Made Marwati Bermodalkan ‘Yadnya’ kepada Warga Kurang Mampu
Nama Luh Made Marwati mulai dikenal masyarakat Gumi Panji Sakti, ketika loper koran asal Kelurahan Banyuning ini mendaftar ke PDIP sebagai kandidat Calon Bupati Buleleng saat Pilkada 2017
Gagal Tarung di Pilkada Buleleng 2017, Loper Koran Nyaleg DPRD Buleleng untuk Pileg 2019
SINGARAJA, NusaBali
Dari seratusan Srikandi Politik yang maju sebagai caleg DPRD Buleleng untuk tarung Pileg 2019, termasuk di antaranya Luh Made Marwati, 44. Perempuan yang kesehariannya jadi loper koran (jualan koran eceran) di pelantaran parkir Jalan Diponegoro Singaraja ini tarung ke Pileg 2019 dengan naik kendaraan Partai Demokrat. Sebelumnya, Luh Made Marwati sempat bikin heboh ketika mendaftar sebagai Bakal Calon Bupati Buleleng di PDIP untuk Pilkada 2017.
Luh Made Marwati menduduki nomor urut 3 di internal caleg Demokrat untuk kursi DPRD Buleleng Dapil Kecamatan Buleleng dalam Pileg 2019. Di Dapil Kecamatan Buleleng ini, Marwati nantinya akan tarung berebut kursi legislatif menghadapi sederet incumbent, termasuk Ni Kadek Turkini, Srikandi PDIP yang kini duduk di DPRD Buleleng 2014-2019.
Menurut Marwati, semula dirinya tidak punya niat nyaleg ke Pileg 2019. Namun, sejumlah warga yang pernah dibantunya terus mendorong Marwati untuk nyaleg. Perempuan kelahiran 6 Desember 1974 asal Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng ini pun akhirnya putuskan nyaleg. Kebetulan, Partai Demokrat memberinya kendaraan politik.
“Warga mendorong saya maju tarung ke Pileg 2019, katanya biar mereka punya wakil di DPRD, agar bisa memperhatikannya. Saya putuskan maju tarung, siapa tahu lolos ke kursi legislatif,” papar Marwati saat ditemui NusaBali di tempatnya jualan koran kawasan Jalan Diponegoro Singaraja, Sabtu (1/9).
Nama Marwati sendiri mulai dikenal masyarakat ketika secara mengejutkan mendaftar nyalon Bupati Buleleng ke PDIP untuk tarung Pilkada 2017. Marwati tidak ragu mendaftar ke PDIP, meskipun dirinya hanyalah seorang loper koran. Pasca mendaftar nyalon, namanya sempat dikirim ke DPP PDIP untuk dimintakan rekomendasi. Hasilnya bisa ditebak, sang loper koran terpental.
Setelah terpental dari pencalonan di PDIP, Marwati justru digaet oleh pengusaha muda I Gusti Ketut Adi Yustika Ariawan sebagai tandemnya di posisi Cawabup Buleleng dari jalur Independen untuk Pilkada Buleleng 2017. Pasangan Adi Yustika-Marwati pun mendeklarasikan diri sebagai paket calon ke Pilkada Buleleng 2017. Selanjutnya, Adi Yustika-Marwati mendaftar ke KPU Buleleng.
Sayang, nasib Marwati belum beruntung. Masalahnya, paket Adi Yustika-Marwati justru bubar sebelum ditetapkan KPU Buleleng sebagai pasangan Cabup-Cawabup Buleleng dari jalur Independen. Pasangan ini bubar dengan sendirinya, karena tidak melengkapi persyaratan pencalonan berupa KTP dukungan sampai batas akhir yang ditetapkan KPU Buleleng.
“Saya tidak ada beban apa pun, karena saya tidak pernah keluar uang saat itu,” kenang Marwati. “Sekarang (saat nyaleg ke Pileg 2019, Red) juga demikian. Saya saya santai saja, jalani saja. Terpilih atau tidak nanti, nggak masalah buat saya. Yang penting, saya tetap meyadnya untuk masyarakat kecil,” lanjut ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Made Sudana ini.
