Ribuan Kelelawar Berekor Huni Goa di Desa Kelating
Umumnya kelelawar adalah mamalia yang hanya memiliki sayap.
TABANAN, NusaBali
Namun di sebuah goa yang ada di Banjar Dukuh, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, dihuni oleh ribuan kelelawar yang memiliki sayap dan ekor. Meskipun tidak terlihat jelas karena suasana di dalam goa gelap, keberadaan goa ini kini menjadi objek wisata.
Pantauan di lapangan, goa tersebut tidak terlalu luas bahkan tidak ada ruang tembusan. Terlihat di celah karang ribuan kelelawar sedang menggelantung. Terdapat pula sebuah patung macan di dalam goa dan tempat sarana menghaturkan sesajen. Meski beberapa wisatawan menengok bahkan mengambil foto, ribuan kelelawar tersebut tidak ada yang kabur alias terbang.
Kelian Dinas Banjar Dukuh Gede Wayan Suyadnya didampingi Kelian Dinas Banjar Dangin Pangkung Gusti Made Widiarta, menerangkan keberadaan goa dan kelelawar berekor tersebut sudah ada sejak dulu, tetapi dia tidak mengetahaui secara pasti. Namun menurut cerita asal muasal Desa Kelating bermula dari goa ini.
“Dulu sebelum dinamakan Desa Kelating, desa kami bernama Desa Goa Gala,” ungkapnya, Selasa (11/9).
Dikatakan goa tersebut berada di sekitaran enjung bernama Karang Taman Agung. Di bagian atas goa terdapat Pura Tegal Linggah yang diempon oleh krama Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan. Meski demikian krama Desa Kelating ketika ada hari suci tertentu selalu menghaturkan canang memohon kerahayuan.
“Dan menurut cerita, konon goa ini juga ada hubunganya dengan Pura Rambut Siwi di Jembrana. Kalau terjadi permasalahan di Rambut Siwi akan ada dua anak macan ke goa ini. Tetapi itu dulu, karena dua anak macan yang sempat hidup di sana sudah hilang tidak diketahui keberadaanya,” beber Suyadnya.
Sementara terkait dengan ekor kelelawar tersebut memiliki panjang sekitar 2,5 centimeter berwarna hitam. Tubuh kelelawar itu memang lebih kecil daripada tubuh kelelawar pada umumnya. Kelelawar di goa tersebut berwarna hitam kecoklat-coklatan.
Menurut Suyadnya kepercayaan masyarakat setempat terkait dengan keberadaan kelelawar ini hanya sebatas tidak boleh ada yang mengusik ataupun menembak. Karena krama setempat yakin areal enjung ini dikenal keramat. Di samping karena jarak sekitar 15 meter ada setra (kuburan), aura di sekitaran goa tersebut dikatakan beda. “Kami percaya di sini dikenal keramat, karena dulu kalau sore hari orang tidak berani ke areal goa,” tuturnya.
Meski demikian karena zaman sudah berubah keberadaan goa dan kelelawar tersebut menjadi daya tarik wisatawan. Baik wisatawan yang sedang bermain ATV sengaja berhenti untuk foto, begitu pula wisatawan yang kebetulan menginap di hotel di dekat lokasi, datang ke kawasan goa tersebut untuk melihat ribuan kelelawar berekor itu.
Sayangnya potensi tersebut belum didukung dengan akses jalan yang bagus. Sebab dari pintu masuk menuju goa ke arah barat tidak ada jalan khusus, melainkan harus melewati pesisir pantai. “Rencana program pengembangan terhadap kelelawar dan goa ini sudah ada, namun masih berproses,” tandas Suyadnya. *de
Pantauan di lapangan, goa tersebut tidak terlalu luas bahkan tidak ada ruang tembusan. Terlihat di celah karang ribuan kelelawar sedang menggelantung. Terdapat pula sebuah patung macan di dalam goa dan tempat sarana menghaturkan sesajen. Meski beberapa wisatawan menengok bahkan mengambil foto, ribuan kelelawar tersebut tidak ada yang kabur alias terbang.
Kelian Dinas Banjar Dukuh Gede Wayan Suyadnya didampingi Kelian Dinas Banjar Dangin Pangkung Gusti Made Widiarta, menerangkan keberadaan goa dan kelelawar berekor tersebut sudah ada sejak dulu, tetapi dia tidak mengetahaui secara pasti. Namun menurut cerita asal muasal Desa Kelating bermula dari goa ini.
“Dulu sebelum dinamakan Desa Kelating, desa kami bernama Desa Goa Gala,” ungkapnya, Selasa (11/9).
Dikatakan goa tersebut berada di sekitaran enjung bernama Karang Taman Agung. Di bagian atas goa terdapat Pura Tegal Linggah yang diempon oleh krama Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan. Meski demikian krama Desa Kelating ketika ada hari suci tertentu selalu menghaturkan canang memohon kerahayuan.
“Dan menurut cerita, konon goa ini juga ada hubunganya dengan Pura Rambut Siwi di Jembrana. Kalau terjadi permasalahan di Rambut Siwi akan ada dua anak macan ke goa ini. Tetapi itu dulu, karena dua anak macan yang sempat hidup di sana sudah hilang tidak diketahui keberadaanya,” beber Suyadnya.
Sementara terkait dengan ekor kelelawar tersebut memiliki panjang sekitar 2,5 centimeter berwarna hitam. Tubuh kelelawar itu memang lebih kecil daripada tubuh kelelawar pada umumnya. Kelelawar di goa tersebut berwarna hitam kecoklat-coklatan.
Menurut Suyadnya kepercayaan masyarakat setempat terkait dengan keberadaan kelelawar ini hanya sebatas tidak boleh ada yang mengusik ataupun menembak. Karena krama setempat yakin areal enjung ini dikenal keramat. Di samping karena jarak sekitar 15 meter ada setra (kuburan), aura di sekitaran goa tersebut dikatakan beda. “Kami percaya di sini dikenal keramat, karena dulu kalau sore hari orang tidak berani ke areal goa,” tuturnya.
Meski demikian karena zaman sudah berubah keberadaan goa dan kelelawar tersebut menjadi daya tarik wisatawan. Baik wisatawan yang sedang bermain ATV sengaja berhenti untuk foto, begitu pula wisatawan yang kebetulan menginap di hotel di dekat lokasi, datang ke kawasan goa tersebut untuk melihat ribuan kelelawar berekor itu.
Sayangnya potensi tersebut belum didukung dengan akses jalan yang bagus. Sebab dari pintu masuk menuju goa ke arah barat tidak ada jalan khusus, melainkan harus melewati pesisir pantai. “Rencana program pengembangan terhadap kelelawar dan goa ini sudah ada, namun masih berproses,” tandas Suyadnya. *de
1
Komentar