nusabali

'Jangan Wisata ke Luar Negeri Dulu'

  • www.nusabali.com-jangan-wisata-ke-luar-negeri-dulu

Kebocoran devisa bisa terbantu jika masyarakat menahan diri untuk berwisata ke luar negeri. Hal ini sekaligus  mengeksplore pariwisata dalam negeri.

JAKARTA, NusaBali
Menpar Arief Yahya mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan wisata atau jalan-jalan mereka ke luar negeri sebagai upaya membantu pemerintah menekan kebocoran devisa di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Jumat, berharap masyarakat lebih memilih berwisata di berbagai destinasi menarik di Tanah Air. "Jadi kami harapkan kita jalan-jalan di dalam negeri saja," katanya.

Pariwisata kata dia, menjadi salah satu sektor yang diharapkan bisa mendorong kinerja ekonomi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah akibat defisit transaksi berjalan. Sektor ini menjadi salah satu di antara solusi utama lain di samping meningkatkan ekspor produk dan menekan/mensubstitusi produk impor, meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan menerapkan biodiesel B20 untuk mengurangi impor BBM. "Ini justru menjadi kesempatan bagus bagi kita untuk lebih mengeksplore Indonesia pada saat ini sekaligus meningkatkan nasionalisme kita agar tidak banyak dolar keluar," katanya.

Pihaknya saat ini sedang terus berupaya meningkatkan kinerja sektor pariwisata agar mampu memberikan devisa lebih besar kepada pendapatan negara. Beragam promosi terus dilakukan untuk menjaring lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman) agar berkunjung ke Indonesia.

Tercatat sampai Juli 2018, sudah lebih dari 9 juta wisman berkunjung ke Tanah Air dan diharapkan sampai akhir tahun jumlahnya terus meningkat sehingga target optimis sebesar 18 juta wisman dapat tercapai.

Di sisi lain  Arief Yahya mengatakan kenaikan kunjungan wisman pada Juli 2018 menjadi 1,5 juta wisatawan dalam sebulan melampaui angka psikologis. "Juli sebanyak 1,5 juta wisatawan jadi total sudah 9 juta wisman, kurang 7 juta lagi untuk memenuhi target tahun ini, makin yakin karena ini angka psikologis pertama yang terlampaui," kata Arief Yahya.

Ia mengatakan, jika jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) bisa dipertahankan 1,5 juta perbulan sampai akhir tahun ini maka angka target untuk tahun depan ternyata dapat dipenuhi. Tahun ini ditetapkan target tinggi sebesar 18 juta wisman dan target rendah 16 juta wisman sementara tahun depan jumlah target naik menjadi 18 juta-20 juta wisman.

Menurut dia, angka psikologis tersebut merupakan sinyal positif dan optimisme bagi kinerja sektor pariwisata di Tanah Air. "Namun, saat Agustus saya sudah yakin tapi ada bencana gempa bumi di Lombok yang ternyata dampaknya tidak kecil bisa dilihat 'cancelation' lumayan," katanya.

Pihaknya memperkirakan pembatalan perjalanan wisman akibat gempa Lombok tercatat sekitar 30 persen dari total kunjungan reguler. "Yang cancel di Lombok beberapa hari itu sekitar 30 persen, misalnya yang melalui Jakarta ada 200.000 wisman dari negara-negara Asia turun menjadi 140.000 wisman," katanya.

Indonesia diuntungkan dengan ajang Asian Games yang menyumbangkan kunjungan 100.000 atlet, ofisial, dan wisatawan sehingga total penurunan jumlah kunjungan akibat gempa Lombok tertutupi. "Jadi total penurunan hanya sekitar 40.000 wisman," katanya.

Indonesia kata dia, juga diuntungkan dengan rencana digelarkan pertemuan IMF-World Bank di Bali pada Oktober mendatang. Ia mengatakan ajang tersebut diperkirakan mampu menjaring 18.000-2.000 wisatawan high end dengan tingkat pengeluaran dua kali lipat lebih tinggi dari wisatawan reguler.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan kunjungan wisman menjadi 1,5 juta wisatawan pada Juli 2018 atau naik 16,57 persen dibanding Juni 2018 sebanyak 1,3 juta wisatawan. Arief memperkirakan kenaikan kunjungan salah satunya didongkrak beberapa ajang internasional yang digelar di samping promosi gencar yang terus dilakukan. Tercatat sampai saat ini wisman asal Asia khususnya Asia Tenggara masih menjadi penyumbang terbesar jumlah wisman ke Indonesia.*ant

Komentar