Marwati menceritakan, awal mulanya tertarik nyaleg ke Pileg 2019 memang karena dorongan dari warga yang selama ini dibantu. Meski hanya sebagai loper koran, namun selama ini Marwati senantiasa membantu warga. Dia kerap dimintai tolong mengurus adminitrasi kependudukan, seperti KTP, KK, akte keliran, juga mengurus kartu BPJS.
Menurut Marwati, semua itu dilakukannya dengan suka rela, bahkan dia kerap harus keluar uang sendiri, karena warga yang dibantunya dari golongan kurang mampu. Selain itu, Marwati juga kebetulan aktif di beberapa organisasi sosial, baik itu yayasan maupun sukaduka, agar bisa membantu warga kurang mampu. Aktivitas sosialnya itu dilakukan setelah pulang jualan koran.
Marwati setiap berjualan koran bersama suaminya Made Sudana, secara bergantian dia tempat yang sama. Marwati berjualan mulai pagi pukul 07.00 Wita, setalah urusan rumah tangganya selesai. Sedangkan suaminya jualan koran sejak subuh pukul 05.00 Wita. Begitu Marwati datang, sang suami lanjut keliling membawa koran untuk pelanggannya. Pasutri Sudana-Marwati baru pulang setelah semua koran habis terjual sekitar pukul 10.00 Wita.
“Tiap hari selalu ada yang minta tolong. Kadang saat saya masih jualan koran, sudah ada warga yang telepon minta tolong. Saya bagaikan punya kantor di Jalan Diponegoro Singaraja. Karena setelah pulang, saya langsung membantu mereka yang telepon,” papar Marwati.
Mungkin saya dianggap punya kenalan banyak, jadi mereka (warga kurang mampu) minta bantuan saya mengurus adminitrasinya. Kasihan juga mereka, kalau mengurus sendiri, tidak tahu harus ke mana dan tidak punya motor. Kadang saya carikan bantuan buat mereka, saya ini kan ikut beberapa yayasan sosial. Sudah ada yang saya carikan kursi roda buat yang tidak bisa jalan,” lanjut caleg yang menempuh pendidikan terakhir di SMKN 2 Singaraja (tamat tahun 1994) ini.
Gayung pun bersambut. Melihat aksi sosialnya itu, sejumlah partai politik kemudian melirik Marwati untuk mengisi kuota 30 persen perempuan dalam pencalegan menuju Pileg 2019. Bahkan, ada parpol yang membujuk Marwati dengan iming-iming akan diberikan motor agar ikut nyaleg.
Pada akhirnya, Marwati pilih berlabuh ke Partai Demokrat, karena sudah merasa dekat sejak Pilgub Bali 2018. Ketika itu, Marwati itunjuk sebagai Korcam Pemenangan pasangan IB Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) di Kecamatan Buleleng.
Menurut Marwati, di internal Demokrat dirinya dipercaya mengurus administrasi semua kandidat caleg untuk pendaftaran ke KPU Buleleng, seperti pengesahan ijazah dan surat-surat lainnya. Marwati juga ditunjuk sebagai LO (penghubung) ke KPU Buleleng selama proses pencalegan, bersama pengurus DPC Demokrat Buleleng lainnya. “Karena senang saja, saya lakukan. Jadi, saya menambah ilmu birokrasi dan kenalan juga,” kelakar Marwati.
Sementara itu, suami Luh Made Marwati, yakni Made Sudana, mengaku dukung penuh apa yang dilakukan istrinya salama ini. Sudana mengaku bangga, karena aktivitas istrinya dapat membantu masyarakat kecil, meski keluarganya terbilang belum berkecukupan. “Saya bangga, walaupun kami sendiri bukan keluarga mampu. Dapat membantu masyarakat miskin, itu adalah nyadnya. Buat apa kita sembahyang ke sana kemari, tapi kita tidak pernah beryadnya kepada masyarakat miskin?” ujar Sudana kepada NusaBali.
