Pastika Masih Utang Bangun RS Kanker
Gubernur Bali 2008-2013 dan 2013-2018 telah mengakhiri kepemimpinannya selama 10 tahun sebagai orang nomor satu di Bali, 29 Agustus 2018 lalu.
Syukuran Setelah 10 Tahun Program Bali Mandara
DENPASAR, NusaBali
Pastika sempat menggelar syukuran di Sekretariat Sekar Tunjung Centre (STC), Jalan Gatot Subroto Denpasar Timur, Sabtu (8/9) malam, atas kelancarannya selama 10 tahun menjalankan program Bali Mandara. Pastika merasa masih punya utang kepada masyarakat Bali, karena belum sempat membangkun RS Kanker.
Dalam acara syukuran malam itu, Pastika mengundang tokoh masyarakat. Kendati undangan cuma melalui WA, namun yang hadir cukup banyak, ratusan orang, termasuk budayawan Abubakar, maestro lukis Made Wianta yang naik kursi roda, hingga sesepuh Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI. Mantan Penjabat Gubernur Bali, Hamdani, yang notabene Staf Ahli Ekonomi Pembangunan Kemndagri, juga hadir.
Saat memberikan sekapur sirihnya, Pastika bernostalgia dengan melakukan refleksi dan evaluasi bagaimana Bali Mandara ke depan tetap bisa dirasakan masyarakat. Di hadapan ratusan tokoh, Pastika mengatakan selama ini banyak dukungan elemen masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai Gubernur Bali, sehingga program Bali Mandara yang menjadi visi misinya berjalan dengan baik. “Tanpa du-kungan elemen masyarakat, maka sebagus apa pun program itu tidak akan dirasakan. Saya sering tidak tahu secara langsung siapa yang membantu, tapi saya rasakan semua elemen terlibat,” ujar mantan tokoh nasional asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang mantan Kapolda Bali berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) ini.
Pastika mencontohkan banyak dukungan saat mendirikan RS Bali Mandara. Hanya saja, satu harapan masyarakat yang belum bisa diwujudkan Pastika adalah memberikan unit layanan penyakit kanker lewat pembangunan RS Kanker. “Salah satu yang belum bisa terwujud membangun RS Kanker. Mau kita bangun, IMB-nya tidak keluar. Padahal, kalau ini berhasil, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ujar Pastika, yang sempat menjalani operasi jantung di Singapura tahun 2012.
Menurut Pastika, dalam masa jabatannya sebagai Gubernur Bali, memang tidak semua kepentingan orang atau kelompok bisa terpenuhi. Lagipula, sejak awal dirinya maju dan dapat dukungan, tidak ada deal-deal politik, termasuk deal dengan tim sukses. ”Kalaupun ada kepentingan politik, kepentingan kelompok, ya harus kita kelola dengan baik,” tegas Pastika yang kini calon DPD RI Dapil Bali untuk Pileg 2019.
Sementara itu, mantan Penjabat Gubernur Bali, Hamdani, mengatakan bangga dengan kepemimpinan Gubernur Pastika. “Walaupun saya hanya 10 hari menjabat di Bali, banyak hal yang saya dapatkan dari sosok Gubernur Pastika. Saya ikuti kepemimpinannya. Rupanya program Bali Mandara itu untuk program balas budi,” ujar Hamdani.
Balas budi secara filosofis yang dimaksud Hamdani adalah bagaimana sosok Pastika sejak menjadi perwira polisi dengan pangkat Letnan hingga berpangkat Jenderal Bintang Tiga, menikmati gaji dari negara. Ketika dipilih menjadi Gubernur Bali, Pastika berusaha untuk mengembalikan kepada rakyat, apa yang diberikan negara sebelumnya.
