nusabali

Bersiap ke Perbatasan, 400 Prajurit Digembleng di Buleleng

  • www.nusabali.com-bersiap-ke-perbatasan-400-prajurit-digembleng-di-buleleng

Sebanyak 400 prajurit dari kesatuan Yonif 741/GN Kodam IX/ Udayana, tengah mengikuti latihan (pra tugas) pengamanan perbatasan negara, yang dipusatkan di wilayah Buleleng.

SINGARAJA,NusaBali

Mereka dipersiapkan untuk melaksanakan tugas pengamanan perbatasan di Sektor Barat Republik Indonesia (RI), dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Rencananya, 400 prajurit itu diberangkatkan pada Oktober 2018 nanti, menjaga perbatasan RI-RDTL selama sembilan bulan.

Sebelum diberangkatkan, 400 prajurit melaksanakan simulasi pengamanan di beberapa tempat di wilayah Buleleng, mulai dari Kecamatan Busungbiu hingga Kecamatan Gerokgak. Pelatihan telah dilaksanakan sejak tanggal 4 sampai 14 September 2018, dengan pelatihan inti selama sembilan hari. Tempat dan pola pengamanan perbatasan dalam latihan tersebut, disesuaikan dengan lokasi perbatasan yang sesungguhnya nanti.

“Kita memang pilih wilayah ini (Buleleng,red), karena kondisi daerahnya mendekati kondisi di perbatasan negara dengan Timor Leste. Ada bukit, kita tempatnya prajurit di wilayah atas (Kecamatan Busungbiu,red), ada pantai kita tempatkan prajurit di wilayah dekat pantai seperti di Kecamatan Gerokgak,” terang Danyonif 741/GN, Mayor Inf Hendra Saputra, SSoS, MM, MIPol, kepada NusaBali di pos Kompi Tempur (Kipur) III, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Rabu (12/9) pagi.

Dijelaskan, 400 prajurit dalam latihan dibagi dalam tiga Kipur. Masing-masing Kipur memiliki beberapa pos jaga perbatasan. Dalam latihan, dibuat 22 titik pos pengamanan. 22 titik pos pengamanan itu dibangun mulai dari Desa Pakutatan, Kabupaten Jembrana, kemudian wilayah Kabupaten Buleleng, mulai dari Kecamatan Busungbiu hingga wilayah Kecamatan Gerokgak.

Untuk Pos komando ada di Desa Tista, Kecamatan Busungbiu. “Jadi kami mengambil wilayah lokasi latihan dari Selatan ke Utara, ya sama persis dengan daerah perbatasan di sektor barat wilayah Indonesia dengan RDTL. Jadi ini (dalam latihan,red) seolah-olah kita berada di perbatasan. Ini membiasakan prajurit sebelum diberangkatkan ke lokasi yang sesungguhnya,” kata Mayor Hendra.

Selama latihan, prajurit dituntut mampu melaksanakan tugas dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam satu hari, ketika menghadapi kejadian pelanggaran perbatasan negara. Dalam tugas, prajurit secara bergilir berpatroli mengawasi potok-patok batas negara. Patok perbatasan dikontrol untuk memastikan posisinya masih tetap pada koordinatnya. “Bergeser 30 centimeter saja, negara sudah dirugikan triliunan. Maka pelanggaran yang sering terjadi itu, adanya pergeseran patok batas negara,” ungkap Mayor Hendra.

Lebih jauh dikatakan, pelanggaran lainnya adalah penyelundupan bahan bakar, illegal loging, pelanggaran keimigrasian, dan juga keributan antar pemuda akibat minuman keras. Terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut, prajurit yang ditempatkan harus mampu menyelesaian persoalan secepatnya. Maka dalam latihan, banyak digelar simulasi kejadian-kejadian pelanggaran yang melibatkan warga setempat.

“Ada pelatih yang menyusun skenarionya, tanpa sepengetahuan prajurit, nanti ketika prajurit patroli perbatasan, tiba-tiba menghadapi kejadian pelanggaran seperti yang discenariokan. Nah disinilah, prajurit dituntut mengambil keputusan yang tepat hari itu juga. Hitungannya, kami nanti bertugas selama 9 bulan, sekarang dalam latihan hanya 9 hari. Jadi, 1 hari dalam latihan, kami anggap sebulan. Maka dalam satu hari itu, keputusan terhadap pelanggaran sudah harus selesai,” kata Danyonif 741/GN Mayor Hendra.  

Selain dituntut mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat, prajurit juga dituntut mampu berinteraksi dengan warga di daerah perbatasan. Karena dalam mengemban tugas negara tersebut, prajurit juga dibebani tanggungjawab bidang pendidikan, kesehatan, pertanian dan usaha lainnya. Sehingga dari 400 prajurit yang ditugaskan nanti, ada juga tim kesehatan, tim pertanian, tim pengajar dan tim yang dapat membuat kerajinan tangan. Untuk pendidikan, dalam latihan anggota prajurit memberikan pelatihan dan pendidikan kedisiplinan pada siswa di sekolah terdekat dengan Kipur. “Dalam latihan ini, kita juga gelar bakti sosial, kesehatan gratis. Dan banyak kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan masyarakat. Karena nanti prajurit harus dituntut bisa berbaur dengan masyarakat setempat terutama warga negara Indonesia di perbatasan. Jadi prajurit itu tidak lagi seperti dulu, sekarang  prajurit harus smart (cerdas,red),” ujar Mayor Hendra.

Sementara Sekretaris Desa (Sekdes) Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Rahman Syah mengaku menyambut positif kegiatan prajurit TNI di wilayahnya. Karena semenjak ada latihan, warganya sangat antusias mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksnakan oleh prajurit TNI. Murid di sekolah sekitar  Celukan Bawang, juga aktif mengikut pendidikan dan pelatihan dengan TNI. “Tadinya saya pikir latihan kayak perang seperti itu, tetapi setelah beberapa hari, ternyata latihannya seperti ini. Masyarakat jadi lebih dekat, dan ternyata tentara itu enak bergaul, mereka ramah dan juga banyak kegiatan sosialnya,” kata Rahman Syah. *k19

Komentar