Petitenget Festival, 2.000 Penari Tenun Pecahkan Rekor Muri
Sebanyak 2.000 penari yang terdiri dari ibu PKK dan sekaa teruni dari 50 banjar adat se–Desa Adat Kerobokan, membawakan Tari Tenun secara kolosal saat puncak Petitenget Festival di Pantai Petitenget, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Minggu (16/9) sore.
MANGUPURA, NusaBali
Ribuan penari ini memecahkan rekor Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) kategori penari terbanyak. Sebanyak 2.000 penari ini mementaskan Tari Tenun di atas lahan seluas 1,5 hektare. Sebelum memasuki lokasi pementasan, 2.000 penari yang seluruhnya perempuan itu berkumpul di tempat parkir Pura Petitenget yang berada tak jauh dari lokasi pentas. Para penari mulai memasuki lokasi pentas pukul 17.00 Wita. Satu per satu penari yang masuk lokasi pentas dihitung oleh perwakilan dari Muri.
Ketua Panitia Pelaksana Petitenget Festival Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra, mengungkapkan pementasan Tari Tenun kolosal oleh 2.000 penari digelar sore hari untuk memanfaatkan momen sunset. Para penari mulai mementaskan tarian pada pukul 17.53 hingga 18.05 Wita. Dikatakan para penari mempersiapkan diri untuk pentas sejak pukul 07.00 Wita.
Dikatakannya, rencana awal jumlah penari yang akan mementaskan Tari Tenun sebanyak 1.957 orang. Namun karena animo sangat tinggi, akhirnya menjadi 2.000 orang. Jumlah tersebut memang sudah direncanakan sejak awal yakni 40 orang dari 50 banjar di Desa Adat Kerobokan. Semua penari yang terlibat adalah warga asli Desa Adat Kerobokan.
Terkait penari yang kerauhan setelah mementaskan tari selama 12 menit, menurutnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika ada yang kerauhan itu artinya Ida Betara hadir. “Kami sudah mengantisipasi sebelumnya. Kami telah melangsungkan upacara memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kegiatan kami berjalan lancar. Masalah kerauhan seperti ini biasa terjadi,” tuturnya.
Pementasan ini terasa lebih spesial karena penari pertama Tari Tenun, Ketut Parmiani, 73, ikut memeriahkan festival yang baru pertama digelar ini. Dikonfirmasi setelah pementasan, Parmiani mengatakan merasa sangat bangga dan haru bisa terlibat dalam pementasan tari yang diciptakan oleh pamannya, almarhum Nyoman Ridet.
Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa yang hadir dalam penutupan Petitenget Festival, mengatakan pementasan Tari Tenun oleh krama Desa Adat Kerobokan ini merupakan kegiatan yang sangat monumental dan spektakuler. Menurutnya kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang tak pernah dilakukan di daerah manapun di Bali.
“Ini merupakan satu kebahagiaan bagi kami Pemkab Badung dan tentunya krama adat Kerobokan. Krama adat Kerobokan telah menciptakan sejarah. Yang lebih membanggakan lagi adalah dalam pementasan ini diikuti oleh penari pertama Tari Tenun,” tuturnya.
Manajer Muri Andre Purwandono yang menyerahkan penghargaan atas pemecahan rekor ini mengatakan pentas Tari Tenun kolosal oleh 2.000 orang memecahkan rekor Muri. Dikatakan tarian kolosal ini belum pernah dipentaskan dimana pun di Indonesia maupun dunia. Tarian ini hanya ada di Bali.
“Apa yang dilakukan oleh masyarakat Kerobokan hari ini adalah suatu kebanggaan dan kehormatan buat kami. Karena kegiatan ini bisa dicatatkan ke dalam rekor Muri. Kami mencatat sebanyak 2.000 penari dari 50 banjar,” tuturnya. *po
Ketua Panitia Pelaksana Petitenget Festival Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra, mengungkapkan pementasan Tari Tenun kolosal oleh 2.000 penari digelar sore hari untuk memanfaatkan momen sunset. Para penari mulai mementaskan tarian pada pukul 17.53 hingga 18.05 Wita. Dikatakan para penari mempersiapkan diri untuk pentas sejak pukul 07.00 Wita.
Dikatakannya, rencana awal jumlah penari yang akan mementaskan Tari Tenun sebanyak 1.957 orang. Namun karena animo sangat tinggi, akhirnya menjadi 2.000 orang. Jumlah tersebut memang sudah direncanakan sejak awal yakni 40 orang dari 50 banjar di Desa Adat Kerobokan. Semua penari yang terlibat adalah warga asli Desa Adat Kerobokan.
Terkait penari yang kerauhan setelah mementaskan tari selama 12 menit, menurutnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika ada yang kerauhan itu artinya Ida Betara hadir. “Kami sudah mengantisipasi sebelumnya. Kami telah melangsungkan upacara memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kegiatan kami berjalan lancar. Masalah kerauhan seperti ini biasa terjadi,” tuturnya.
Pementasan ini terasa lebih spesial karena penari pertama Tari Tenun, Ketut Parmiani, 73, ikut memeriahkan festival yang baru pertama digelar ini. Dikonfirmasi setelah pementasan, Parmiani mengatakan merasa sangat bangga dan haru bisa terlibat dalam pementasan tari yang diciptakan oleh pamannya, almarhum Nyoman Ridet.
Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa yang hadir dalam penutupan Petitenget Festival, mengatakan pementasan Tari Tenun oleh krama Desa Adat Kerobokan ini merupakan kegiatan yang sangat monumental dan spektakuler. Menurutnya kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang tak pernah dilakukan di daerah manapun di Bali.
“Ini merupakan satu kebahagiaan bagi kami Pemkab Badung dan tentunya krama adat Kerobokan. Krama adat Kerobokan telah menciptakan sejarah. Yang lebih membanggakan lagi adalah dalam pementasan ini diikuti oleh penari pertama Tari Tenun,” tuturnya.
Manajer Muri Andre Purwandono yang menyerahkan penghargaan atas pemecahan rekor ini mengatakan pentas Tari Tenun kolosal oleh 2.000 orang memecahkan rekor Muri. Dikatakan tarian kolosal ini belum pernah dipentaskan dimana pun di Indonesia maupun dunia. Tarian ini hanya ada di Bali.
“Apa yang dilakukan oleh masyarakat Kerobokan hari ini adalah suatu kebanggaan dan kehormatan buat kami. Karena kegiatan ini bisa dicatatkan ke dalam rekor Muri. Kami mencatat sebanyak 2.000 penari dari 50 banjar,” tuturnya. *po
1
Komentar