Jembatan Darurat Tukad Saba Mulai Rapuh
Jembatan darurat di atas Tukad Saba yang selama ini dijadikan jalan penyeberangan siswa SDN 5 Ringdikit mulai rapuh.
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah papan pijakan jembatan sepanjang 50 meter membentang di atas Tukad Saba itu mulai terlepas. Betonan di ujung Timur jembatan juga nampak bolong. Kondisi tersebut pun dikhawatirkan mengancam keselamatan siswa melewati jembatan itu.
Kayu pijakan jembatan pun nampak berdecit saat diinjak oleh warga Desa Lokapaksa yang menyeberang ke Desa Ringdikit Kecamatan Seririt atau sebaliknya. Bahkan kondisi kayu pijakan yang sudah miring dengan paku yang terlepas tak jarang membuat kaget dan ketakutan saat melintasi jembatan dengan ketinggian sekitar delapan meter dari permukaan air sungai.
Kadek Wulan Indra Amerta, 12, siswa kelas VI SDN 5 Ringdikit asal Desa Lokapaksa, ditemui di sekitar jembatan Jumat (7/9) siang menuturkan, kerusakan jembatan itu mulai dirasakannya sejak sebulan yang lalu. Diawali dengan terlepasnya paku yang memegang papan pijakan dan diikuti mengendornya sling yang membentang sebagai pengaman dan pegangan tangan. “Memang sekarang agak goyang kalau lewat, tapi masih bisa dilewati, daripada harus menyeberang sungai buka sepatu,” kata dia.
Sejauh ini kondisi jembatan yang mulai rusak masih dinilai aman untuk dilewati Wulan dan teman-temannya. Namun jika tingkat kerusakannya semakin parah hingga papan kayunya berjatuhan, ia mengaku akan lebih memilih menyeberang menerobos air.
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya dikonfirmasi terpisah, pihaknya membenarkan kerusakan sudah terjadi di jembatan darurat itu. Bahkan pihaknya pun mengaku sudah mendapat laporan tertulis dari Camat Seririt.
“Kemarin sudah sempat saya cek setelah ada surat dari camat Seririt, memang kondisinya sedikit mengkhawatirkan, beberapa papannya terlepas meski belum sampai bolong, pegangan tali selingnya juga, cukup membayakan bagi anak-anak,” kata dia.
Pihaknya pun mengaku saat ini sedang menyiapkan dana dari anggaran pemeliharaan rutin untuk mengganti papan dan juga seling yang terlepas. Meski jembatan darurat itu pada Maret 2017 dibangun oleh Pemerintah Provinsi Bali.
“Anggarannya paling Rp 10-15 juta, tetapi yang lama nanti penggarapannya karena pekerjaannya susah jembatannya menggantung,” imbuhnya.
Ia pun tidak menyalahkan jika jembatan gantung yang baru dibangun satu setengah tahun sudah mengalami penurunan kualitas, karena jembatan itu hanya jembatan darurat. Suparta pun berharap kedepannya Balai Wilayah Sungai (BWS) sebagai pemegang wewenang atas wilayah itu dapat membangunkan jembatan permanen untuk penyeberangan siswa ke sekolah.*k23
Kayu pijakan jembatan pun nampak berdecit saat diinjak oleh warga Desa Lokapaksa yang menyeberang ke Desa Ringdikit Kecamatan Seririt atau sebaliknya. Bahkan kondisi kayu pijakan yang sudah miring dengan paku yang terlepas tak jarang membuat kaget dan ketakutan saat melintasi jembatan dengan ketinggian sekitar delapan meter dari permukaan air sungai.
Kadek Wulan Indra Amerta, 12, siswa kelas VI SDN 5 Ringdikit asal Desa Lokapaksa, ditemui di sekitar jembatan Jumat (7/9) siang menuturkan, kerusakan jembatan itu mulai dirasakannya sejak sebulan yang lalu. Diawali dengan terlepasnya paku yang memegang papan pijakan dan diikuti mengendornya sling yang membentang sebagai pengaman dan pegangan tangan. “Memang sekarang agak goyang kalau lewat, tapi masih bisa dilewati, daripada harus menyeberang sungai buka sepatu,” kata dia.
Sejauh ini kondisi jembatan yang mulai rusak masih dinilai aman untuk dilewati Wulan dan teman-temannya. Namun jika tingkat kerusakannya semakin parah hingga papan kayunya berjatuhan, ia mengaku akan lebih memilih menyeberang menerobos air.
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya dikonfirmasi terpisah, pihaknya membenarkan kerusakan sudah terjadi di jembatan darurat itu. Bahkan pihaknya pun mengaku sudah mendapat laporan tertulis dari Camat Seririt.
“Kemarin sudah sempat saya cek setelah ada surat dari camat Seririt, memang kondisinya sedikit mengkhawatirkan, beberapa papannya terlepas meski belum sampai bolong, pegangan tali selingnya juga, cukup membayakan bagi anak-anak,” kata dia.
Pihaknya pun mengaku saat ini sedang menyiapkan dana dari anggaran pemeliharaan rutin untuk mengganti papan dan juga seling yang terlepas. Meski jembatan darurat itu pada Maret 2017 dibangun oleh Pemerintah Provinsi Bali.
“Anggarannya paling Rp 10-15 juta, tetapi yang lama nanti penggarapannya karena pekerjaannya susah jembatannya menggantung,” imbuhnya.
Ia pun tidak menyalahkan jika jembatan gantung yang baru dibangun satu setengah tahun sudah mengalami penurunan kualitas, karena jembatan itu hanya jembatan darurat. Suparta pun berharap kedepannya Balai Wilayah Sungai (BWS) sebagai pemegang wewenang atas wilayah itu dapat membangunkan jembatan permanen untuk penyeberangan siswa ke sekolah.*k23
Komentar