Sebagai bentuk dukungan, Sudana mengaku sering ikut dalam kegiatan sosial yang dilakukan istrinya. Dia juga sering mengantar istirnya ketika ada pertemuan-pertemuan untuk kegiatan sosial hingga ke Denpasar. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Dari seratusan Srikandi Politik yang maju sebagai caleg DPRD Buleleng untuk tarung Pileg 2019, termasuk di antaranya Luh Made Marwati, 44. Perempuan yang kesehariannya jadi loper koran (jualan koran eceran) di pelantaran parkir Jalan Diponegoro Singaraja ini tarung ke Pileg 2019 dengan naik kendaraan Partai Demokrat. Sebelumnya, Luh Made Marwati sempat bikin heboh ketika mendaftar sebagai Bakal Calon Bupati Buleleng di PDIP untuk Pilkada 2017.
Luh Made Marwati menduduki nomor urut 3 di internal caleg Demokrat untuk kursi DPRD Buleleng Dapil Kecamatan Buleleng dalam Pileg 2019. Di Dapil Kecamatan Buleleng ini, Marwati nantinya akan tarung berebut kursi legislatif menghadapi sederet incumbent, termasuk Ni Kadek Turkini, Srikandi PDIP yang kini duduk di DPRD Buleleng 2014-2019.
Menurut Marwati, semula dirinya tidak punya niat nyaleg ke Pileg 2019. Namun, sejumlah warga yang pernah dibantunya terus mendorong Marwati untuk nyaleg. Perempuan kelahiran 6 Desember 1974 asal Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng ini pun akhirnya putuskan nyaleg. Kebetulan, Partai Demokrat memberinya kendaraan politik.
“Warga mendorong saya maju tarung ke Pileg 2019, katanya biar mereka punya wakil di DPRD, agar bisa memperhatikannya. Saya putuskan maju tarung, siapa tahu lolos ke kursi legislatif,” papar Marwati saat ditemui NusaBali di tempatnya jualan koran kawasan Jalan Diponegoro Singaraja, Sabtu (1/9).
Nama Marwati sendiri mulai dikenal masyarakat ketika secara mengejutkan mendaftar nyalon Bupati Buleleng ke PDIP untuk tarung Pilkada 2017. Marwati tidak ragu mendaftar ke PDIP, meskipun dirinya hanyalah seorang loper koran. Pasca mendaftar nyalon, namanya sempat dikirim ke DPP PDIP untuk dimintakan rekomendasi. Hasilnya bisa ditebak, sang loper koran terpental.
Setelah terpental dari pencalonan di PDIP, Marwati justru digaet oleh pengusaha muda I Gusti Ketut Adi Yustika Ariawan sebagai tandemnya di posisi Cawabup Buleleng dari jalur Independen untuk Pilkada Buleleng 2017. Pasangan Adi Yustika-Marwati pun mendeklarasikan diri sebagai paket calon ke Pilkada Buleleng 2017. Selanjutnya, Adi Yustika-Marwati mendaftar ke KPU Buleleng.
Sayang, nasib Marwati belum beruntung. Masalahnya, paket Adi Yustika-Marwati justru bubar sebelum ditetapkan KPU Buleleng sebagai pasangan Cabup-Cawabup Buleleng dari jalur Independen. Pasangan ini bubar dengan sendirinya, karena tidak melengkapi persyaratan pencalonan berupa KTP dukungan sampai batas akhir yang ditetapkan KPU Buleleng.
“Saya tidak ada beban apa pun, karena saya tidak pernah keluar uang saat itu,” kenang Marwati. “Sekarang (saat nyaleg ke Pileg 2019, Red) juga demikian. Saya saya santai saja, jalani saja. Terpilih atau tidak nanti, nggak masalah buat saya. Yang penting, saya tetap meyadnya untuk masyarakat kecil,” lanjut ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Made Sudana ini.
