998. Saat itu, Pak Koster (Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster) dan Giri Prasta (ketua DPC PDIP Badung Nyoman Giri Preasta, Red) ada di mana, saya tidak tahu," kenang anggota Fraksi PDIP DPRD Badung 1999-2004 dan 2004-2009 serta Fraksi PDIP DPRD Bali 2009-2014 dan 2014-2019 ini.
Disel yang kemarin didampingi istri dan kedua anaknya, mengaku tidak sedih dan meratapi pemecatan dari PDIP. Sebab, ini adalah politik. Cuma, sebagai kilas balik, politik ada juga hukum karma-nya. “Mereka yang mengusulkan saya untuk dipecat adalah orang yang dulu menyerbu rumah saya tahun 1977, yakni Golkar di kandang Banteng," beber Disel.
“Rumah saya dulu diserbu Golkar tahun 1977. Sekarang, orang Golkar menyerbu saya secara politik dan memecat saya. Saya nggak akan pernah berhenti berjuang, " lanjut anggota Komisi III DPRD Bali yang sempat diusung PDIP sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) Badung pendamping Prof Dr dr Wayan Wita di Pilkada 2010 ini.
Terkait Pilkada Badung 2015, menurut Disel, banyak kader PDIP yang kalah di TPS dan desanya. Namun, kenapa tidak dipecat? Hal ini juga dirasakan sebagai ketidakadilan. Disel pun berharap ini kejadian terakhir di mana kader PDIP dipecat tanpa keadilan. Dia berharap pendatang baru yang menggantikannya di DPRD Bali nanti bisa lebih baik.
Sementara, sang istri tercinta, Ni Nyoman Larmi, dan putri sulungnya, Ni Putu Mega Diah Harianti, memberikan support kepada Disel Astawa. Menurut Nyoman Larmi, putri sulungnya yang diberi nama Putu Mega Diah Harianti adalah bagian dari sejarah perjuangan Disel Astawa meninggalkan keluarga demi partai di era 1998, ketika Megawati mau mengadakan Kongres I PDIP di Bali.
"Saya ingat betul Megawati (Ketua Umum DPP PDIP, Red) datang ke Bali pada 9 Oktober 1998 untuk Kongres PDIP. Ketika itu, saya tidak pernah ditunggui suami yang waktunya tersita untuk urusan partai," kenang Nyoman Larmi saat mendampingi Disel Astawa, Senin kemarin.
Menurut Nyoman Larmi, ada 4 anak yang dilahirkan dari rahimnya. dari jumlah itu, 3 orang di antaranya meningggal dan ini dianggap cobaan. Dirinya melahirkan anak tidak pernah ditunggui suami, yang sibuk urusan partai. Putri satu-satunya pun diberi nama Putu Mega Diah Hariani (mirip nama Megawati), karena cintanya terhadap PDIP. "Ternyata, inilah hadiah dari PDIP. Suami saya diberi hadiah surat pemecatan dari PDIP," ujar Nyoman Larmi sembari menunjukan SK DPP PDIP tentang pemecatan Disel Astawa.
Bukan hanya Disel Astawa yang dipecat dari PDIP karena dianggap membelot di Pilkada Badung 2015. Kader lainnya yang juga dipecat adalah Made Sugita, kader PDIP asal Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung yang kini duduk di DPRD Badung 2014-2019. Karena sanksi pemecatan, Disel Astawa otomatis di-PAW (pergantian antar waktu) dari kursi DPRD Bali, sementara Made Sugita di-PAW dari kursi DPRD Badung.
Sanksi pemecatan bagi Disel Astawa dan Made Sugita diumumkan Ketua DPD PDIP Bali, Dr Ir Wayan Koster MM, dalam jumpa pers di Kantor Sekretariat DPD PDIP Bali, Jalan Moncong Putih Niti Mandala Denpasar, Minggu (3/4). Menurut Wayan Koster, sanksi organisasi berupa pemecatan Disel Astawa dan Made Sugita merupakan keputusan DPP PDIP.
Disel Astawa dipecat dengan SK DPP PDIP Nomor 120/KPTS/DPP/III/2016 tertanggal 22 Maret 2016. Sedangkan Made Sugita dipecat dengan SK DPP PDIP Nomor 121/KPTS/DPP/III/2016 tertanggal 22 Maret 2016. “Pemecatan ini ditandatangani Ketua Umum DPP PDIP (Megawati Soekarnoputri) dan Sekjen DPP PDIP (Hasto Kristianto). Kami segera ajukan pergantian antar waktu untuk kedua kader legislatif ini,” ujar Koster.
Koster menegaskan, dalam PAW nanti, Disel Astawa akan digantikan I Nyoman Laka di Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Badung. Sedangkan Made Sugita bakal digantikan Ni Putu Yunita Oktarini di Fraksi PDIP DPRD Badung Dapil Kuta. Nyoman Laka merupakan caleg DPRD Bali peraih suara terbanyak ketiga di internal PDIP Dapil Badung dalam Pileg 2014, setelah Disel Astawa dan Ketut Tama Tenaya. Sedangkan Putu Yunita Oktariani merupakan caleg DPRD Badung peraih suara terbanyak keempat di internal PDIP Dapil Kuta dalam Pileg 2014, setelah I Gusti Anom Gumanti, I Gusti Ngurah Sudiarsa, dan Made Sugita.
Sementara itu, DPC PDIP Badung hingga saat ini belum proses PAW Made Sugita yang dipecat induk partainya. Sebab, DPC PDIP Badung masih menunggu perintah resmi dan sekaligus SK pemberhentian Sugita. “Kami belum menerima SK pemberhentian Pak Sugita. Jadi, kami belum mengambil langkah apa pun,” ujar Sekretaris DPC PDIP Badung, Putu Parwata, kepada NusaBali, Senin kemarin.
Menurut Parwata, pihaknya akan memproses PAW Sugita bila perintah dari induk partai sudah turun. “Sekarang kami masih menunggu perintah,” jelas Parwata yang juga Ketua DPRD Badung. “Secara faktual kami belum menerima SK-nya. Kalau sudah ada instruksi, kami langsung menindaklanjuti,” sambung Wakil Sekretaris Bidang Internal DPC PDIP Badung, I Nyoman Satria. 7 nat,asa
Komentar