China Puji Kualitas Manggis Bali
Importir dari China mengakui kualitas dan cita rasa buah manggis dari Bali yang kini mulai banyak diminati masyarakat setempat setelah komoditas tersebut memasuki pasar secara langsung mulai tahun 2017.
DENPASAR, NusaBali
"Cita rasanya lebih manis dibandingkan manggis Thailand," kata pengusaha importir dari Shanghai, China, Richard Zhou di Denpasar, Jumat (7/9).
Menurut Kepala Shanghai Sunshine Group itu, cita rasa tersebut yang membedakan manggis dari Bali dengan manggis dari negara tetangga yang sudah lebih dulu memasuki pangsa pasar di negeri dengan ikon panda itu. Jika dibandingkan dari segi tampilan dan ukuran, manggis Bali dan manggis dari negara lain seperti dari Thailand, kata dia, hampir sama. Namun manggis dari Pulau Dewata, kata dia, jauh lebih segar dibandingkan kompetitor karena pengiriman dari Bali melalui jalur udara. Sedangkan manggis dari Thailand, kata dia, diekspor ke China melalui jalur darat yakni menggunakan truk yang membutuhkan waktu tiga hingga empat hari.
Mulai dikenalnya manggis Bali di China, lanjut dia, membuat permintaan kini semakin melonjak. "Perusahaan kami bisa mengirimkan 10-15 ton manggis Bali per hari," ucapnya.
Pihaknya juga menggandeng maskapai penerbangan setempat untuk pengiriman langsung dari Bali menuju Beijing dan Shanghai yang membutuhkan waktu sekitar enam jam penerbangan. "Setelah melalui pemeriksaan, manggis Bali langsung kami pasarkan jadi lebih segar," ucapnya.
Selain manggis, pihaknya juga menargetkan mengimpor buah dari Bali atau dari kota lain di Indonesia yaitu salak dan buah naga. "Kami mendorong pemerintah China untuk mmebuka banyak ekspor buah dari Indonesia, itu target kami di Bali," ucapnya.
Masuknya komoditas pertanian dari Indonesia khususnya dari Bali langsung ke negara tujuan tidak terlepas dari upaya pemerintah saat ini sehingga ekspor tidak lagi melalui negara transit atau negara perantara. Richard mengakui selama ini produk dari Indonesia khususnya dari Bali sudah lama masuk China namun terlebih dahulu melalui negara transit sehingga daerah asal dari komoditas itu malah tidak dikenal.
Publik dari China, kata dia, sudah terbiasa dengan manggis dari Thailand karena negara itu seakan menjadi merek yang dikenal di China. Pengusaha sekaligus eksportir manggis Bali Jro Putu Tesan mengakui sebelum tahun 2017, pihaknya mengekspor manggis melalui negara transit seperti Thailand dan Malaysia serta Vietnam. "Volume besar di Bali rata-rata 15 ton. Sebanyak 32 ribu ton manggis Indonesia, 50 persen di antaranya dari Bali. Tetapi itu tidak tercatat dari Bali tetapi dari negara lain," ucapnya.
Dia menjelaskan per tahun rata-rata 32 ribu hingga 40 ribu ton manggis Indonesia masuk ke China melalui negara lain sehingga produk dari Tanah Air tidak begitu dikenal di negara tujuan.
Jro Tesan melalui perusahaannya Radja Manggis baru-baru ini mengekspor 7 ton manggis Beijing dan Guangzhou, China, melalui jalur udara. Pengiriman akam dilakukan selama periode September 2018 hingga April 2019 yang ditargetkan mencapai minimal 9.000 ton untuk empat importir atau pembeli di China.*ant
"Cita rasanya lebih manis dibandingkan manggis Thailand," kata pengusaha importir dari Shanghai, China, Richard Zhou di Denpasar, Jumat (7/9).
Menurut Kepala Shanghai Sunshine Group itu, cita rasa tersebut yang membedakan manggis dari Bali dengan manggis dari negara tetangga yang sudah lebih dulu memasuki pangsa pasar di negeri dengan ikon panda itu. Jika dibandingkan dari segi tampilan dan ukuran, manggis Bali dan manggis dari negara lain seperti dari Thailand, kata dia, hampir sama. Namun manggis dari Pulau Dewata, kata dia, jauh lebih segar dibandingkan kompetitor karena pengiriman dari Bali melalui jalur udara. Sedangkan manggis dari Thailand, kata dia, diekspor ke China melalui jalur darat yakni menggunakan truk yang membutuhkan waktu tiga hingga empat hari.
Mulai dikenalnya manggis Bali di China, lanjut dia, membuat permintaan kini semakin melonjak. "Perusahaan kami bisa mengirimkan 10-15 ton manggis Bali per hari," ucapnya.
Pihaknya juga menggandeng maskapai penerbangan setempat untuk pengiriman langsung dari Bali menuju Beijing dan Shanghai yang membutuhkan waktu sekitar enam jam penerbangan. "Setelah melalui pemeriksaan, manggis Bali langsung kami pasarkan jadi lebih segar," ucapnya.
Selain manggis, pihaknya juga menargetkan mengimpor buah dari Bali atau dari kota lain di Indonesia yaitu salak dan buah naga. "Kami mendorong pemerintah China untuk mmebuka banyak ekspor buah dari Indonesia, itu target kami di Bali," ucapnya.
Masuknya komoditas pertanian dari Indonesia khususnya dari Bali langsung ke negara tujuan tidak terlepas dari upaya pemerintah saat ini sehingga ekspor tidak lagi melalui negara transit atau negara perantara. Richard mengakui selama ini produk dari Indonesia khususnya dari Bali sudah lama masuk China namun terlebih dahulu melalui negara transit sehingga daerah asal dari komoditas itu malah tidak dikenal.
Publik dari China, kata dia, sudah terbiasa dengan manggis dari Thailand karena negara itu seakan menjadi merek yang dikenal di China. Pengusaha sekaligus eksportir manggis Bali Jro Putu Tesan mengakui sebelum tahun 2017, pihaknya mengekspor manggis melalui negara transit seperti Thailand dan Malaysia serta Vietnam. "Volume besar di Bali rata-rata 15 ton. Sebanyak 32 ribu ton manggis Indonesia, 50 persen di antaranya dari Bali. Tetapi itu tidak tercatat dari Bali tetapi dari negara lain," ucapnya.
Dia menjelaskan per tahun rata-rata 32 ribu hingga 40 ribu ton manggis Indonesia masuk ke China melalui negara lain sehingga produk dari Tanah Air tidak begitu dikenal di negara tujuan.
Jro Tesan melalui perusahaannya Radja Manggis baru-baru ini mengekspor 7 ton manggis Beijing dan Guangzhou, China, melalui jalur udara. Pengiriman akam dilakukan selama periode September 2018 hingga April 2019 yang ditargetkan mencapai minimal 9.000 ton untuk empat importir atau pembeli di China.*ant
Komentar