Marwati menceritakan, awal mulanya tertarik nyaleg ke Pileg 2019 memang karena dorongan dari warga yang selama ini dibantu. Meski hanya sebagai loper koran, namun selama ini Marwati senantiasa membantu warga. Dia kerap dimintai tolong mengurus adminitrasi kependudukan, seperti KTP, KK, akte keliran, juga mengurus kartu BPJS.
Menurut Marwati, semua itu dilakukannya dengan suka rela, bahkan dia kerap harus keluar uang sendiri, karena warga yang dibantunya dari golongan kurang mampu. Selain itu, Marwati juga kebetulan aktif di beberapa organisasi sosial, baik itu yayasan maupun sukaduka, agar bisa membantu warga kurang mampu. Aktivitas sosialnya itu dilakukan setelah pulang jualan koran.
Marwati setiap berjualan koran bersama suaminya Made Sudana, secara bergantian dia tempat yang sama. Marwati berjualan mulai pagi pukul 07.00 Wita, setalah urusan rumah tangganya selesai. Sedangkan suaminya jualan koran sejak subuh pukul 05.00 Wita. Begitu Marwati datang, sang suami lanjut keliling membawa koran untuk pelanggannya. Pasutri Sudana-Marwati baru pulang setelah semua koran habis terjual sekitar pukul 10.00 Wita.
“Tiap hari selalu ada yang minta tolong. Kadang saat saya masih jualan koran, sudah ada warga yang telepon minta tolong. Saya bagaikan punya kantor di Jalan Diponegoro Singaraja. Karena setelah pulang, saya langsung membantu mereka yang telepon,” papar Marwati.
Mungkin saya dianggap punya kenalan banyak, jadi mereka (warga kurang mampu) minta bantuan saya mengurus adminitrasinya. Kasihan juga mereka, kalau mengurus sendiri, tidak tahu harus ke mana dan tidak punya motor. Kadang saya carikan bantuan buat mereka, saya ini kan ikut beberapa yayasan sosial. Sudah ada yang saya carikan kursi roda buat yang tidak bisa jalan,” lanjut caleg yang menempuh pendidikan terakhir di SMKN 2 Singaraja (tamat tahun 1994) ini.
Gayung pun bersambut. Melihat aksi sosialnya itu, sejumlah partai politik kemudian melirik Marwati untuk mengisi kuota 30 persen perempuan dalam pencalegan menuju Pileg 2019. Bahkan, ada parpol yang membujuk Marwati dengan iming-iming akan diberikan motor agar ikut nyaleg.
Pada akhirnya, Marwati pilih berlabuh ke Partai Demokrat, karena sudah merasa dekat sejak Pilgub Bali 2018. Ketika itu, Marwati itunjuk sebagai Korcam Pemenangan pasangan IB Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) di Kecamatan Buleleng.
Menurut Marwati, di internal Demokrat dirinya dipercaya mengurus administrasi semua kandidat caleg untuk pendaftaran ke KPU Buleleng, seperti pengesahan ijazah dan surat-surat lainnya. Marwati juga ditunjuk sebagai LO (penghubung) ke KPU Buleleng selama proses pencalegan, bersama pengurus DPC Demokrat Buleleng lainnya. “Karena senang saja, saya lakukan. Jadi, saya menambah ilmu birokrasi dan kenalan juga,” kelakar Marwati.
Sementara itu, suami Luh Made Marwati, yakni Made Sudana, mengaku dukung penuh apa yang dilakukan istrinya salama ini. Sudana mengaku bangga, karena aktivitas istrinya dapat membantu masyarakat kecil, meski keluarganya terbilang belum berkecukupan. “Saya bangga, walaupun kami sendiri bukan keluarga mampu. Dapat membantu masyarakat miskin, itu adalah nyadnya. Buat apa kita sembahyang ke sana kemari, tapi kita tidak pernah beryadnya kepada masyarakat miskin?” ujar Sudana kepada NusaBali.
Sebagai bentuk dukungan, Sudana mengaku sering ikut dalam kegiatan sosial yang dilakukan istrinya. Dia juga sering mengantar istirnya ketika ada pertemuan-pertemuan untuk kegiatan sosial hingga ke Denpasar. *k19
Komentar