Tambatan Perahu Dijadikan Alternatif Penyeberangan Ketika Cuaca Buruk
Tambatan perahu di Segara Kodang Pemelisan, Sesetan, Denpasar Selatan 'disulap' menjadi tempat penyeberangan.
DENPASAR, NusaBali
Tambatan yang dijadikan sejenis pelabuhan tersebut telah beroperasi satu bulan. Tempat itu pun kini sebagai penyeberangan alternatif ketika cuaca buruk datang. Pengawas Tambatan Segara Kodang Pemelisan, Sesetan I Ketut Kuarsa mengaku penyeberangan di sana baru berjalan 1 bulan 10 hari. Pengelolanya merupakan desa adat setempat, disamping memang untuk mengenalkan potensi pariwisata yang ada di sana. "Keberadaan tambatan kapal ini semoga bisa membantu penyeberangan di Sanur dan Serangan. Apalagi ketika gelombang tinggi seperti waktu lalu," jelasnya.
Dia mengaku ketika gelombang tinggi di Sanur dan penyeberangan tutup semua, di sana dikatakan tidak ada dampaknya. Bahkan areal itu dirasakan aman dari gelombang pasang.
"Kapal yang ada saat ini baru delapan kapal berbagai ukuran. Mulai dari kapasitas 80 sampai 150 orang. Bahkan untuk keselamatan kepada wisatawan yang naik fasboat itu sangat diperhatikan," terang pria asli Batan Kendal, Sesetan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan penyeberangan lebih banyak tujuan ke Lembongan dan Nusa Penida. Rata-rata dalam setiap hari wisman yang menyeberang dari sana sebanyak 200 sampai 150 orang. Lantaran pemilik kapal telah bekerjasama dengan agen-agen penyeberangan yang penumpangnya sudah penuh.
Tambatan itu pun lebih tepatnya sebagai alternatif jika penyeberangan lainnya sedang krodit. Ditanya waktu keberangkatan, Kuarsa menyebut mulai pukul 08.00 sampai 09.30 Wita, dan siang pada pukul 13.00 Wita. Sedangkan kedatangan mulai dari pukul 12.30 Wita sampai sore.
Selain tambatan yang digunakan penyeberangan alternatif, juga akan dibuat obyek wisata alami. "Kedepannya kita akan buat obyek wisata baru yang diminati anak muda, seperti ayunan dan rumah pohon tanpa merusak hutan mangrove," terangnya.
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Dezire Mulyani menjelaskan terkait tambatan tersebut pihaknya baru mengetahui. Bahkan ia sendiri sempat datang ke sana untuk melihat aktivitas pariwisata yang ada. Sampai saat ini ia sendiri belum terlibat di tempat tersebut, lantaran pihak pengelola belum ada berkoordinasi.
"Iya memang ada penyeberangan baru di sana, tapi mereka menyebutnya tambatan bukan pelabuhan. Kami belum ada terlibat, karena dalam waktu dekat ini pihak desa dan kelurahan akan merapatkan terkait tambatan tersebut," paparnya.
Sehingga hasil rapat nanti ia baru bisa ikut di dalamnya untuk perkembangan pariwisata di wilayah Denpasar Selatan. Mulai dari pengembangan tempat wisata maupun tambatan itu sendiri. Sehingga bisa lebih dikenal lagi oleh wisman yang hendak menyebrang dari sana.
"Ya ini semacam alternatif jika di Sanur dan Serangan krodit. Kemarin sempat saya ke sana dan beberapa memang sudah jalan, namun muara kali yang ada masih kelihatan kotor, dan perlu ditata kembali," imbuh Dezire. *mi
Dia mengaku ketika gelombang tinggi di Sanur dan penyeberangan tutup semua, di sana dikatakan tidak ada dampaknya. Bahkan areal itu dirasakan aman dari gelombang pasang.
"Kapal yang ada saat ini baru delapan kapal berbagai ukuran. Mulai dari kapasitas 80 sampai 150 orang. Bahkan untuk keselamatan kepada wisatawan yang naik fasboat itu sangat diperhatikan," terang pria asli Batan Kendal, Sesetan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan penyeberangan lebih banyak tujuan ke Lembongan dan Nusa Penida. Rata-rata dalam setiap hari wisman yang menyeberang dari sana sebanyak 200 sampai 150 orang. Lantaran pemilik kapal telah bekerjasama dengan agen-agen penyeberangan yang penumpangnya sudah penuh.
Tambatan itu pun lebih tepatnya sebagai alternatif jika penyeberangan lainnya sedang krodit. Ditanya waktu keberangkatan, Kuarsa menyebut mulai pukul 08.00 sampai 09.30 Wita, dan siang pada pukul 13.00 Wita. Sedangkan kedatangan mulai dari pukul 12.30 Wita sampai sore.
Selain tambatan yang digunakan penyeberangan alternatif, juga akan dibuat obyek wisata alami. "Kedepannya kita akan buat obyek wisata baru yang diminati anak muda, seperti ayunan dan rumah pohon tanpa merusak hutan mangrove," terangnya.
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Dezire Mulyani menjelaskan terkait tambatan tersebut pihaknya baru mengetahui. Bahkan ia sendiri sempat datang ke sana untuk melihat aktivitas pariwisata yang ada. Sampai saat ini ia sendiri belum terlibat di tempat tersebut, lantaran pihak pengelola belum ada berkoordinasi.
"Iya memang ada penyeberangan baru di sana, tapi mereka menyebutnya tambatan bukan pelabuhan. Kami belum ada terlibat, karena dalam waktu dekat ini pihak desa dan kelurahan akan merapatkan terkait tambatan tersebut," paparnya.
Sehingga hasil rapat nanti ia baru bisa ikut di dalamnya untuk perkembangan pariwisata di wilayah Denpasar Selatan. Mulai dari pengembangan tempat wisata maupun tambatan itu sendiri. Sehingga bisa lebih dikenal lagi oleh wisman yang hendak menyebrang dari sana.
"Ya ini semacam alternatif jika di Sanur dan Serangan krodit. Kemarin sempat saya ke sana dan beberapa memang sudah jalan, namun muara kali yang ada masih kelihatan kotor, dan perlu ditata kembali," imbuh Dezire. *mi
1
Komentar