“Beliau sudah diberikan kemudahan oleh negara. Nah, saat menjadi Gubernur Bali 10 tahun, beliau kembalikan kepada masyarakat, di mana program-programnya pro rakyat, terutama untuk masyarakat miskin. Sebab, Pak Mangku Pastika sendiri berangkat dari orang miskin. Kalau beliau bukan dari kalangan orang miskin, mungkin program Bali Mandara tidak ada,” tandas Hamdani. *nat
DENPASAR, NusaBali
Pastika sempat menggelar syukuran di Sekretariat Sekar Tunjung Centre (STC), Jalan Gatot Subroto Denpasar Timur, Sabtu (8/9) malam, atas kelancarannya selama 10 tahun menjalankan program Bali Mandara. Pastika merasa masih punya utang kepada masyarakat Bali, karena belum sempat membangkun RS Kanker.
Dalam acara syukuran malam itu, Pastika mengundang tokoh masyarakat. Kendati undangan cuma melalui WA, namun yang hadir cukup banyak, ratusan orang, termasuk budayawan Abubakar, maestro lukis Made Wianta yang naik kursi roda, hingga sesepuh Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI. Mantan Penjabat Gubernur Bali, Hamdani, yang notabene Staf Ahli Ekonomi Pembangunan Kemndagri, juga hadir.
Saat memberikan sekapur sirihnya, Pastika bernostalgia dengan melakukan refleksi dan evaluasi bagaimana Bali Mandara ke depan tetap bisa dirasakan masyarakat. Di hadapan ratusan tokoh, Pastika mengatakan selama ini banyak dukungan elemen masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai Gubernur Bali, sehingga program Bali Mandara yang menjadi visi misinya berjalan dengan baik. “Tanpa du-kungan elemen masyarakat, maka sebagus apa pun program itu tidak akan dirasakan. Saya sering tidak tahu secara langsung siapa yang membantu, tapi saya rasakan semua elemen terlibat,” ujar mantan tokoh nasional asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang mantan Kapolda Bali berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) ini.
Pastika mencontohkan banyak dukungan saat mendirikan RS Bali Mandara. Hanya saja, satu harapan masyarakat yang belum bisa diwujudkan Pastika adalah memberikan unit layanan penyakit kanker lewat pembangunan RS Kanker. “Salah satu yang belum bisa terwujud membangun RS Kanker. Mau kita bangun, IMB-nya tidak keluar. Padahal, kalau ini berhasil, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ujar Pastika, yang sempat menjalani operasi jantung di Singapura tahun 2012.
Menurut Pastika, dalam masa jabatannya sebagai Gubernur Bali, memang tidak semua kepentingan orang atau kelompok bisa terpenuhi. Lagipula, sejak awal dirinya maju dan dapat dukungan, tidak ada deal-deal politik, termasuk deal dengan tim sukses. ”Kalaupun ada kepentingan politik, kepentingan kelompok, ya harus kita kelola dengan baik,” tegas Pastika yang kini calon DPD RI Dapil Bali untuk Pileg 2019.
Sementara itu, mantan Penjabat Gubernur Bali, Hamdani, mengatakan bangga dengan kepemimpinan Gubernur Pastika. “Walaupun saya hanya 10 hari menjabat di Bali, banyak hal yang saya dapatkan dari sosok Gubernur Pastika. Saya ikuti kepemimpinannya. Rupanya program Bali Mandara itu untuk program balas budi,” ujar Hamdani.
Balas budi secara filosofis yang dimaksud Hamdani adalah bagaimana sosok Pastika sejak menjadi perwira polisi dengan pangkat Letnan hingga berpangkat Jenderal Bintang Tiga, menikmati gaji dari negara. Ketika dipilih menjadi Gubernur Bali, Pastika berusaha untuk mengembalikan kepada rakyat, apa yang diberikan negara sebelumnya.
“Beliau sudah diberikan kemudahan oleh negara. Nah, saat menjadi Gubernur Bali 10 tahun, beliau kembalikan kepada masyarakat, di mana program-programnya pro rakyat, terutama untuk masyarakat miskin. Sebab, Pak Mangku Pastika sendiri berangkat dari orang miskin. Kalau beliau bukan dari kalangan orang miskin, mungkin program Bali Mandara tidak ada,” tandas Hamdani. *nat
1
Komentar