Jembrana Ekspor Kakao Fermentasi ke Prancis
Jembrana kembali mengekspor 5 ton kakao fermentasi ke perusahaan cokelat Valrhona, Prancis, dan menjual 6 ton fermentasi kakao ke pasar nasional dan lokal.
NEGARA, NusaBali
Pengiriman sebanyak 11 ton kakao fermentasi yang diangkut menggunakan sebuah truk kontainer, 2 truk double, dan 2 pick up itu dilepas oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang bersama Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wabup I Made Kembang Hartawan, di Gedung Kesenian Bung Karno (GKBK) Jembrana, Kamis (6/9).
Agung Widi dari Yayasan Kalimajari yang menjadi yayasan pendamping dalam pengembangan fermentasi kakao Jembrana, mengatakan kakao fermentasi yang dikirim kali ini, merupakan hasil karya dari 38 subak abian di Jembrana di bawah naungan Koperasi Kerta Samaya Samania yang juga dibina Pemkab Jembrana. Selain 5 ton kakao fermentasi yang dikirim ke perusahaan cokelat Valrhona, Prancis, juga dikirim 2 ton kakao fermentasi ke perusahaan AKP Organic, 2 ton ke perusahaan Cau Chocolate Bali, 1 ton ke perusahaan Pod Chocolate Bali, dan 2 ton ke perusahaan Bali Chocolate Factory. “Ini membuktikan bahwa biji kakao fermentasi jelas pasarnya,” ujarnya.
Perwakilan dari perusahaan cokelat Valrhona, Julien Desmedt, menceritakan pada awal 2014 dirinya menemukan kakao Jembrana sebagai varian kakao yang memiliki rasa unik, setelah berkeliling Indonesia sejak tahun 2013. Menurutnya kakao Jembrana memiliki aroma dan rasa yang khas dibandingkan kakao lain. Namun yang terpenting, dirinya menemukan semangat dari petani Jembrana untuk memproduksi kakao berkualitas. “Potensi kakao fermentasi di Jembrana sangat besar, dan saya berharap akan ada peremajaan. Sehingga produktivitasnya akan meningkat dan income petani akan meningkat,” katanya.
Sedangkan Bupati Artha menyambut baik dicanangkannya program kakao lestari yang sudah berlangsung hampir delapan tahun. Apalagi, hasilnya sudah jelas dirasakan. Para petani mulai bangkit dan bergairah untuk mengelola usaha tani kakaonya yang endingnya dapat merambah pasar internasional. “Moment berkumpulnya berbagai kalangan mulai dari pemerintah, petani kakao, masyarakat umum, mitra kerja, dan buyer saya harapkan bukan menjadi wadah kompetisi, tetapi sebagai spirit bagi para petani dan pihak terkait untuk bersinergi dan berkolaborasi guna membuktikan bahwa jerih payah mereka dihargai dengan adanya kepastian pembelian dari buyer,” ujarnya.
Bambang mengatakan, kakao fermentasi Jembrana yang sudah menjadi contoh kakao fermentasi secara nasional, sangat luar biasa. Dia menginginkan Jembrana bisa menjadi jendela masa depan kakao di Indonesia, sehingga lebih banyak petani kakao yang berkembang. “Perjuangan perwujudan kakao fermentasi secara nasional bisa dimulai dari Jembrana. Kemudian teman-teman bergerak menstimulir tumbuh berkembangnya kualitas dan mutu biji kakao di setiap lokus sentra penghasil, dan kita rangkai secara nasional. Kemudian Jembrana jadi jendelanya,” katanya.
“Saya juga melihat ada potensi yang lebih besar di Jembrana, terlebih petani-petani di Jembrana sangat rajin. Bisa juga dikembangkan jenis kakao mulia yang harganya lebih tinggi. Tentunya akan memberikan kesejahteraan bagi petani di Jembrana. Bila perlu Jembrana bisa menjadi contoh pengembangan kakao mulia yang harganya 4-5 kali lipat. Peluang ini sangat bisa didorong,” kata Bambang.
