Setra Dua Banjar di Desa Kelating Terancam Hanyut
Pasca gelombang tinggi menerjang kawasan pantai Selatan pada Juli lalu, setra (kuburan) di Banjar Dukuh, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, tergerus ombak.
TABANAN, NusaBali
Kini dari luas setra 40 are yang dimanfaatkan oleh dua banjar yakni Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung, yang tergerus akibat abrasi sekitar 15 are. Beruntung abrasi tidak sampai menghanyutkan sawa (mayat) yang terkubur di bagian Barat setra.
Pantauan di lapangan pinggiran setra tersebut sudah tidak beraturan akibat diterjang gelombang. Awalnya areal masuk setra kondisinya tanah datar, kini menjadi sedikit menanjak yang menyulitkan krama membawa sarana upakara terutama wadah (tempat mayat). Selain itu jarak dari sawa yang terkubur dengan bibir pinggiran setra tinggal 15 meter. Jika tidak segera ditangani ditakutkan kuburan ikut tergerus.
Menurut Mangku Mrajapati Jero Mangku Subadi menerangkan kondisi ini sudah terjadi sejak Juli lalu bersamaan dengan gelombang tinggi yang memporak-porandakan 10 warung di wilayah Desa Kelating. Dari luas setra 40 are sudah tergerus sekitar 15 are, dengan panjang sekitar 25 meter dan lebar sekitar 60 meter. “Sebelumnya sudah pernah abrasi, tetapi tidak separah ini,” ungkapnya di lokasi, Senin (3/9).
Dikatakan ada 15 sawa dari Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan yang belum diaben. Jika tidak segera ditangani ditakutkan ikut tergerus karena jarak dari sawa yang dikubur dengan pinggiran setra tinggal 15 meter. “Terkait kondisi ini kami juga waswas apalagi bila gelombang tinggi menerjang, khawatir kuburan ikut hanyut,” jelasnya.
Bahkan menurut Jero Mangku Subadi kondisi ini juga menyulitkan krama membawa wadah jenazah. Karena dampak abrasi ini mengakibatkan areal pintu masuk setra sedikit menanjak. “Sebelum gelombang tinggi menerjang, areal ini datar tetapi akibat abrasi jadi sedikit menanjak,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa Kelating I Made Semandi. Abrasi bulan Juli lalu memang berdampak parah di wilayah Desa Kelating. Selain memporak-porandakan 10 warung warga, juga menggerus tanah setra yang dimiliki oleh Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung. “Kami khawatir sekarang, karena ketika gelombang kembali tinggi kondisi ini bisa parah,” jelasnya.
Maka dari itu pihaknya berencana melaporkan peristiwa ini ke BPBD Tabanan untuk dibantu ditindaklanjuti. Karena dampak dari gelombang tinggi tersebut baru 10 warung yang rusak dilaporkan. “Segera kami akan laporkan agar tidak semakin parah,” bebernya.
Semandi menambahkan, selain menggerus setra, dampak dari gelombang tinggi ini juga berpengaruh terhadap jalan paving sepanjang 15 meter di bagian Timur pantai yang membuat krama Banjar Dangin Pangkung ketika membawa jenazah atau upacara pengabenan harus memutar ke Banjar Dukuh sejauh sekitar 1,5 kilometer.
“Karena jalan sempit, harus memutar, jika jalan masih bagus tidak sampai mencari jalan alternatif,” ujarnya sembari menyebutkan jalan paving ini sudah mendapatkan perbaikan lima tahun lalu. *de
Kini dari luas setra 40 are yang dimanfaatkan oleh dua banjar yakni Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung, yang tergerus akibat abrasi sekitar 15 are. Beruntung abrasi tidak sampai menghanyutkan sawa (mayat) yang terkubur di bagian Barat setra.
Pantauan di lapangan pinggiran setra tersebut sudah tidak beraturan akibat diterjang gelombang. Awalnya areal masuk setra kondisinya tanah datar, kini menjadi sedikit menanjak yang menyulitkan krama membawa sarana upakara terutama wadah (tempat mayat). Selain itu jarak dari sawa yang terkubur dengan bibir pinggiran setra tinggal 15 meter. Jika tidak segera ditangani ditakutkan kuburan ikut tergerus.
Menurut Mangku Mrajapati Jero Mangku Subadi menerangkan kondisi ini sudah terjadi sejak Juli lalu bersamaan dengan gelombang tinggi yang memporak-porandakan 10 warung di wilayah Desa Kelating. Dari luas setra 40 are sudah tergerus sekitar 15 are, dengan panjang sekitar 25 meter dan lebar sekitar 60 meter. “Sebelumnya sudah pernah abrasi, tetapi tidak separah ini,” ungkapnya di lokasi, Senin (3/9).
Dikatakan ada 15 sawa dari Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan yang belum diaben. Jika tidak segera ditangani ditakutkan ikut tergerus karena jarak dari sawa yang dikubur dengan pinggiran setra tinggal 15 meter. “Terkait kondisi ini kami juga waswas apalagi bila gelombang tinggi menerjang, khawatir kuburan ikut hanyut,” jelasnya.
Bahkan menurut Jero Mangku Subadi kondisi ini juga menyulitkan krama membawa wadah jenazah. Karena dampak abrasi ini mengakibatkan areal pintu masuk setra sedikit menanjak. “Sebelum gelombang tinggi menerjang, areal ini datar tetapi akibat abrasi jadi sedikit menanjak,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa Kelating I Made Semandi. Abrasi bulan Juli lalu memang berdampak parah di wilayah Desa Kelating. Selain memporak-porandakan 10 warung warga, juga menggerus tanah setra yang dimiliki oleh Banjar Dukuh dan Banjar Dangin Pangkung. “Kami khawatir sekarang, karena ketika gelombang kembali tinggi kondisi ini bisa parah,” jelasnya.
Maka dari itu pihaknya berencana melaporkan peristiwa ini ke BPBD Tabanan untuk dibantu ditindaklanjuti. Karena dampak dari gelombang tinggi tersebut baru 10 warung yang rusak dilaporkan. “Segera kami akan laporkan agar tidak semakin parah,” bebernya.
Semandi menambahkan, selain menggerus setra, dampak dari gelombang tinggi ini juga berpengaruh terhadap jalan paving sepanjang 15 meter di bagian Timur pantai yang membuat krama Banjar Dangin Pangkung ketika membawa jenazah atau upacara pengabenan harus memutar ke Banjar Dukuh sejauh sekitar 1,5 kilometer.
“Karena jalan sempit, harus memutar, jika jalan masih bagus tidak sampai mencari jalan alternatif,” ujarnya sembari menyebutkan jalan paving ini sudah mendapatkan perbaikan lima tahun lalu. *de
Komentar