nusabali

Dianugerahi Penggiat Pendidikan Kesetaraan Terbaik Nasional

  • www.nusabali.com-dianugerahi-penggiat-pendidikan-kesetaraan-terbaik-nasional

Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti pilih mengabdikan diri di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Aksara Buleleng sejak 2010, karena prihatin melihat kondisi anak-anak usia sekolah di wilayah Kecamatan Banjar banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal

Putu Ayu Hervina Sanjayanti MPd, Pengelola PKBM Widya Aksara Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Aksara Buleleng, Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti MPd, 29, mencapat prestasi membanggakan tingkat nasional. Tokoh asal Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Dosen Fisika di Undiksha Singaraja ini dianugerahi sebagai ‘Perempuan Penggiat Pendidikan Kesetaraan Terbaik Se-Indonesia Tahun 2018’.

Dalam Lomba Apresiasi Perempuan Penggiat Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan (Kemendikbud) ini, Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti menjadi satu-satunya peserta asal Bali. Hebatnya, perempuan berusia 29 tahun ini dinobatkan sebagai terbaik nasional. Putu Hervina sukses berkat pengalaman dan dinamikanya dalam mengelola pendidikan kesetaraan (kejar paket) di PKBM Widya Aksara Buleleng.

Kepada NusaBali di Singaraja, Minggu (9/9), Putu Hervina mengatakan, dalam seleksi secara online yang dilakukan sejak pertengahan Agustus 2018 lalu, dirinya mampu menyisihkan puluhan lawannya sesama perempuan tangguh dari berbagai wilayah se-Indonesia. Awalnya, Putu Hervina berhasil tembus 20 besar. Selanjutnya, dia berhasil tembua 6 besar. Pada akhirnya, Putu Hervina ditetapkan sebagai ‘Perempuan Penggiat Pendidikan Kesetaraan Terbaik Se-Indonesia Tahun 2018’ per 1 September lalu.

Menurut Putu Hervina, dalam tarung 6 besar ini, dirinya berhasil menyingkirkan 5 rivalnya dari Pemalang (Jawa Tengah), Jepara (Jawa Tengah), Pacitan (Jawa Timur), Palangka Raya (Kalimantan Tengah), dan Makasar (Sulawesi Selatan). Atas prestasinya, Putu Hervina kemudian dipanggil untuk menerima penghargaan di Medan, serangkaian peringatan Hari Aksara, 8-9 September 2018.

“Awalnya, saya ikut lomba ini karena ada teman dari daerah lain share ke grup PKBM. Saya pun memutuskan ikut dan melampiri rekomendasi dari Dinas Pendidikan Buleleng. Motivasinya hanya ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa dan jangan smapai dipandang sebelah mata,” ujar dosen Fisika yang sedang menempuk S3 Bidang Pendidikan Undiksha Singaraja ini.

Dalam karya nyatanya, Putu Hervina menulis semua tentang pengelolaan PKBM Widya Aksara Buleleng, yang pendidikannya dominan menggunakan kearifan lokal. Dalam karya nyata yang dikumpulkan lewat online dalam bentuk file dokumen, foto, dan video itu, dia merekam semua aktivitas pembelajaran 100 lebih siswa di PKMB Widya Aksara Buleleng, yang berlokasi di Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar.

Sedangkan dalam pemaparan karya nyatanya, Putu Hervina lebih menekankan pada pembekalan pendidikan berbagai keterampilan yang diberikan kepada siswa. Termasuk keterampilan ulat-ulatan sokasi khas Baliaga yang kini sudah melegenda. Berbekal niat ketulusannya itu, Putu Hervina akhirnya dinobatkan sebagai peserta terbaik se-Indonesia.

“Saya tidak menyangka bisa menjadi yang terbaik, karena ini penilainnya online. Tim penilai ternyata diam-diam juga mengamati aktivitas PKBM yang saya kelola melalui media sosial atau wawancara pihak tertentu,” tutur ibu satu anak dari pernikahannya dengan Gede Dedy Satyada SPd ini.

Setelah dinobatkan sebagai penggiat perempuan terbaik se-Indonesia, Putu Hervina pun melakukan sharing bersama 5 jawara (peringkat 6 besar) lainnya dari berbagai daerah. Putu Hervina mengaku tidak tahu secara pasti siapa lawan terberatnya. Yang dia ingat, hanya memberikan sharing pengelolan PKBM yang dikelolanya dengan sepenuh hati.

Putu Hervina sendiri sudah mengabdikan diri di PKBM Widya Aksara Buleleng sejak tahun 2010. Alumnus SMAN 1 Singaraja ini awalnya putuskan mengabdikan diri di PKBM Widya Aksara, karena tersentuh melihat kondisi anak-anak usia sekolah di wilayah Kecamatan Banjar banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal. Anak-anak tersebut tidak sekolah karena berbagai faktor: ekonomi hingga akses menuju sekolah susah.

Keprihatiannya itu kemdian dia perjuangkan dengan tekad keras, meski harus mengarungi beragam rintangan, mulai dari menjemput siswa untuk mau bersekolah, keterbatasan sarana prasarana, merekrut tutor yang mau diajak mengabdi, hingga persoalan lain yang muncul dari siswa. Keyakinanya dalam memperjuangkan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki juga sangat kuat.

“Kalau dulu, mengajak orang untuk sekolah itu yang susah, sehingga kita harus jemput dan rayu-rayu agar mau bersekolah meski hanya kejar paket. Belum lagi waktu pertemuan yang sedikit, dipotong lagi dengan izin siswa, terutama saat panen cengkih,” jelas toloh pendidikan kelahiran 11 Oktober 1989 yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Putu Miasa (almarhum) dan  Ni Luh Ayu Marheni SPd ini.

Perjuangan kerasnya akhirnya membuahkan ahsil. Kini, PKBM Widya Aksara Buleleng yang dikelolanya selama 18 tahun terakhir memiliki sekitar 213 siswa Kejar Paket C, Kejar Paket B, dan Keaksaraan Fungsional. Mereka berasal dari desa-desa wilayah Kecamatan Banjar.

Dengan sistem pendidikan saat ini, PKBM Widya Aksara sebagai pendidikan non formal yang mulai disetarakan dengan pendidikan formal, mendapat imbas positif. Bahkan, orang yang bersekolah di PKBM Widya Aksara tidak lagi hanya dari kalangan tidak mampu, tapi banyak juga kaum berada yang tidak memiliki waktu belajar di sekolah formal. “Kurikulum dan sistem pemebelajaran yang diberikan pun me-nyerupai sekolah formal, sehingga setelah tamat mereka dipastikan diakui di mana saja,” papar Putu Hervina.

Dengan keberhasilannya ini, Putu Hervina berharap ke depan PKBM Widya Aksara Buleleng segera mendapat bantuan gedung dari pemerintah, sehingga tidak lagi numpang dan meminjam gedung SD seperti sekarang. *k23

Komentar