Dalam acara pelepasan kakao fermentasi Jembrana itu, juga diisi penandatanganan MoU dengan buyer dari Prancis. Hadir di acara tersebut, Ketua Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo), Dirut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia, perwakilan Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, termasuk para mitra buyer kakao fermentasi Jembrana. *
Agung Widi dari Yayasan Kalimajari yang menjadi yayasan pendamping dalam pengembangan fermentasi kakao Jembrana, mengatakan kakao fermentasi yang dikirim kali ini, merupakan hasil karya dari 38 subak abian di Jembrana di bawah naungan Koperasi Kerta Samaya Samania yang juga dibina Pemkab Jembrana. Selain 5 ton kakao fermentasi yang dikirim ke perusahaan cokelat Valrhona, Prancis, juga dikirim 2 ton kakao fermentasi ke perusahaan AKP Organic, 2 ton ke perusahaan Cau Chocolate Bali, 1 ton ke perusahaan Pod Chocolate Bali, dan 2 ton ke perusahaan Bali Chocolate Factory. “Ini membuktikan bahwa biji kakao fermentasi jelas pasarnya,” ujarnya.
Perwakilan dari perusahaan cokelat Valrhona, Julien Desmedt, menceritakan pada awal 2014 dirinya menemukan kakao Jembrana sebagai varian kakao yang memiliki rasa unik, setelah berkeliling Indonesia sejak tahun 2013. Menurutnya kakao Jembrana memiliki aroma dan rasa yang khas dibandingkan kakao lain. Namun yang terpenting, dirinya menemukan semangat dari petani Jembrana untuk memproduksi kakao berkualitas. “Potensi kakao fermentasi di Jembrana sangat besar, dan saya berharap akan ada peremajaan. Sehingga produktivitasnya akan meningkat dan income petani akan meningkat,” katanya.
Sedangkan Bupati Artha menyambut baik dicanangkannya program kakao lestari yang sudah berlangsung hampir delapan tahun. Apalagi, hasilnya sudah jelas dirasakan. Para petani mulai bangkit dan bergairah untuk mengelola usaha tani kakaonya yang endingnya dapat merambah pasar internasional. “Moment berkumpulnya berbagai kalangan mulai dari pemerintah, petani kakao, masyarakat umum, mitra kerja, dan buyer saya harapkan bukan menjadi wadah kompetisi, tetapi sebagai spirit bagi para petani dan pihak terkait untuk bersinergi dan berkolaborasi guna membuktikan bahwa jerih payah mereka dihargai dengan adanya kepastian pembelian dari buyer,” ujarnya.
Bambang mengatakan, kakao fermentasi Jembrana yang sudah menjadi contoh kakao fermentasi secara nasional, sangat luar biasa. Dia menginginkan Jembrana bisa menjadi jendela masa depan kakao di Indonesia, sehingga lebih banyak petani kakao yang berkembang. “Perjuangan perwujudan kakao fermentasi secara nasional bisa dimulai dari Jembrana. Kemudian teman-teman bergerak menstimulir tumbuh berkembangnya kualitas dan mutu biji kakao di setiap lokus sentra penghasil, dan kita rangkai secara nasional. Kemudian Jembrana jadi jendelanya,” katanya.
“Saya juga melihat ada potensi yang lebih besar di Jembrana, terlebih petani-petani di Jembrana sangat rajin. Bisa juga dikembangkan jenis kakao mulia yang harganya lebih tinggi. Tentunya akan memberikan kesejahteraan bagi petani di Jembrana. Bila perlu Jembrana bisa menjadi contoh pengembangan kakao mulia yang harganya 4-5 kali lipat. Peluang ini sangat bisa didorong,” kata Bambang.
Dalam acara pelepasan kakao fermentasi Jembrana itu, juga diisi penandatanganan MoU dengan buyer dari Prancis. Hadir di acara tersebut, Ketua Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo), Dirut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia, perwakilan Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, termasuk para mitra buyer kakao fermentasi Jembrana. *
Komentar