BMKG Siapkan 3 Alat Canggih untuk IMF
Tiga alat canggih yang ditempatkan di Bandara Ngurah Rai adalah AWOS, Radar Wind Profiler, dan Lidar. Radar Wind Profiler dan Lidar baru sekarang ada di bandara.
MANGUPURA, NusaBali
Menyambut perhelatan akbar pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) – World Bank pada Oktober mendatang di kawasan The Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyiapkan tiga alat canggih baru untuk ditempatkan di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai.
Persiapan tiga alat baru ini untuk menunjang keselamatan penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung. Ini merupakan salah satu bentuk antisipasi awal agar penerbangan delegasi dari ratusan negara peserta IMF–World Bank terjamin keselamatannya.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Bambang Hargiyono, mengungkapkan tiga alat baru tersebut adalah Automated Weather Observing System (AWOS), Radar Wind Profiler, dan Lidar. Ketiga alat ini, dua di antaranya Radar Wind Profiler dan Lidar merupakan alat yang baru ada di Ngurah Rai. Sementara AWOS adalah untuk mengganti AWOS yang lama karena termakan usia.
Hargiyono memaparkan ketiga alat ini merupakan penunjang keselamatan penerbangan. Masing-masing alat ini memiliki spesifikasi untuk memantau kondisi ruang angkasa. Misalnya Radar Wind Profiler mampu mendeteksi kondisi arah dan kecepatan angin, suhu, dan kelembaban dari ketinggian permukaan hingga 3.000 meter di sekitar wilayah bandara.
“Dengan kemampuan alat ini dapat dideteksi fenomena cuaca yang dapat mengganggu penerbangan, salah satunya fenomena wind shear (wind shear adalah angin yang berubah secara tiba-tiba. Paling berbahaya jika terjadi perubahan 180 derajat, Red),” tuturnya, Kamis (13/9).
Sementara alat Lidar dapat digunakan untuk mendeteksi partikel udara kering seperti abu vulkanik di wilayah Bandara Ngurah Rai. Sehingga apabila terjadi erupsi Gunung Agung yang menyebarkan abu vulkanik ke bandara dapat diantisipasi lebih awal oleh stake holder terkait untuk mengambil keputusan terhadap penerbangan.
AWOS digunakan untuk mengamati unsur cuaca secara real time. Unsur cuaca yang diamati adalah arah dan kecepatan angin, tekanan udara, suhu, kelembaban udara, visibility, jumlah dan ketinggian awan, cuaca terkini, dan penyinaran matahari.
“Ketiga alat ini memiliki keterkaitan fungsi dalam memberikan data dan informasi untuk keselamatan penerbangan. Persiapan ini penting dilakukan menjaga kondisi jika terjadi hujan. Karena memasuki bulan Oktober sudah mulai terjadi hujan,” kata Hargiyono.
Dia mengungkapkan ketiga alat baru itu sudah terpasang dan dioperasikan di Stasiun Meterorologi Ngurah Rai. Ketiga alat canggih ini dibeli dari tiga negara berbeda, yakni AWOS dari Amerika Serikat, Radar Wind Profiler dari Jerman, dan Lidar dari Yunani.
“Untuk jangka pendeknya alat ini untuk menunjang kelancaran pergelaran IMF nanti. Kita akan kedatangan tamu ribuan orang. Sementara untuk jangka panjangnya ketiga alat ini untuk keperluan penerbangan harian di Ngurah Rai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBMKG Wilayah III Wilayah III Denpasar Mohamad Taufik Gunawan persiapan yang dilakukan oleh BMKG untuk menyambut IMF sangat maksimal, karena pada Oktober nanti wilayah Bali sudah mulai peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Dari hasil analisai prakiraan BMKG, pada Oktober nanti diprakirakan terjadi hujan di wilayah Bali tengah dan Selatan dengan intensitas ringan hingga sedang. Potensi musim hujan terjadi lebih awal di Bali Selatan karena dikelilingi oleh perairan laut. Hal yang perlu diwaspadai saat peralihan musim adalah biasanya terjadi petir, puting beliung, perubahan hawa (pancaroba), dan hujan lebat yang terjadi secara sporadis.
