Ada Atraksi 'Tari Tenun 1.957 Penari'
Petitenget Festival I 2018 akan digelar di Pantai Petitenget, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, 14-16 September 2018.
Petitenget Festival Digelar 14-16 September 2018
MANGUPURA, NusaBali
Festival yang digelar untuk pertama kalinya ini akan dimeriahkan atraksi kolosal ‘Tari Tenun 1.957 Penari’, untuk pemecahan Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) kategori penari terbanyak.
Atraksi kolosal ‘Tari Tenun 1.957 Penari’ tersebut rencananya akan dipentaskan pada hari terakhir Petitenget Festival, Minggu (16/9). Para penari tenun semuanya perempuan, yang diambil dari ibu-ibu PKK dan Sekaa Teruni asal 50 banjar se-Desa Adat Kerobokan.
Ketua Panitia Pelaksana Petitenget Festival I 2018, AA Bagus Bayu Joni Saputra, mengatakan festival yang baru pertama kalinya digelar ini akan menampilkan budaya dan sejarah Desa Adat Kerobokan. Misalnya, pemilihan jumlah penari tenun sebanyak 1.957 orang itu, sengaja dilakukan untuk mengenang dan mengingat kembali sejarah tari tenun.
“Tari tenun diciptakan tahun 1957 oleh almarhum Nyoman Ridet, yang merupakan putra asli Desa Adat Kerobokan,” jelas AA Bagus Bayu Joni Saputra dalam keterangan persnya di Hotel Alila Petitenget, Selasa (11/9).
Bayu Saputra memaparkan, 1.957 penari yang akan tampil di Petitenget Festival I 2018 nanti semuanya merupakan karma adat utusan dari 50 banjar se-Desa Adat Kerobokan. Setiap banjar mengutus masing-masing 40 penari. Mereka semuanya wanita yang terdiri dari ibu-ibu PKK dan Sekaa Teruni. Untuk menyukseskan atraksi ‘Tari Tenun 1.957 Penari’ nanti, para penari sudah menjalani latihan sejak Mei 2018 lalu.
Menurut Bayu Saputra, selain atraksi kolosal ‘Tari Tenun 1.957 Penari’ yang akan jadi ajang pemecahan Muri, dalam Petitenget Festival I 2018 ini juga akan memeriahkan kegiatan massal lainnya. Antara lain, ‘Yoga Ketawa Massal 2.000 Peserta’. Selain itu, juga ada pementasan wayang wong, kesenian tradisional yang sudah mati suri sejak 70 tahun silam. “Dengan adanya Petitenget Festival ini, kesenian wayang wong yang mati suri selama 70 tahun dihidupkan lagi.” katanya.
Bayu Saputra mengatakan, maksud dan tujuan Petitenget Festival ini dilatarbelakangi oleh keinginan krama Desa Adat Kerobokan yang tertuang dalam parum paripurna. Sesuai parum paripurna, karma adat dari 50 banjar menginginkan adanya program festival yang menjadi program kerja Desa Adat Kerobokan. “Maka. Diselenggarakanlah event Petitenget Festival ini,” kenang Bayu Saputra.
Penyelenggaraan Petitenget Festival ini, kata Bayu Saputra, sekaligus diharapkan bisa membuat brand baru untuk Kerobokan. Selama ini, Kerobokan lebih banyak dikenal sebagai tempat LP Kerobokan. Akibatnya, banyak investor yang enggan menyebut nama Kerobokan dalam perusahaannya, melainkan lebih memilih gunakan nama Seminyak. “Nah, diharapkan brand baru lewat Petitenget Festival ini mampu mendengungkan nama Kerobokan sebagai destinasi terbaik di mancanegara,” katanya.
Selama tiga hari penyelenggaraan Petitenget Festival I 2018 nanti, menurut Bayu Saputra, pihaknya menargetkan mampu menggaet kunjungan 50.000 wisatawan. “Ke depan, kami akan melakukan sejumlah pementasan di Pantai Petitenget, seperti kecak. Tujuannya, untuk meningkatkan length of stay wisatawan dari 3 hari menjadi 5 hari atau lebih.”
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Kadisparda) Badung, I Made Badra, mengungkapkan Pemkab Badung memberikan support penyelenggaraan event Petitenget Festival ini. Pihaknya akan membantu dana sebesar Rp 2 miliar. Menurut Made Badra, Pemkab Badung sangat komit untuk mendukung segala bentuk kegiatan yang membantu pengembangan pariwisata.
“Dengam mengadakan event festival seperti ini, maka kunjungan wisatawan akan meningkat. Jika kunjungan meningkat, PAD (pendapatan asli daerah) pasti ikut meningkat. Dengan meningkatnya PAD, maka kesejahtareaan masyarakat Badung meningkat. Mari kita bangun Bali dari Badung,” tandas birokrat asal Kuta, Badung ini. *po
1
Komentar