Kerauhan 15 Siswi Kemarin Diawali Teriakan Pegawai TU
Pasca dua kali peristiwa kerauhan massal, pihak SLUA Saraswati Selat disarankan menanyakan kepada orang pintar, agar ada petunjuk niskala terkait apa yang harus dilakukan, sehingga kasus serupa tidak terulang
Dalam Empat Hari, Dua Kali Kerauhan Massal di SLUA Saraswati Selat
AMLAPURA, NusaBali
Siswi SLUA (Sekolah Lanjutan Umum) Saraswati Selat, Karangasem didera dua kali peristiwa kerauhan massal dalam kurun empat hari terakhir. Pertama, Senin (10/9), ketika 12 siswi mengalami kerauhan. Kedua, Jumat (14/9) pagi ketika kerauhan massal mendera 15 siswi dan 1 pegawai Tata Usaha (TU) SLUA Saraswati Selat.
Data yang dihimpun NusaBali, saat peristiwa pertama, Senin lalu, jumlah korban kerauhan mencapai 12 orang, masing-masing 8 siswi Kelas X dan 4 siswai Kelas XI SLUA Saraswati Selat. Mereka tiba-tiba kerauhan sambil teriak-teriak dan menge-luarkan perkataan tidak jelas, dengan gerakan tubuh yang aneh saat jam pelajaran berlangsung.
Sedangkan 15 siswi SLUA Saraswati Selat yang kerauhan Jumat kemarin, semuanya dari Kelas X. Peristiwa kerauhan di sekolah yang berlokasi di Banjar Bambang Biaung, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem Jumat kemarin terjadi pagi sekitar pukul 08.30 Wita.
Kerauhan massal kemarin pagi bermula dari pegawai TU SLUA Saraswati Selat, Luh Erawati, yang melakukan kegiatan bersih-bersih di Palinggih Padmasana. Tiba-tiba saja, Luh Erawati mengalami karauhan sambil teriak-teriak histeris. Luh Erawati langsung mendapat pertolongan dari guru-guru di sekolah. Setelah berhasil ditenangkan, Luh Erawati kemudian diantar pulang.
Tak lama berselang, datang petugas Babinsa Desa Duda, Serda I Ketut Putu, bersama Babinkamtibmas Desa Duda, Aipda I Komang Urip Arianto, berkunjung ke SLUA Saraswati Selat. Kedatangan mereka terkait peristiwa niskala kerauhan massal 12 siswi, yang terjadi empat hari sebelumnya.
Namun, ketika Serda Ketut Putu dan Aipda Komang Urip baru beberapa menit berada di sekolah, justru terjadi kerauhan massal 15 siswi, mulai pukul 08.30 Wita. Mereka kerauhan sambil berteriak-teriak di Kelas X saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
Serda Ketut Putu dan Aipda Komang Urip pun berusaha bantu menangani belasan siswi yang kerauhan ini. Mereka berinisiatif mohon tirta (air suci) di Palinggih Padmasana SLUA Saraswati Selat, selanjutnya dipercikkan se luruh siswi yang berteriak-teriak histeris. Penanganan siswi kerauhan dilakukan selama 1,5 jam hingga pukul 10.00 Wita.
Begitu situasi reda dan 15 siswi korban kerauhan berhasil ditenangkan, Kepala Sekolah (Kasek) SLUA Saraswati Selat, I Nengah Mertayasa, langsung mengeluarkan kebijakan untuk memulangkan seluruh siswa lebih awal. Sedangkan Serda Ketut Putu dan Aipda Komang Urip menyarankan pihak sekolah untuk menanyakan dua kali peristiwa niskala kerauhan massal ini kepada orang pintar.
Saran serupa juga disampaikan seorang tokoh warga Banjar Bambang Biaung, Desa Duda, I Nengah Rata, yang tinggal tak jauh dari lokasi SLUA Saraswati Selat. Nengah Rata menyarankan pihak sekolah menanyakan peristiwa niskala ini kepada orang pintar, agar ada petunjuk apa yang harus dilakukan, sehingga kasus serupa tidak terulang.
“Alangkah baiknya pihak sekolah menanyakan ke orang pintar, sehingga siswa dan pengelola sekolah merasa nyaman. Sebab, peristiwa ini menyangkut faktor non teknis,” tandas Nengah Rata. Sayangnya, Kasek SLUA Saraswati Selat, Nengah Mertayasa, belum berhasil dikonfirmasi terkait dua kali peristiwa kerauhan massal siswi di sekolahnya. Se-dangkan Kapolsek Selat, AKP I Made Sutirta, mengatakan pihaknya sudah mendapat laporan atas terjadinya kerauhan massa siswi SLUA Saraswati Selat ini.
"Kami juga telah menyarankan pihak sekolah agar menanyakan kasus ini kepada orang pintar. Harapannya, pihak sekolah mendapat solusi dari orang pintar, sehingga kasus serupa tidak terulang kembali di masa datang," jelas AKP Made Sutirta saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat kemarin. *k16
1
Komentar