“Musim atau cuaca dipengaruhi oleh tiga faktor, global, regional, dan lokal. Kalau globalnya ada lanina dan elnino, kemudian regionalnya adalah angin musiman, dan lokalnya dipengaruhi oleh topografi. Lambatnya musim hujan di Bali Utara adalah dipengaruhi oleh masalah lokal,” kata Hargiyono. *po
Menyambut perhelatan akbar pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) – World Bank pada Oktober mendatang di kawasan The Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyiapkan tiga alat canggih baru untuk ditempatkan di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai.
Persiapan tiga alat baru ini untuk menunjang keselamatan penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung. Ini merupakan salah satu bentuk antisipasi awal agar penerbangan delegasi dari ratusan negara peserta IMF–World Bank terjamin keselamatannya.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Bambang Hargiyono, mengungkapkan tiga alat baru tersebut adalah Automated Weather Observing System (AWOS), Radar Wind Profiler, dan Lidar. Ketiga alat ini, dua di antaranya Radar Wind Profiler dan Lidar merupakan alat yang baru ada di Ngurah Rai. Sementara AWOS adalah untuk mengganti AWOS yang lama karena termakan usia.
Hargiyono memaparkan ketiga alat ini merupakan penunjang keselamatan penerbangan. Masing-masing alat ini memiliki spesifikasi untuk memantau kondisi ruang angkasa. Misalnya Radar Wind Profiler mampu mendeteksi kondisi arah dan kecepatan angin, suhu, dan kelembaban dari ketinggian permukaan hingga 3.000 meter di sekitar wilayah bandara.
“Dengan kemampuan alat ini dapat dideteksi fenomena cuaca yang dapat mengganggu penerbangan, salah satunya fenomena wind shear (wind shear adalah angin yang berubah secara tiba-tiba. Paling berbahaya jika terjadi perubahan 180 derajat, Red),” tuturnya, Kamis (13/9).
Sementara alat Lidar dapat digunakan untuk mendeteksi partikel udara kering seperti abu vulkanik di wilayah Bandara Ngurah Rai. Sehingga apabila terjadi erupsi Gunung Agung yang menyebarkan abu vulkanik ke bandara dapat diantisipasi lebih awal oleh stake holder terkait untuk mengambil keputusan terhadap penerbangan.
AWOS digunakan untuk mengamati unsur cuaca secara real time. Unsur cuaca yang diamati adalah arah dan kecepatan angin, tekanan udara, suhu, kelembaban udara, visibility, jumlah dan ketinggian awan, cuaca terkini, dan penyinaran matahari.
“Ketiga alat ini memiliki keterkaitan fungsi dalam memberikan data dan informasi untuk keselamatan penerbangan. Persiapan ini penting dilakukan menjaga kondisi jika terjadi hujan. Karena memasuki bulan Oktober sudah mulai terjadi hujan,” kata Hargiyono.
Dia mengungkapkan ketiga alat baru itu sudah terpasang dan dioperasikan di Stasiun Meterorologi Ngurah Rai. Ketiga alat canggih ini dibeli dari tiga negara berbeda, yakni AWOS dari Amerika Serikat, Radar Wind Profiler dari Jerman, dan Lidar dari Yunani.
“Untuk jangka pendeknya alat ini untuk menunjang kelancaran pergelaran IMF nanti. Kita akan kedatangan tamu ribuan orang. Sementara untuk jangka panjangnya ketiga alat ini untuk keperluan penerbangan harian di Ngurah Rai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBMKG Wilayah III Wilayah III Denpasar Mohamad Taufik Gunawan persiapan yang dilakukan oleh BMKG untuk menyambut IMF sangat maksimal, karena pada Oktober nanti wilayah Bali sudah mulai peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Dari hasil analisai prakiraan BMKG, pada Oktober nanti diprakirakan terjadi hujan di wilayah Bali tengah dan Selatan dengan intensitas ringan hingga sedang. Potensi musim hujan terjadi lebih awal di Bali Selatan karena dikelilingi oleh perairan laut. Hal yang perlu diwaspadai saat peralihan musim adalah biasanya terjadi petir, puting beliung, perubahan hawa (pancaroba), dan hujan lebat yang terjadi secara sporadis.
“Musim atau cuaca dipengaruhi oleh tiga faktor, global, regional, dan lokal. Kalau globalnya ada lanina dan elnino, kemudian regionalnya adalah angin musiman, dan lokalnya dipengaruhi oleh topografi. Lambatnya musim hujan di Bali Utara adalah dipengaruhi oleh masalah lokal,” kata Hargiyono. *po
1
Komentar